Beberapa menit berjalan, mereka berpapasan dengan Faris yang tampak berjalan terburu buru sampai sampai ia tak menyadari keberadaan lima sahabat itu. Dilanda kebingungan dan penasaran, kelima orang itu lantas segera mengikuti jejak Faris secara diam diam.
"Tempat apa ini?" bisik Alya melihat ke sekelilingnya sudah penuh dengan pepohonan.
Di dalam hutan terlihat hanya ada satu rumah tua seperti tidak terurus oleh pemiliknya, dihalaman rumah tersebut ada seorang kakek kakek sedang duduk dikursi. Faris segera bergegas menghampiri rumah tersebut dan masuk kedalam mengikuti sang kakek. Sepertinya kakek itu memang sengaja duduk di halaman seraya menunggu kedatangan Faris.
Nalea mengajak keempat sahabatnya untuk menempelkan telinga mereka di dinding rumah bertujuan untuk menguping pembicaraan Faris dengan kakek itu.
"Tugas"
"Hilangkan"
"Hitam"
Hanya sekata dua kata yang berhasil terdengar oleh mereka. apa maksudnya itu?, batin Aileen bertanya tanya.
Tak berselang lama Faris keluar dengan membawa satu set alat panah pemberian sang kakek. Shazia dan keempat sahabatnya segera bersembunyi dibalik rumah tua agar tidak ketahuan. Faris membalikkan badannya mencari suara grasah grusuh dari belakang badannya, namun tidak terlihat apa apa. Ia pun berbalik badan dan melanjuti perjalanan hingga mereka tak melihatnya lagi.
"Huh untunglah" syukur Nayyara menenangkan jantungnya yang berdetak tak karuan.
"Kamu sih, hampir aja kita ketahuan"
"Lagian ada tokek di depan mata gimana gak kaget, untung aku masih tahan teriakannya" Sesal Nalea sedikit cemberut. Kemudian ia melihat ke Alya untuk berterima kasih karena ia lah yang membantu mengambil tokek tersebut menjauh dari Nalea.
"Makasih ya Alya untung ka- AAA!" Nalea dengan raut muka kaget ditambah panik reflek mengangkat tangan ketika melihat Faris menarik busur panah seakan akan ingin memanah Nalea.
Sahabatnya melihat perubahan raut wajah Nalea lantas ikut membalikkan tubuh melihat apa yang telah Nalea lihat. Seketika itu pula mereka ikut mengangkat tangan sembari berjalan mundur menjauhi Faris.
"Apa yang kau lakukan, Faris?" tanya Nalea dengan nada bergetar.
Faris tersadar, ia menurunkan panahan miliknya. "Maaf aku pikir suara grasah grusuh berasal dari babi hutan" ucapnya sedikit tertawa.
Babi hutan? Dasar, batin Nalea. "Ohh iya gapapa tadi kaget aja hihihi" balas Nalea tersenyum manis.
"Kalian ngapain kesini?" tanya Faris.
"Emm i-tu anu..., kami lagi jalan jalan! Ya kami lagi jalan jalan" jawab Nayyara terbata bata mencari alasan.
"Oh begitu"
"Oiya ada yang ingin aku bicarakan kepada kalian, ikuti aku" Faris memimpin jalan yang kelima sahabat itu tak pernah tahu jalan apa yang sedang mereka lewati.
Diujung jalan terdapat jurang yang jika dilihat kebawah aka nada pemandangan sungai dengan arus deras yang terlihat indah. walau bingung mengapa mereka dibawa ke tempat ini, tetapi mereka sangat menikmati keindahan alam yang sangat memanjakan mata.
"Kalian tahu kenapa penduduk kota ngga curiga sama kita?" tanya Faris memulai pembicaraan.
"Karena kami pake pakaian yang sama dengan penduduk sana?" jawab Aileen ragu ragu.
"Itu salah satunya, tapi sebenarnya jauh dilubuk hati mereka, mereka itu ingin sekali kembali menjadi manusia seperti kita" ucap Faris yang menghasilkan banyak pertanyaan didalam benak kelima sahabat itu.
"Manusia? Bukannya mereka itu juga manusia, walau sedikit berbeda"
"Dulunya mereka juga manusia seperti kita yang terjebak dihutan aneh ini"
"Lalu kenapa mereka jadi seperti ini?"
"Itu semua karena mereka telah dicuci otak dan dipaksa meminum ramuan yang dibuat oleh seseorang dari kalangan mereka. Akibatnya karakteristik penduduk sana dengan kita berbeda" penjelasan Faris membuat bulu kuduk kelima sahabat itu naik, mereka merinding mendengarnya.
Tiba tiba tombak menancap kuat disalah satu pohon. Mereka berenam langsung was was memperhatikan siapa yang melempar tombak tersebut. Ternyata sekelompok orang yang diduga sedang mencari gulungan kertas tua mulai menyerang mereka.
"APA APAAN INI?!" pekik Alya kaget.
"HATI HATI" teriak Faris digarda terdepan melindungi kelima perempuan.
Kelompok penyerang jika dihitung kira kira berisi dua belas orang, artinya masing masing orang setidaknya bisa melawan satu hingga dua orang penyerang. Mengandalkan kekuatan yang telah didapatkan, mereka dengan penuh usaha menyerang sekelompok itu.
Namun Nalea rasa kekuatannya yang berkaitan dengan air kurang berguna saat ini. ia hampir terpojok ke pinggir jurang, untung saja Alya menggunakan kekuatan tanahnya menahan kaki para penyerang dengan tanah yang mengubur kaki mereka.
Tanah dipinggir jurang semakin rapuh dan Nalea tak menyadarinya, hingga akhirnya ia pun terjatuh. Ketika ia terjun bebas tentu perasaan kaget menyelimuti tubuh Nalea, ia reflek merentangkan tangan ke depan berharap ada yang bisa menangkap tanggannya. Akan tetapi yang terjadi kedua tangan Nalea seperti mengeluarkan air yang cukup kencang untuk melawan penyerang tersebut. Namun ia sudah pasrah karena ia sebentar lagi akan terjatuh ke sungai berarus kencang. Ia mulai menutup mata sembari mengukir senyuman indah bagaikan hari terakhirnya.
"NALEA!"
Nalea kembali terangkat setelah ia diselamatkan oleh Nayyara dengan kekuatan angin miliknya. Nalea membuka matanya kembali, sempat bingung namun ia langsung tersenyum kembali ketika melihat Nayyara sedang memegang tangannya.
Mereka berdua mengangguk yang sebagai isyarat ungkapan semangat dan pasti bisa. Lalu mereka berenam kembali focus mengalahkan dua belas penyerang bersenjata tombak.
Dengan keyakinan penuh mereka pun berhasil mengalahkan para penyerang kemudian mengambil semua tombak yang mereka miliki untuk alat berjaga jaga.
"Kita berhasil" tutur Shazia terkulai lemas.
"Yaa"
Jangan lupa untuk di vote ya teman teman💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan // 5 Permata antik
PertualanganBismillah... Bermula dari Shazia yang akan lamaran bulan depan. Para sahabatnya, Nayyara, Aileen, Alya, dan Nalea berencana untuk pergi berlibur bersama Shazia. Tak disangka pesawat yang mereka tumpangi mengalami turbulensi hebat yang membuat mereka...