Hampa

175 18 1
                                    

"APA??!!" Changse sanren tidak percaya dengan apa yang di sampaikan Wen qing mengenai anak semata wayangnya,bagaimana bisa ia tidak menyadarinya selama ini.

"Saya tahu pasti tante tidak akan percaya,tapi inilah kenyataannya tan"Wen qing memegang tangan Changse sanren,mencoba untuk menenangkannya.

Wei wuxian hanya bisa terdiam dan menunduk melihat ibunya yang begitu frustasi saat mendengar penyakitnya. Ia tidak bisa berbuat apa apa untuk ibunya bahkan untuk dirinya sendiri.

"A xian,maafkan mama. Maafkan mama karena tidak bisa merawat mu dengan baik,maafkan mama karena sering meninggalkanmu"

"Jika saja mama tidak egois,pasti A xian akan selalu sehat sampai detik ini *hiks jika bisa,biar mama saja yang menanggung penyakit ini A xian"

Changse sanren semakin histeris,ia menyalahkan dirinya sendiri. Wei wuxian tidak sanggup melihat ibunya seperti itu, ia pun memeluk sang ibu.

"Ma,A xian mohon jangan seperti ini,jangan menyalahkan diri mama sendiri."

Ibu dan anak itu salang berpelukan,berusaha menguatkan diri mereka masing masing, sedangkan Wen qing ia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk sahabatnya itu.

~~~~~~

"Bagaimana?apa ada yang kkau rasakan lagi akhir akhir ini?" Wen qing memijat di beberapa bagian kaki kanan Wei wuxian.

"Sepertinya sedikit demi sedikit,aku sudah tidak bisa menggerakan kaki ku secara bebas Wen qing,terutama kaki kanan ku"

"Aku akan menyiapkan obat untukmu mulai sekarang, obatnya bisa memperlambat gejala2 berikutnya. Dan kau juga harus rajin meminumnya."

Wei wuxian hanya bisa mengangguk patuh, Changse sanren melihat putranya dengan wajah khawatir. Namun Wei wuxian yang sadar akan itu memberikan senyuman pada ibunya.

"A xian tidak apa apa ma"

"Baiklah,ini obatnya di minum 3×1 setelah makan dan juga aku memberimu ini, tongkat ini akan berguna di masa yang akan datang untukmu"

"Baiklah,ini obatnya di minum 3×1 setelah makan dan juga aku memberimu ini, tongkat ini akan berguna di masa yang akan datang untukmu"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eum, terima kasih banyak Wen qing" hanya itu yang bisa Wei wuxian ucapkan sebelum akhirnya ibu dan anak itu pergi.

~
~
~

Semua gelap, hampa, sakit terasa di dada tanpa tau harus bertanya ke siapa. Ia terus mengingat wajah kekasihnya saat terakhir kali mereka bertemu, kenapa... kenapa Wei Ying mengatakan itu?

Datar wajah Lan Wangji benar-benar suram jika dilihat oleh orang lain. Kepala berdenyut selama di perjalanan pulang dari rumah Wei Wuxian malam itu. Sesekali melamun sambil menyetir mobil itu berbahaya memang, tapi Lan Wangji sedih mendengar perkataan kekasihnya.

Ia pun memberhentikan mobil di pinggir jalan sambil menatap lampu lalu lintas yang berwarna merah. Wei Ying, aku mencintaimu, tolong katakan alasanmu mengatakan itu... apa yang salah?

'Tiin tiin!!!' suara mobil dibelakangnya membuyarkan lamunan Wangji dan dengan segera ia bergegas pulang dengan hati kalut. Malam makin larut namun pria tampan dengan wajah sedih itu tetap duduk terdiam di kasurnya.

Ada satu sumber cahaya disana yang ditatapnya lekat, ponselnya menampakkan wajah ceria sang kekasih yang terus berada di pikirannya. Ia yakin besok Wei Ying nya pasti akan kembali seperti sedia kala, mungkin saja Wei Ying sedang banyak pikiran dan akhirnya mengatakan hal yang tidak tidak seperti 'ayo kita akhiri hubungan ini'.

Kata kata itu masih terngiang di kepala Lan wangji,dan pada akhirnya ia tidak bisa memejamkan matanya untuk melepas penat.

~~~~~

Jam 5 pagi namun Lan Wangji belum tidur sedikitpun karena hatinya merasa tidak nyaman, tak tahan untuk menunggu lagi ia pun memberi pesan pada kekasihnya.

5 menit... 10 menit... Pesannya tidak dilihat oleh Wei Wuxian yang biasanya akan cepat membalas pesan. Wei Ying... aku merindukanmu, aku ingin bertanya maksud perkataanmu kemarin.

Sesak di dada membuat pria itu mengerutkan alis tidak senang membayangkan jika apa yang dikatakan kekasihnya akan menjadi kenyataan. Ia tidak terima, Wei Ying adalah hidupnya, dunianya, nyawanya dan kebahagiaannya, ia tidak mau kehilangan Wei Ying.

Apa yang harus dilakukannya untuk menyampaikan perasaan yang sedalam ini pada kekasihnya. Lan Wangji ingin membujuk kekasihnya untuk tidak meninggalkannya, ia sangat membutuhkan Wei Wuxian saat ini namun pesannya saja tidak dibaca olehnya.

Hari besok dan seterusnya pun sama, Wei Wuxian tidak membalas pesan darinya. Mata pria datar itu terus melamun lalu sedetik kemudian berubah menjadi sedih hingga terlihat hampir menangis, namun ia tutupi semua itu.

Para karyawan di kantor yang melihat hawa kelam di sekitar Lan Wangji hanya bisa diam dan menjaga jarak darinya karena takut membuat atasannya tersebut makin suram dan muram.

Lan Xichen yang khawatir pun bertanya pada adiknya namun hanya dibalas gelengan singkat dan diam. Lan Xichen memberanikan diri untuk memberi kabar yang selama ini ia simpan dari Wangji.

"Wangji aku tahu ini mendadak...tapi paman berniat untuk menjodohkanmu dengan Qin Su, bagaimana ap..." Lan Xichen terdiam melihat wajah adiknya yang terus menunduk tak bersuara.

Ia ingin melanjutkan penjelasannya tapi sepertinya adiknya tidak dalam kondisi yang baik, 'apakah Wei gongzi mengatakan sesuatu padanya tentang ini?' batinnya dalam hati.

Lan Wangji tetap diam, hatinya sakit ia sangat merindukan kekasihnya. Namun bagaimana caranya ia bisa menghubungi Wei Wuxian yang sekarang menjauh, ia terisak-isak setiap malam dan tidak tidur.

Sambil terus berharap Wei Ying akan membalas pesannya. Ingin sekali ia datang ke rumah kekasihnya namun ia harus menahan diri.

~~~~~~

Hambar, Lan Wangji meletakkan sendok makan yang tidak jadi dipakainya di kantin itu sambil menatap kosong makanannya. Sudah berhari-hari ia makan sedikit, ia benar-benar khawatir akan keadaan kekasihnya.

Beberapa kali Lan Wangji menepuk bahu seseorang yang mirip Wei Wuxian dan ternyata bukan yang ia cari, halusinasi mulai berdatangan Lan Wangji benar-benar hancur tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk kembali pada kekasihnya.

Qin Su dikejauhan menatap pria malang tersebut dengan hati nanar. Ia hendak makan siang bersama Lan Wangji namun diurungkan niatnya tersebut karena keadaan pria datar itu yang semakin buruk setiap
harinya.

Baru kemarin ia dapat kabar kalau paman Qiren ingin menjodohkannya dengan Lan Wangji, hati Qin Su berdebar senang dan khawatir sekaligus membayangkan bagaimana reaksi pria pujaannya tersebut mendengar kabar ini.

Hari ini ia mendapat kabar bahwa Lan Wangji izin pulang lebih cepat karena tidak enak badan. Memang badan pria datar pujaannya itu semakin kurus dan lesu.

Apa ini semua karena perjodohan kita? Apa Lan Wangji tidak mau bersamaku sampai seperti itu? sekelebat kekhawatiran mengganggu pikirannya namun ia tetap memantapkan hati untuk terus mendapatkan perhatian Lan Wangji.

Ia berharap pria pujaannya akan membukakan hati walaupun sedikit padanya, ia yakin bisa membahagiakan Lan Wangji. Qin Su pun terus bergelut dengan pikirannya tanpa tahu apa yang membuat kesehatan Lan Wangji semakin buruk.






Tbc.

Maaf kalau banyak typo ya🙏
Tolong votenya dan semoga kalian suka🫶🫶🥹

You are my happinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang