PENCULIKAN🥷

16 4 0
                                    

Setelah dirasa badan sudah cukup bertenaga kembali, mereka memutuskan untuk pulang. Sepanjang perjalanan hanya terdengar suara lagkah kaki mereka, tidak ada satupun yang berbicara. Sepertinya mereka semuanya belum punya tenaga untuk berbicara satu sama lain. Tak mau perjalanan diliputi kesunyian, Nalea lantas bertanya kepada Faris sebagai pembuka topik pembicaraan.

"Faris, hmm ketika kami melewati rumah tua itu, kami mendengar kakek tua itu menyebutkan kata tugas, hilangkan, hitam. Kalau boleh tau maksudnya apa itu?" tanya Nalea canggung.

Aileen langsung mencolek tangan Nalea sebab ia rasa pertanyaan itu kurang pantas ditanyakan disaat mereka sangat kelelahan. "ngapain kamu tanya itu," bisik Aileen tepat ditelinga Nalea setelah Aileen melihat ekspersi wajah Faris yang berubah serius melihat ke arah Nalea.

"Eh- nggak nggak jadi, mungkin aku salah dengar pas lewat di rumah tua itu. aahahaha angin lewat, iya cuma angin lewat, maaf yaa" Nalea jelas menjadi kikuk ketika ia saling bertatap dengan Faris. Ia merasa apa yang ia tanya kan tadi membuat Faris tidak nyaman. Setelah mendengar pemintaan maaf dari Nalea, ia pun tersenyum dan memutar pandangannya mengarah ke depan kembali.

Suasana berubah sunyi kembali, hanya pikiran Nalea yang berisik. Ia bingung dan malu akan kejadian barusan yang membuat jantungnya berdegup kencang. Dasar Nalea, batinnya kesal.

Setelah mereka berlima melangkahkan kaki keluar dari kota Mangastiara, Nalea membalikkan badan berencana untuk berterima kasih kepada Faris, namun ia tak melihat keberadaan Faris. Cepat sekali dia pergi, gumam Nalea dalam hati.

Shazia mengambil tombak yang tadi ia letakkan di tanah sebelum memasuki kota. "Kita lupa cari pelaku ini," lirih Shazia bersedih.

"Aku rasa dua belas penyerang tadi pelakunya, Shazia. Mereka menyerang menggunakan tombak, tapi mereka kan udah kita kalahkan. Jadi jangan bersedih ya," ucap Alya tersenyum menenang Shazia yang kembali bersedih. Mendengar ucap Alya membuat Shazia tersenyum. Ia sangat senang mempunyai sahabat sebaik mereka.

"Kita balik kerumah ya, istirahat sekalian sholat dzuhur. Nanti sore kalau kita lanjutin perjalanan lagi gapapa," ajak Aileen dan semuanya mengangguk.

***

Setelah melaksanakan shalat dzuhur mereka keluar dari ruang bawah tanah untuk makan siang. Makan siang kali ini masih sama yaitu ikan bakar, mereka tak tahu lagi entah berapa banyak ikan bakar yang sudah masuk kedalam perut sejak hari itu.

Nalea kepikiran akan sisik yang ia miliki di kaki kirinya. Ia parno jika lama lama dirinya akan berubah menjadi duyung karena setiap harinya selalu menangkap ikan. Bahkan hari ini Nalea terlihat pucat saat melihat sungai, tentu tidak seperti biasanya. Nalea yang kemarin masih sangat senang bermain air sampai sampai pakaian basah miliknya berjejer rapi di ranting pohon untuk dikeringkan.

Para sahabatnya yang mengerti kondisi Nalea saat ini pun menyuruh Nalea untuk mencari ranting ranting kering disekitar tempat mereka tinggal saja, sedangkan keempat sahabat lainnya mencoba dengan segala cara sampai sampai berpikiran untuk memakai kekuatan mereka hanya untuk menangkap ikan.

Satu persatu ranting ranting kayu diambil oleh Nalea. Ketika ranting kayu dirasa sudah cukup Nalea bergegas kembali, namun sekilas ia melihat siluet manusia berjalan dari dalam hutan. Penasaran, Nalea yang masih menopang ranting kayu di dadanya langsung berjalan mendekati siluet itu. Semakin dekat siluet tampak semakin jelas. Faris, gumamnya mengetahui sosok dari siluet tersebut.

Nalea segera berlari hingga ia terengah engah dihadapan Faris. "Faris, apa yang kau lakukan disini?" tanya Nalea sembari mengatur nafas.

"Tidak ada, aku hanya ingin berjalan jalan" jawabnya dengan nada lembut.

"Oiya, sebelumnya aku meminta maaf karena tadi pertanyaan aku membuatmu tidak nyaman. Dan aku berterima kasih karena telah menemani kami sampai di gerbang kota" ucap Nalea.

Faris tersenyum mendengar setiap kata yang dilontarkan oleh Nalea. Kemudian ia berkata, "sama sama, tapi kau tidak perlu minta maaf karena aku akan menjawabnya sekarang"

"Jadi aku datang kerumah tua itu untuk berbicara kepada kakek itu. aku mengetahui tempat tersebut setelah aku menemukan potongan kertas ketika di dalam hutan. Disana dia memintaku untuk menghilangkan aura kegelapan yang menyelimuti kota Mangastiara dan itu menjadi tugasku," terang Faris.

"Aura kegelapan? Hmm. By the way alasan kamu diberi tugas itu apa?"

"Tugas itu diberikan agar aku bisa kembali ke dunia asli kita. Aku rasa kau juga punya misi tersendiri untuk kembali?" tanya Faris sembari menatap Nalea serius.

Faris terus saja menatap Nalea dengan tatapan serius dan sedikit menyeringai, hal itu membuat Nalea sedikit ketakutan. "Mi-misi... aku belum ada misi," jawab Nalea menyembunyikan perihal gulungan kertas.

"Yasudah aku pergi dulu, sahabat sahabatku sedang menungguku." Nalea meminta izin untuk pulang. Faris pun ingin menemaninya, namun ditolak oleh Nalea lantaran sebelumnya telah diberikan tatapan menyeramkan dari Faris.

Nalea berjalan cepat agar cepat sampai bersama para sahabatnya. Dirasa cukup jauh Nalea menoleh kebelakang melihat keberadaan Faris yang tak terlihat lagi. Merasa lega, ia pun menghembuskan nafas sembari kembali menoleh kedepan hendak melanjutkan perjalanan. Namun tiba tiba sosok misterius menghadang Nalea, ia dengan sigap menutup wajah Nalea menggunakann kain hingga pingsan. Sosok itu segera membawa Nalea pergi, hanya menyisakan ranting ranting yang telah jatuh berserakan di tanah.

Beberapa saat kemudian Nalea siuman. Saat hendak menyeka keringat di wajahnya, Nalea menyadari bahwa tangan serta kakinya sedang diikat. Walaupun sudah berusaha melepaskan ikatan tersebut, sayangnya ikatan tidak bisa lepas dari kedua tangan dan kakinya.

Pasrah, Nalea bersandar di dinding memandangi ruangan gelap tidak terurus. Disudut ruangan Nalea melihat seseorang yang juga sedang terikat sama seperti dirinya, namun orang itu tak kunjung sadar walau ia sudah meneriakinya beberapa kali.

Teriakan sangat nyaring seakan bisa mengoyakkan gendang telinga ternyata mengundang kedatangan sosok penculik dirinya. Ia menutupi wajahnya dengan kain dan hanya menyisakan lubang untuk tempatnya bernapas. Setelah kain penutup dibuka, Nalea yang menyaksikannya tentu terkejut, dadanya terasa sakit menahan goresan kekecewaan pada sosok tersebut.

Jangan lupa untuk di vote ya teman teman💕

Petualangan // 5 Permata antikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang