3-12 • Asing

17 10 3
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Wanita paruh baya itu berjalan menuju Claudia dengan kedua tangannya terbuka. Claudia pun dengan sukarela menerima pelukan dari wanita itu. Dan setelah melepas pelukannya, Wanita itu pun bertanya dengan semangat, "Gimana, hari ini udah siap photoshootnya? Udah izin ke sekolah kan?"

"Udah dong! By the way, liat bajunya nihhh, udah saya cocok-cocokin sama tema photoshoot hari ini!" Claudia berputar-putar antusias sembari berpose anggun, memperlihatkan pakaian yang telah ia pilih selama dua jam di depan cerminnya pagi ini: Kemeja longgar berwarna biru langit, rok panjang berwarna cream muda, dan sepatu hak rendah berwarna maroon.

Kombinasi warna yang begitu nyentrik, namun entah bagaimana, warna itu berpadu sempurna pada fisik Claudia yang hampir mendekati kata sempurna. Bu Ida adalah salah satu dari banyaknya mata yang mengagumi fisik gadis remaja itu. Dan selama dua tahun ke belakang, ia telah membantu Claudia dan juga Laras untuk menerima pekerjaan sebagai model dari berbagai macam brand berskala kecil sampai dengan sedang.

Penghasilan mereka memang tidak sebanyak model profesional resmi yang dipegang oleh agensi-agensi besar, namun bohong namanya kalau penghasilan mereka dibilang kecil. Karena faktanya, sejauh ini, penghasilan mereka sudah jauh lebih cukup untuk biaya hidup mereka berdua. Dengan gaya Claudia hidup yang lumayan mewah pun, dan setelah uangnya dihabiskan untuk membayar biaya perawatan Kailani, puluhan juta masih tertutup rapat di dalam kartu kreditnya.

Mereka berdua pun mulai berjalan menuju lokasi tujuan. Mata Claudia berkeliling, menikmati pemandangan Jalan Braga yang hari ini begitu sejuk. "Kok hari ini gak ada mobil atau motor sama sekali lewat sini ya Bi?"

"Oh, kamu gak tau toh? Hari ini pemerintah ngadain Car Free Day di sepanjang Braga. Gimana, sejuk kan?"

Claudia mengangguk riang. Tawa lepas dari pasangan yang sejak tadi dilewatinya, lukisan-lukisan jualan indah yang dipajang di sepenjuru jalan, lampu bermodel 90-an yang adalah khas jalan dari itu, semuanya begitu ia rindukan. "Udah lama saya gak ke sini, kangen deh sumpah."

"Oalah, dulu kamu suka ke sini emang?"

"Iyaaa, dulu saya suka ke sini sama-" Bunda, kata itulah yang seharusnya keluar dari bibirnya. Namun kini justru hanya mengambang di tengah tenggorokannya. Rasa rindu yang begitu berat tiba-tiba memenuhi dadanya, bersamaan dengan puluhan memori indah bersama Ibunya di jalan itu.

Menyadari gelagat Claudia yang aneh, Bu Ida pun insiaitif bertanya dengan tawa renyahnya, "Kenapa, kenangan sama mantan ya?"

Claudia pun tertawa kaku mendengar tebakan itu, hanya bisa mengangguk pasrah karena ia tak mau membahasnya lebih lanjut. Karena nyatanya, gadis remaja itu sama sekali tak mempunyai mantan kekasih.

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang