3-9 • Que Sera-Sera

26 10 3
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

"Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin: 'Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka'. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang."

- Qs. Al-Ahzab: 59

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

"UDAH GILA YA KAMU???" Kartika mendorong Delyon kasar.

Delyon hanya bisa menundukkan kepalanya, pasrah menerima semua teguran dari perempuan di hadapannya.

"KAMU MAU NGEBUNUH DIA?!" Kartika kembali mendorong Delyon, kali ini dengan tenaga yang jauh lebih besar, sampai tubuh Delyon yang tinggi itu tersungkur. Namun, Delyon segera kembali menegakkan dirinya di hadapan Kartika, siap untuk kembali didorong.

"Tik, udah Tik, Razonenya pun udah sadar lagi kok." Claudia memegangi kedua pundak Kartika. mencoba menenangkan perempuan itu.

Setelah mendengar kabarnya, Claudia dan Kartika segera berlari, menyusul menuju kantor Kepala Sekolah untuk menghampiri Delyon. Namun di sisi lain, amarah Kartika justru kembali mendidih, apalagi setelah mendengar fakta bahwa, "KAMU DISKORS SATU BULAN LOH DEL, SATU BULAN!!! INI GAK SEPADAN! KEADAAN KITA LAGI HANCUR KAYAK GINI, TERUS KITA HARUS NGEHADEPIN INI SEMUA TANPA KEHADIRAN KAMU DI SEKOLAH?!"

Setelah sekian lama terdiam, akhirnya Delyon pun membuka mulutnya, "Maaf, gue lepas kendali."

Kartika menganga, menolak untuk percaya perkataan Delyon. Sampai akhirnya perempuan itu berbisik perih, "Kamu selalu menghindar dari masalah, Del."

Delyon mengangkat kepalanya, meminta penjelasan atas kalimat yang baru didengar oleh telinganya.

"Sewaktu semua anggota OSIS dibuat babak belur, yang kamu lakuin waktu kamu tiba justru kabur ke sana-ke mari, nyoba ngehajar Razone dan anak buahnya." Kartika menarik napas dalam-dalam, bersiap mengeluarkan kalimat yang sudah mengganjal di dalam dadanya sejak lama. "Ada gak sih, sedikiiit aja pikiran kamu buat nyoba ngebantu mereka yang terluka?"

Deg. Pertanyaan itu sukses membuat Delyon membeku. Amarah yang sejak tadi ia rasakan sekejap runtuh, berganti dengan rasa bersalah yang menyiksa dada.

Kartika sama sekali tak peduli pada ekspresi Delyon, dan justru melanjutkan tegurannya, "Tadi Claudia lagi nangis, loh. Kita semua lagi sedih, Laras bahkan ada di samping kita berdua. Laras, Del! Laras yang dulu ngebully saya bareng Claudia, dia lebih punya hati dibanding kamu! Kamu yang justru menjelma jadi tukang pukul, lari ke kelas itu, ngerasa kayak si paling jago berantem? Ada gak sih pikiran kamu buat nenangin Claudia?!"

Keheningan hanyalah satu-satunya hal yang dapat diberikan oleh Delyon. Karena sejujurnya, pikirannya pun tak tahu jawaban dari kalimat itu.

"Diem kamu? JAWAB!!!" Kartika kembali mendorong Delyon dengan kasar.

Panik karena keadaan yang semakin diluar kendali, Claudia pun melangkah di antara mereka berdua, mencoba melerai. "Udah-udah, cukup, Tik."

Claudia menatap Kartika dan Delyon bergantian, mencoba merangkai kata-kata yang pantas untuk mencairkan suasana. Namun, ia tak kunjung menemukan kalimat yang pantas diucapkan. Tiba-tiba, semua wajah yang tadi pagi menatapnya beramai-ramai berkelibat tak terkendali di dalam pikirannya.

"PEMBUNUH!"

Mendadak, kepalanya terasa begitu pening. Dan tak butuh waktu lama, tubuhnya kehilangan keseimbangan, dan kemudian tergeletak tak sadarkan diri, tepat di tengah kedua temannya itu.

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang