4. JANGAN

97 15 13
                                    

Tidak singkat. Tidak padat, tapi sangat jelas panjang lebarnya. Bagaimana Chia menceritakan detail perkenalannya dengan Bima via group Facebook itu berlangsung, dan Dita hanya merespons alakadarnya.

"Iya-in aja kali ya omongan kamu itu," ucap Dita tidak berminat, lalu berdiri. "Aku ke kelas, ya. Bentar lagi bel masuk," pamitnya sambil melihat jam di pergelangan tangan, dan pergi begitu saja.

Chia mencebikkan bibir. "Ngga ngehargai banget sih udah capek-capek aku ngedongeng malah diginiin. Sabar Chia. Sabar." Diusap perlahan dadanya.

Chia ponselnya, "yah. Lima menit lagi masuk. Mana Bima belum bisa dihubungi lagi," keluhnya.

Ternyata dia tidak bisa hanya berharap pada Bima seorang. Jadi Chia memfoto tugasnya, kemudian dibagikan ke group "Pembantai Lazy Student". Chia tidak henti-hentinya berdo'a agar cepat ada yang merespons.

Ya, benar saja seperkian detik berselang ada dua yang sudah menawarkan bantuan.

Dayata Pramana

Kasih nomer wa lu. Entar gue bacain lewat telpon.

Amar Z

PC gue aja. Entar dibantu semaksimal mungkin.

Baru jari-jemari Chia hendak mengetik di kolom komentar sebelum akhirnya mendapat telepon.

Bima Muctar calling

Segera Chia menjawab panggilannya. "Hallo?" sapanya sambil menempelkan HP di telinga kanan.

"Chiaaaa ...." Suara Bima terdengar ngos-ngosan. "Kalau kamu butuh seseorang buat bantuin tugas sekolah kamu bilang sama aku, ya? Jangan posting apa pun lagi ke group itu. Jangan chat pribadi siapa-siapa kecuali aku. Paham?"

Chia mengerjap, mencoba memahami maksud ucapan Bima. Memang terdengar santai, tapi seakan tengah memberi suatu peringatan.

"Chia?" Kembali Bima memanggil.

Chia berdecak kesal. "Iya?"

"Kamu nggak seneng ada yang dengan suka rela menawarkan bantuan?"

"Seneng sih. Akhirnya ada yang mau bantu ngerjain tugas-tugas aku tanpa bayaran, tapi masih kaya aneh gitu, tiba-tiba aja kamu gini. Padahal kemarin nyuekin aku sampe ketiduran."

Hening

"Chia ...."

"Apa?"

"Cuma nawarin otak aku aja, kok. Nggak lebih. Serius."

Iya, nggak lebih.

Berselang detik. Chia baru nggeh apa maunya Bima. Kini, perasaannya membuncah bukan main. Andai saja di kelas tidak ramai orang sudah pasti dirinya akan berjingkrak-jingkrak sangkik bahagianya.

"Makasih banyak, ya, Bimaaa."

Bima hanya berdehem.

"Pucet amat, woy!" Dera datang, menepuk pundak Bima sembari duduk di pinggiran lapangan sepak bola. Kelas olahraga mereka baru akan dimulai.

"Bimaaa ... sakit?" Penuh kehati-hatian Chia bertanya.

Seulas senyum tipis tercetak di sudut bibir Bima. Membuat Dera kelabakan melihatnya, beberapa kali lehernya memanjang demi memastikan apa yang terpampang dari samping nyata atau halusinasi belaka.

Bima menggeleng sekali. "Enggak, Chia. Cuma capek dikit aja."

Dera makin melongo, lalu berteriak memanggil yang lainnya. "Ir! Kir! Ade!" Tangannya ikut melambai, mengajak mereka yang sedang berselonjoran di rumput-rumput lapangan menunggu kehadiran Pak Galang Admaja selaku guru penjaskes.

MY CUTE CHIA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang