4-7 • Tentang Impian

25 10 1
                                    

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Perempuan itu berlari menyambut Claudia yang baru melangkah masuk pada pintu utama rumah sakit, kemudian memberi pelukan sambutannya.

"Masyaallah, Claudia, kamu cantik bangeeet." Kartika menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, terkejut setelah melihat Claudia yang memakai kerudung untuk pertama kalinya. "Lucu banget model kerudungnya ihh. Cocok bangettt."

Senyum terukir di bibir Claudia setelah mendengar pujian hangat itu. "Iya nih, berkat Bunda juga, tadi pagi gue baru diajarin cara make pashmina. Alhamdulillah sekarang udah bisa."

Setelah selesai melepas rindunya kepada Claudia, ia pun salim kepada wanita yang berdiri di samping Claudia.

"Kamu yang namanya Kartika, ya?"

Kartika mengangguk. "Benar, Bu."

"Masyaallah, cantik banget ya kamu. Claudia udah cerita banyak tentang kamu, Bunda seneng akhirnya bisa ketemu kamu."

"Ah Bunda mah bisa aja." Kartika mengibas tangannya, tersipu malu atas pujian yang diterimanya. "By the way, yang lain udah pada ngumpul di depan ruang rawat Kailani sejak tadi, kita langsung ke sana aja yok."

───── ∘•∘❉∘•∘ ─────

Dari semua temannya yang ada di situ, Laras yang terlihat bahagia setelah melihat Claudia, sampai-sampai dirinya mengeluarkan air mata di dalam pelukan sambutannya itu. "Lo jangan aneh-aneh lagi ihhh, apa-apa tuh cerita, jangan ngilang!"

Claudia hanya bisa tersenyum kaku di dalam pelukan itu, masih merasa bersalah karena telah membuat teman-temannya khawatir habis-habisan karena tindakannya beberapa malam yang lalu.

Setelah selesai melepaskan rindunya dengan Laras, Claudia bersama Ibunya pun lanjut menyambut satu per satu temannya yang berdiri di lorong itu, tak luput dari kata maafnya karena telah membuat mereka semua khawatir. Mulai dari Delyon, Lily, dan terutama Risa, karena Bapaknya dan pihak kepolisian yang ikut direpotkan atas kelakuannya.

"Udah, gak usah dipikirin kok, yang penting sekarang kamu masih di sini. Tapi janji ke aku, jangan pernah berpikir buat ngelakuin hal itu lagi, oke?" Risa tersenyum hangat.

Claudia mengangguk. "Iya, Ris. Dan sekali lagi, maaf ya." Claudia pun kembali menatap teman-teman di sekitarnya. "Tapi... kalian semua ngapain di luar? Bukannya harusnya kita udah bisa masuk ya?"

"Kita dari tadi udah ngobrol sama Kailani kok." Delyon menghentikan kegiatannya mengemil snack, membantu menjawab pertanyaan itu, "Tapi Kailani sama Kak Yasa lagi ngobrol berdua di dalem, jadi Kailani minta kita keluar dulu."

"Oalah, ada Kak Yasa, ya..." Claudia kembali teringat pada fakta bahwa sampai detik ini, orang yang paling tersakiti akan perbuatannya yang dulu selalu membully Kailani adalah Kakaknya. Dan sampai sekarang, ia pun masih belum mendapat maaf dari Kakaknya itu. Tapi tak apa, karena, "Gue masih harus berjuang buat mendapat maafnya dia."

Kartika pun menepuk bahu Claudia. "Pasti kamu bisa kok, semangat ya!" Kartika mengangkat kepalan tangannya, mencoba menyemangati Claudia.

Menyadari ada seseorang yang hilang, Claudia pun bertanya, "Eh, Alvin mana ya?"

Delyon yang sedang duduk di bangku tak jauh dari mereka, inisiatif menjelaskan, "Dia lagi di kamar rawat Bokapnya, lagi ngobrol mereka."

"Ehhh, Bokapnya udah sadar???"

Delyon tersenyum, kemudian mengangguk ringan.

"Alhamdulillah, habis ini kita jenguk dia yuk."

"Gas," jawab Delyon yakin. "Yang lain juga ikut yak," ujarnya sembari menatap satu per satu teman-temannya yang ada di situ. Mereka pun mengangguk, mengiyakan ajakan Delyon.

DhatriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang