8

45 5 0
                                    

Enaknya di chapter berapa, ya, Bima ketemu sama Chia?😆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Enaknya di chapter berapa, ya, Bima ketemu sama Chia?😆

Ada yang nggak sabar?❤

--

Chia menghela napas panjang sebelum kakinya turun dari trevel yang didampingi oleh Fitrah datang ke Jakarta. Tepatnya Jakarta Barat. Tempat di mana dia bisa menemukan ... Bima.

Sepasang sanak saudara itu memasuki rumah berlantai dua yang disambut oleh asisten orangtua Chia. Bi Minten.

"Mbak Chia, ya?" Yang sedari tadi menunggu di depan memastikan sambil membuka pintu.

Chia ragu untuk menjawab, justru Fitra yang menyahut. "Iya, Bik. Maaf, ya. Chianya abis mabok jadi kurang fokus."

Bibi Minten mengangguk paham. "Nggak apa-apa, Mas. Yaudah yuk cepetan masuk dan istirahat," katanya dengan logat khas Jawa yang kental.

Mata Chia menatap sekeliling. Begitu asing. Satu rumah dan beberapa rumah lainnya, yang begitu rapat tanpa celah, pun minim pepohonan seperti di desanya. Sedikit terkesan gersang sebab tempatnya berpijak bukan rumput melainkan paving.

Chia menghela napas panjang. "Harus adaptasi. Harus adaptasi," gumamnya menyemangati diri.

"Chia ...." Fitrah mengkode agar segera menyusulnya yang nyaris melewati pintu utama.

Senyum tipis terbit di bibir Chia sebelum berjalan. Entah mengapa dia begitu merindukan sosok Dita. Andai keduanya bersatu pasti Chia tidak akan malu untuk bernorak-norak-ria saat melihat sesuatu yang wah di depan mata.

Langkah Chia terhenti di bawah tangga samping kulkas. Chia lupa kali terakhir ke rumah ini. Mungkin sewaktu balita?

Rumah minimalis milik ayah dan bubun terlihat nyaman dan rapi. Di lantai satu ada satu kamar kosong yang nanti akan di huni Chia. Di ruang tamu ada sofa yang menyatu dengan televisi. Lalu di paling belakang adaz dapur yang bersebrangan dengan toilet. Juga di atas ada satu kamar utama orangtuanya yang ada kamar mandi di dalamnya, dan terdapat balkon cukup lebarn, diisi mesin cuci beserta keperluan menjemur baju.

Lama Chia berdiri, menelisik tiap sudut bangun bercat putih yang akan dia tinggalin. Tiba-tiba ponselnya berdering. Sontak Chia mengeluarkan benda pipih itu dari tas selempang.

Dita Bestie.

"Udah sampe, lo?" tanya Dita setelah tersambung dengan aksen memgejek. Sebab sebentar lagi Chia akan menjadi anak kota seutuhnya.

Chia tertawa ngakak sembari menghempaskan diri di sofa dan menyandarkan punggungnya.

"Gue udah di rumah nyokap, dong!" sahut Chia meladeni.

Fitrah yang baru keluar dapur mengambil beberapa cemilan menggeleng melihat tingkah keponakannya.

Memang beberapa bulan terakhir sebelum kepergian Chia. Dia dan Dita sudah menggunakan bahasa gaul. Berharap saat Chia masuk sekolah nanti tidak begitu memalukan dan mudah untuk beradaptasi. Ya, meskipun nanti, sering kesusahan. Setidaknya Chia sudah berusaha semampunya.

MY CUTE CHIA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang