18

28 4 2
                                    

18

"Sorry, ya." Anjani sedikit membungkuk di depan meja Chia. "Gue mau balik ama Dera. Kalau Erika ikut rapat OSIS bareng cowok lo," sambungnya tidak enak hati.

Chia mendongak, matanya berkedip beberapa kali memikirkan sesuatu. Seperti ada yang janggal. "Kok?" Suaranya terjeda. "Bukannya Kak Dera juga anggota OSIS?"

Anjani mengulum senyum malu-malu, sebentar dia melirik seisi kelas yang hanya tertinggal seperempat dari keseluruhannya. Lantas berbisik teramat pelan.

"Dera ijin sakit, padahal mau nonton ama gue," ungkapnya, lalu terkekeh geli.

Geleng-geleng kepala Chia. Mau heran, tapi ini duo bucin memang tidak bisa terpisahkan. Bagaimana lagi, coba?

Akhirnya pasrah jalan satu-satunya. Chia dengan sukarela membiarkan dua temannya melakukan hal menyenangkan. Sementara dia, memilih memesan ojek online, dan beristirahat di rumah.

--

Usai, berkenalan dan bincang-bincang ringan bersama calon anggota baru OSIS. Bima celingak-celinguk ke seluruh area sekolah. Memastikan Chia masih di sini atau sudah pulang lebih dulu. Spam chat telah dikirimkan dan berulang-ulang menelepon. Namun, tidak satu pun ada yang direspons.

"Ke mana, Sayang?" geram Bima tidak tertahan, seraya berjalan ke arah parkiran.

Haruskah dia ke rumah kekasihnya?

"Nyari Chia?" tebak Erika dari balik punggung Bima.

Tanpa berniat menoleh, Bima hanya mengangguk sebagai jawaban.

Erika maju selangkah agar lebih dekat, lalu memberi tahu sesuatu. "Gue bocorin sesuatu, tapi janji jangan kasih tau Chia."

Reflesk Bima berbalik badan, begitu penasaran hal apa yang akan disampaikan teman pacarnya itu.

Sebelum meneruskan, Erika tertawa puas dalam hati. Kapan lagi bisa membuat es batu luluh lantah seperti sekarang.

"Lo tau hari ini KKN di Desa Penari tayang di bioskop?" tanya Erika.

Bima menggeleng.

"Pantesan."

"Kenapa?" Bima kian tidak sabaran.

"Dera bela-belain harus pura-pura sakit demi nemenin Anjani buat nonton film itu, tapi lo?" Terlihat jelas raut wajah Erika meremehkan Bima. "Lo ... malah sibuk ngurus OSIS. Sampe  nggak tau kalau Chia di rumah lagi nangis-nangis gara-gara pacarnya nggak punya waktu sedikit pun buat dia. Lo berdua belum pernah ngedate, kan? Dan belum pernah bikin Chia bahagia juga, kan?"

Hening

Muka Bima yang biasa tersorot dingin, kini tertunduk seakan perkataan Erika barusan adalah sebuah fakta yang menohok relung hatinya. Benarkah Bima tidak pernah membuat Chia bahagia?

Erika bersedekap dada, sebelum melenggang pergi dia mengutarakan satu kalimat yang membuat Bima makin diselubungi rasa bersalah.

"Chia nggak balas chat lo, kan? Jangan ngarep diperhatiin, dimanjain melulu kalau lo sendiri nggak ada timbal baliknya!"

Setelahnya, Erika tertawa ngakak sambil memburu langkah agar suaranya tidak diketahui Bima.

--

Esok paginya. Ayah dan Bubun pergi ke Bogor untuk mengecek usaha Ayam Bakarnya di sana. Kembali Chia hanya berdua dengan asisten rumah tangga.

Chia keluar kamar tepat pukul setengah enam. Masih ada waktu sembilan puluh menit lagi berangkat sekolah. Namun, setelah melepas kepergian orangtuanya Chia tidak lagi mengantuk. Dilihatnya meja makan, ada dua kotak ayam bakar lengkap beserta nasi dan lalapan. Tiba-tiba otaknya teringat Bima yang sendirian di appartement. Jadilah dia berinisiatif mengambilnya. Kali ini bukan untuk dijadikan bekal, tetapi untuk sarapan bersama. Segara Chia balik ke kamar, mengambil tas dan memasukkan berbagai alat tulis untuk kebutuhan sekolah. Tak lupa seragam, rok, serta dasi dimasukkannya juga. Chia berniat menemui Bima, meskipun masih menggunakan dress tidur bergambar micky mouse setengah paha.

MY CUTE CHIA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang