9

50 4 4
                                    

Merasa kasihan melihat ekspresi wajah Chia yang begitu menyedihkan. Anjani dan Erika berdiri setelah membayar dua puluh ribu uang pas kepada penjual bubur. Keduanya menarik lengan Chia. Saling bersisian. Anjani di kanan dan Erika sebelah kiri.

"Sori, ya. Kita berdua emang suka bobrok kaya tadi," ucap Erika berharap Chia memaklumi.

Kini, ketiganya berjalan menelusuri pinggiran kota. Chia hanya mampu mengangguk paham.

"Gapapa, santai aja. Lagian emang guenya yang nggak tau jalan," aku Chia jujur.

"Btw, rumah lo di mana?" Anjani bertanya.

"Cluster Barcelona nomer 28."

"What the hell!" teriak Anjani dan Erika serentak. Kontan saja Chia mengaitkan bahunya ke telinga karena merasa ngilu dipendemgarannya.

"Perumahan lo serangan sama kita, dong! Gue ama Erika di Cluster Madridnya," jelas Anjani menunjuk dirinya dan Erika bergantian.

"Bedanya. Gue blok A nomer 21 dan Anjani blok B nomer 11," pungkas Erika kemudian.

Lagi, Chia hanya mengangguk dia bingung harus menjawab apa. Kalau saja lawan bicaranya adalah Dita sudah dipastikan mulutnya itu akan menanggapi panjang lebar bahkan sampai berbusa.

"Mau kenalan?" Chia menghentikan langkah.

Tangan Anjani terulur, "Anjani Maharani."

Bersamaan dengan Erika juga melakukan hal yang sama, "Erika Wirawan."

Chia ingin sekali menyambutnya, tapi kedua tangannya tidak bisa digerakkan.

"Nggak usah pegang tangan kita. Cukup sebut nama aja," celetuk Anjani, lalu kembali menggeret kaki menyusuri setapak semen.

"Gue ... Grachia Arkananta. Sering dipanggil Chia," beri tahunya. "Kalian sekolah di mana?" tanya Chia membuka obrolan baru mencoba mencairkan suasana.

"Baru lulus SMP. Sekarang OTW SMA Bhinekha Nusantara." Anjani mewakili.

Bibir Chia menganga mendengarnya. Astaga itu kan sekolahnya Bima dan yang akan menjadi tempatnya menimba ilmu juga.

"Sama. Gue juga akan di sana."

Terhenti lagi langkah mereka. "OMG! Serius?!" Anjani memekik girang.

Chia mengangguk semangat.

"Wih, mau barengan nggak?" tawar Anjani.

Dengan senang hati Chia mengiyakan.

--

Tiga siswi yang kompak menggerai rambut panjangnya itu urun dari Go-Car yang dipesan dari aplikasi. Lagi-lagi Chia berada di tengah, diapit Anjani dan Erika. Selalu begitu dari awal bertemu.

"Pacar gue mana, ya?" gumam Anjani menetap kesal setiap sudut selasar sekolah mencari sang kesayangan.

Melihat Chia kebingungan. Erika segera berbisik. "Pacar yang dimaksud itu Kak Dera. Wakil ketua OSIS di sini."

OSIS? Pikiran Chia langsung melayang padanya.

"Kalau ketua OSIS-nya, siapa?" Penuh kehati-hatian Chia bertanya. Dia harus berlagak biasa agar tidak ketahuan sedang cari informasi seseorang.

"Namanya Kak Bima. Bima Muctar!" timpal Anjani seraya menarik dua temannya ke lapangan utama. Tempat seluruh siswa-siswi baru dikumpulkan untuk mengikuti acara pembukaan sebelum ajang MOS dilaksanakan.

Mereka berhenti di bawah pohon paling pojok menghindari siluet matahari yang cukup menyilaukan mata.

Anjani menyenggol bahu Chia, sembari telunjuknya mengarah ke beberapa Team OSIS yang ada di dekat tiang bendera. Segerombol orang itu tampak begitu sibuk pada tugasnya masing-masing.

MY CUTE CHIA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang