13
Chia berbisik pada gitaris di sisi kanannya. Memberi tahu lagu apa yang akan dinyanyikan. Sementara tangan kanan sudah memegang mic, siap mempersembahkan pertunjukan terbaik versinya.
Petikan senar perlahan mengalun syahdu, diikuti benderang drum yang berdentang seirama yang menimbulkan bunyi riang.
Chia tersenyum tipis, menatap Bima yang setia memandanginya tanpa berkedip.
"Lagu ini ...." Chia berucap, terus melempar pandang ke arah Bima. "Buat dia, yang katanya setelah kenal gue jadi suka sama lagu dari RAN. Dekat di hati," sambungnya.
Hanya terdengar iringan musik, sebelum lirik pertama dilantunkan.
"Terimakasih tetap mengejar, walau kamu sadar kalau aku terus menghindar. Juga terimakasih karena rasamu tidak pernah pudar. Terimakasih ...."
Rangkaian kalimat terakhir, sebelum akhirnya Chia mulai meresapi syair lagu yang hayatinya.
"Dering telponku membuatku tersenyum di pagi hari," senandungnya mengawali.
Bima tersenyum lebar. Dia begitu ingat bagaimana perasaan yang begitu bahagia saat mendengar lagu tersebut yang seolah mengutarakan isi hatinya untuk Chia yang diujung pulang sana.
"Kau bercerita semalam kita bertemu dalam mimpi."
"Omg!" Anjani memutar otak mencoba mencari tahu siapa yang di maksud Chia. Matanya menelisik sekitar, tapi tidak ada satu pun tanda-tanda yang ditemukan. Dia menepuk pundak Erika, lantas berbisik. "Gue rasa Chia punya gebetan di sini. Ya, nggak, sih?" tebaknya. "Mana sih? Mana?!" cecarnya menoleh ke sana-sini.
"Entah mengapa aku merasakan hadirmu di sini. Canda tawamu, menghibur saatku sendiri. Aku di sini dan kau di sana. Hanya berjumpa via suara, namun kuselalu menunggu saat kita akan berjumpa. Meski kau kini jauh di sana kita memandang langit yang. Jauh di mana, namun ...." Mic itu dilayangkan ke penonton yang langsung bersorak lantang.
"DEKAT DI HATI ...."
Erika mengendikkan bahu. Dia begitu acuh, fokusnya hanya bersenandung mengikuti Chia.
Chia tersenyum puas hingga matanya menyipit sangking senangnya. Ini bukan kali pertama seakan dirinya sedang konser. Dulu, sewaktu di desa juga pernah. Hanya saja, bedanya sewaktu di SMP menyanyikan lagu kebangsaan. Sekarang seperti tengah mengungkapkan perasaan. Eh!
Digeleng-gelengkan kepala Chia. Merasa geli sendiri atas apa yang baru dipikirkan.
"Makasih lho, ya. Lagunya ngena banget," ucap Ade setelah Chia menyelesaikan lagunya.
"Bukan buat Kakak, kok," balas Chia begitu polosnya. Sontak saja Ade, Kiara dan Ira meneriaki telinga cowok itu. "Malu-maluin!"
"Terus buat siapa, dong?" Anjani yang dasarnya dari tadi penasaran, langsung memancing.
Chia melirik Bima yang kini memasukkan kedua tangan ke saku celana. Lelaki itu hanya diam, tanpa ekspresi. Mungkin dia sadar diri bahwa Chia tidak akan pernah menganggapnya nyata. Sebab hanya disapa sedikit layaknya kemarin, Chia langsung ketar-ketir sangking paniknya.
"Buat ...."
Jeda sesaat.
"Bima Muctar ...." Jujur Chia mengaku.
Entah keberanian dari mana yang pasti nama itu melintas begitu saja. Membuat degupan dalam dadanya terguncang dadakan. Chia mundur, ketika langkah kaki besar Bima mengarah kepadanya tanpa ragu.
Semakin dekat, semakin Chia menelan susah payah salivanya. Benaknya bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Bima sekarang? Dan ... tanpa aba-aba ditariknya pergelangan Chia sampai menabrak dada Bima. Seulas senyum penuh kemenangan tersungging di bibir Bima yang jarang sekali orang lain lihat sangking langkanya. Kontan saja semua murid baik junior maupun senior memekik heboh atas apa yang terjadi di panggung alakadarnya tersebut.
![](https://img.wattpad.com/cover/369653360-288-k592974.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUTE CHIA (ON GOING)
Fiksi RemajaJatuh cinta kepada sesosok wanita maya yang tidak di ketahui identitas dan wajah aslinya. Apakah itu normal? - Start 2024 Update kalau inget ya hihi Mari support aku ya, gais :-)