Sedangkan di hutan, mereka masih menyusuri hutan mencari keberadaan Nalea. Nayyara berkata tentang kecurigaannya terhadap sang kakek. Kecurigaan Nayyara pun dibenarkan juga oleh Alya yang dimana setelah ia meminum air tersebut tubuhnya mulai merasa gatal.
Lagi lagi dengan sangat cepat tombak menancap dibatang pohon. Sekelompok pemuda mulai berdatangan ke arah mereka dan kini mereka terkepung. Keempat sahabat saling punggung memunggung satu sama lain dengan tangan mereka sudah memegang anak panah untuk bersiap siap menyerang sekelompok pemuda bertombak. Kekuatan menghentikan waktu sangat dibutuhkan saat ini, batin Alya berbicara dengan segala khayalannya.
Salah satu pemuda mulai menyerang kemudian diikuti oleh para pemuda lainnya dari belakang, Alya yakin memulai penyerangan ini. Sebelum tombak mengenai dirinya, ia menutup mata dan menghembuskan nafas dengan penuh keyakinan. Seketika tidak terdengar suara teriakan dari para penyerang, hanya terdengar suara ketiga sahabatnya yang tak lama suara tersebut memudar.
Tung... tombak terjatuh tepat disebelah Alya, ia pun membuka matanya perlahan. Dilihatnya sekelompok pemuda berhenti menyerang, mereka mematung. Dalam waktu yang lama Alya menatap mata para pemuda, namun tak terlihat sekali pun mereka mengedipkan mata mereka sendiri. Alya memperhatikan apa yang terjadi sekarang, kemudian ia menoleh ke arah ketiga sahabatnya yang tak ikut mematung, mereka ikut kebingungan menyaksikan hal aneh ini.
"Ayo buruan kabur sebelum mereka menyerang kita!" perintah Alya sembari mengambil tombak tombak berjatuhan. Dengan sigap ketiga sahabat mengambil sisa tombak milik penyerang lalu berlari mengikuti jejak Alya yang telah berada di depan.
Sepulangnya mereka keruang bawah tanah, keempat sahabat itu langsung mengatur napas setelah berlari cukup jauh dan terengah engah. Bahkan sampai langit berubah warna menjadi oranye, Nalea pun belum kembali. Hal itu membuat para sahabatnya gelisah. Kini diruang bawah tanah tak terdengar lagi suara tertawa yang sering dilontarkan Nalea. Ruangan terasa dingin dan sunyi, tak ada satu pun yang hendak berbicara. Emosi kesedihan dan rasa takut kian menyelimuti tubuh keempat sahabat, karena itulah mereka hanya bisa menunduk letih dengan pikiran yang sedang berkecamuk.
Shazi membuka gulungan kertas berharap ada petunjuk untuk mengembalikan Nalea. Didalam kertas tua tersebut tertulis sebuah kalimat berisi empat kata.
Moko dachi bishu mai
Shazia memberikannya kepada Aileen untuk melihat tulisan pada kertas tua tersebut. "Sisa tujuh hari lagi" ucap Aileen.
"Kenapa kita bisa ada ditempat ini" lirih Nayyara.
"Tujuh hari lagi..."
"Gimana kalau kita bagi kelompok? Kelompok pertama nyelesain tentang permata dan kelompok kedua cari Nalea?" saran Alya dan semuanya mengangguk.
Kelompok pertama berisi Alya dan Aileen, sedangkan kelompok kedua berisi Nayyara dan Shazia. Misi mereka akan dimulai pagi esok karena kini matahari telah tenggelam.
Aku yakin Nalea pasti bisa bertahan...
***
"Siap?!"
"Ya!"
Dengan perlengkapan dan senjata yang banyak, kelompok pertama dan kelompok kedua pergi ke jalan yang berlawanan arah untuk menyelesaikan misi masing masing.
Kelompok pertama berencana masuk ke kota Mangastiara untuk mencari informasi dari penduduk kota. Sepanjang perjalanan di kota Mangastiara, mereka melihat dengan jelas suasana kota yang tampak gelap, tingkah laku penduduk yang sangat aneh dengan raut wajah penduduknya yang datar tanpa ekspresi. Hal itu tentu berbeda dengan suasana yang dirasakan pada hari hari sebelumnya, dimana para penduduk masih berekspresi dan masih bertingkah normal.
"Aneh gak sih tingkah mereka hari ini?" bisik Alya. Aileen hanya mengangguk sembari memperhatikan tingkah aneh para penduduk.
Sampailah mereka didepan kerajaan mewah ditengah tengah kota. Untuk kedua kalinya mereka berada dekat dengan dikerajaan, tetapi untuk kali ini mereka sama sekali tidak mencium aroma harum yang khas dari kebun penuh bunga yang sangat indah.
"Ngapain kita kesini?" tanya Alya penasaran.
"Raja cari gulungan kertas itu, aku rasa permata nya mungkin ada disini" jawab Aileen
"Kita masuk" tanya Alya ragu.
"Iya"
Aileen sadar akan kemampuannya untuk membuat orang tidak sadarkan diri dengan menatap target dengan tatapan tajam. Ia pun dengan percaya diri datang menghadap para penjaga gerbang kemudian menatapnya dengan tajam lalu berkata "sleep for a while". Dan seketika itu pula mereka berbaring ditanah tidak sadarkan diri.
"Keren!" celetuk Alya sembari mengikuti sahabatnya masuk kedalam kerajaan.
Keindahan dan kemewahan yang dipancarkan dari luar sungguh berbeda setelah masuk kedalam kerajaan itu. Suasana penuh warna tak dapat dirasakan di ruangan ini. udaranya yang begitu pengap, lembab, dan penuh debu membuatnya seperti kerajaan mati yang terbengkalai. Ditambah lagi dengan lampu lampu remang disetiap sudut bangunan.
"Disini ngga ada orang kah?"
"Siapa kalian?" teriak salah satu pembantu kerajaan yang sedang memegang nampan besi dari ambang pintu
Serentak Alya dan Aileen menoleh kesumber suara. Tak ingin ketahuan oleh penghuni kerajaan, Alya segera menggunakan kemampuannya dalam menghentikan waktu dengan menutup matanya. Hingga terdengar suara jatuh nampan yang sangat nyaring yang menandakan waktu telah berhenti untuk sementara. Alya pun kembali membuka mataya setelah beberapa detik.
"Mereka berhenti sampai kapan?" tanya Aileen.
"Kira kira satu jam, jadi kita harus cepat" jawab Alya melanjutkan perjalanannya.
Mereka masuk ke sebuah ruangan dengan pintu yang sangat kontras dari pintu lainnya. Ruangan tersebut sangat gelap karena taka da lampu yang dihidupkan disana, hawanya pun lebih pengap dan panas dari ruangan lainnya yang mereka masuki sebelumnya. Pegangan tangan mereka pun mulai berkeringat, karea itulah Aileen melepaskan pegangan tersebut untuk mengelap tangannya yang sudah dipenuhi dengan keringat.
Alya mencari sakelar lampu untuk menerangkan ruangan. Ia sudah meraba dinding ruangan sampai tangannya penuh dengan debu yang menempel. Alya pun reflek mengelap debu itu pada pakaian yang ia kenakan. Sampai akhirnya tangannya tak sengaja menyentuh kain gorden, ia pun hendak membukanya. Namun tiba tiba sebuah benda menghantam tubuh Alya dengan keras dan ia pun tersungkur. Alya berusaha berdiri dan menyerang sosok yang telah menghantamnya, tetapi sosok tersebut lebih dulu memukul kepala Alya sampai ia tidak sadarkan diri.
"Alya, Alya!" teriak Aileen yang didengar Alya sebelum ia pingsan.
Jangan lupa untuk di vote ya teman teman💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan // 5 Permata antik
AdventureBismillah... Bermula dari Shazia yang akan lamaran bulan depan. Para sahabatnya, Nayyara, Aileen, Alya, dan Nalea berencana untuk pergi berlibur bersama Shazia. Tak disangka pesawat yang mereka tumpangi mengalami turbulensi hebat yang membuat mereka...