1-5 • Alasan Masih berdetak

56 24 5
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Mayunda Claudia Putri. Sosok yang digemari bukan hanya oleh kalangan pria, namun juga wanita.

Kulitnya yang putih bersih, matanya yang bulat nan tajam, bibirnya yang halus, hidungnya yang mancung, rambut hitam tebalnya yang seringkali ia ikat dengan gaya ponytail, dan juga perawakan tubuhnya yang begitu sempurna.

Dengan fisik yang sesempurna itu, tak heran jika dirinya mudah mendapat penghasilan dari berbagai tempat yang berasal dari statusnya sebagai selebgram. Mulai dari modelling, akting untuk iklan kecil-kecilan, brand ambassador, content creator, semua sudah dilakukan sejak dirinya masih empat belas tahun. Maka dari itu, tak heran jika namanya begitu harum di lingkungan SMA Dhatri.

Namun, yang mereka tak ketahui adalah, Claudia memiliki kebiasaan yang buruk, yaitu, dirinya yang teradiksi adrenalin yang ia rasakan selama ia merundung orang lain. Kebiasaan buruk itu muncul sejak Claudia sering bergaul dengan anggota "Aliansi", geng yang telah berdiri di SMA Dhatri secara turun-menurun.

Geng yang terkenal dengan kebiasaan mereka untuk melakukan kekerasan, melanggar peraturan, minum-minum, dan juga berbagai kenakalan remaja lainnya. Dan fakta bahwa ia sering bergaul dengan geng itu seharusnya menjadi bukti yang jelas bagi semua orang yang mengidolakannya bahwa ada yang tidak beres dengan dirinya.

Tapi, nyatanya tidak. Karena bagi mereka, perempuan sesempurna Claudia tak mungkin melakukan hal bengis seperti merundung perempuan lain. Dan tentu saja, setiap kali hal itu mulai terebar dalam bentuk rumor, hal itu segera ditangkis menjadi sebuah berita bohong.

Oleh karena semua itu, kebiasaan buruknya pun terus bertumbuh bagaikan kanker. Dari ia yang bermula hanya mengganggu Risa, berlanjut ke sahabatnya Lily. Dan setelah ia mengetahui bahwa Kailani, salah satu murid yang ada di kelasnya adalah sosok yang lemah, ia pun justru semakin terobsesi untuk melihat reaksi menderita perempuan itu pada setiap harinya. Dan belum cukup di situ, di saat sahabatnya Kailani, yang mana adalah Kartika mencoba membela Kailani, Kartika justru ikut dijadikan target perundungan olehnya. Belum terhitung dengan perempuan-perempuan lemah lain yang ia jadikan mainan sehari-hari bersama Laras dan juga beberapa siswi anggota Aliansi yang bergabung menjadi komplotannya.

Foto demi foto, video demi video, dokumentasi dari perundungan yang ia lakukan selama ini kian menumpuk di ponsel pribadinya, dan selalu ia nikmati sebagai konsumsi pribadi sebagai hiburan.

Namun, apakah hatinya benar-benar menikmati semua itu?

Atau, semua itu ia lakukan hanya untuk mengisi kekosongan di dadanya?

Dan jika perempuan yang selama ini kau lukai, kini terkapar, sekarat, tepat di hadapan matamu, apa yang akan kau lakukan? Apa kau akan menutup mata, atau kau akan menebus perbuatanmu, dan mengambil tanggung jawabmu?

Di malam itu, Claudia dipaksa untuk menjawab pertanyaan itu. Karena tubuh Kailani, murid yang selama ini ia rundung, kini tergeletak tak berdaya, dengan darahnya yang terus mengalir, membasahi tandu lipat yang berada di dalam ambulans di hadapannya.

Sirine terus berbunyi, bersama dengan rasa panik yang menggerogoti kepalanya. Tubuhnya bergetar hebat, dan pikirannya tak kuasa menerima pemandangan yang sedang disaksikannya. Hancur. Tubuh Kailani begitu hancur. Tulang tangannya mencuat keluar, kedua kakinya tak berbentuk, dan wajahnya hampir tak dapat dikenali karena sudah tertutupi oleh darahnya sendiri.

"Dia pasti udah meninggal, kan?" Pertanyaan itu berdengung di telinganya. Dan kemungkinan itu membuat semua keberaniannya ciut tak tersisa.

Di satu detik yang singkat itu, semua kekejaman yang ia lakukan terhadap Kailani serempak memenuhi pikirannya. Semua luka, semua memar, semua darah, semua perkataan, semua tindakan, dan semua kekejamannya. "Semua itu pasti jadi alasan dia lompat dari atas apartemen itu, kan?"

Satu langkah mundur Claudia ambil dengan perlahan. "Kalau begitu, gue alasan dia bunuh diri, kan?"

Claudia kembali melangkah mundur, menenggelamkan dirinya ke dalam keramaian warga yang mengelilingi lokasi itu. "Gue seorang pembunuh?"

Claudia kembali melangkah mundur, namun kali ini, ia menyadari sesuatu. Bahwa jika memang benar, Kailani telah meninggal, mengapa dirinya kabur? Dan jika salah, dan ternyata Kailani masih bisa diselamatkan, mengapa dirinya kabur?

Pikirannya berkelana kembali ke masa lalu. Karena selama ini, sebenarnya, ia sudah berkali-kali berusaha untuk berubah. Dengan semua janji kosong yang telah ia buat pada dirinya sendiri untuk berhenti melakukan perundungan.

Selama ini ia terhasut oleh semua tawa yang ia dengar setiap kali ia menyiksa orang lain. Karena ia berpikir, dengan melakukan semua itu, maka ia akan dilihat semakin tinggi oleh teman-temen sepergaulannya. Namun, apa gunanya semua itu kalau jauh di dalam hatinya, ia tak pernah menikmati perbuatannya? Jauh di dalam hatinya, ia tahu bahwa itu adalah perbuatan yang salah. Dan jauh di dalam hatinya, ia takut, jika ibunya mengetahui mengenai semua perbuatan buruk yang ia lakukan, maka ibunya akan kecewa kepadanya.

Maka dari itu, di malam itu, ia memutuskan untuk berhenti kabur dari semua dosa-dosanya. Dan maka dari itu, di malam itu, Claudia berhenti melangkah mundur, dan segera berlari maju sekuat tenaga. Dan tepat sebelum pintu ambulans itu ditutup, Claudia berhasil menahannya. Dengan napasnya yang ngos-ngosan, perempuan itu berkata dengan penuh keyakinan, "Izinkan saya naik Pak, saya kenalannya."

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang