RUMAH KAKEK 👴

10 5 2
                                    

"Nalea kok belum balik ya? Padahal kita udah dapat satu ekor ikan" tanya Shazia keheranan. Bersamaan dengan itu, Selkie datang menghampiri majikannya yang sedang membersihkan ikan.

"Shazia, aku lihat Nalea tadi kehutan sana sambil membawa ranting kayu. Tapi dia tidak balik lagi," ujar Selkie memberikan informasi.

Shazia langsung berhenti dari pekerjaannya, ia heran darimana asal suara yang barusan ia dengar, rasanya suara tersebut sangat asing bagi telinganya.

"Dibawah Shazia, aku Selkie sang kucing hutan" panggil Selkie.

"EH? AKU BISA NGERTI BAHASA KUCING?!" Shazi langsung mendekati Selki memperhatikan gerak geriknya. Selkie yang kesal pun langsung mengeong didepan wajah Shazia.

"Apa sih? Iya iya kamu bisa ngerti bahasa aku kok. Bahkan kamu bisa ngerti semua bahasa hewan mamalia. Yaudah jangan dekat dekat ih ngeliatin aku, aku cakar nih rawrr," ketus Selkie.

"Oh oke."

Shazia memberitahukan informasi yang ia dapat dari kucing peliharaannya tentang Nalea yang masuk kedalam hutan selama mencari ranting kayu. Tak ingin jejak Nalea hilang, mereka langsung bersama sama masuk kedalam hutan atas petunjuk dari sang kucing hutan.

"Lihat disana ada ranting kayu berserakan!" seru Nayyara. ia berlari mendekati tempat tersebut dan diikuti oleh ketiga sahabatnya. Ketika sedang serius memikirkan dimana Nalea pergi, seseorang tiba tiba menepuk pelan pundak Nayyara dari belakang.

"Oh, hai Faris" sapa Nayyara setelah menoleh melihat siapa yang menepuk pelan pundaknya.

"Hai, ngapain kalian disini?" tanya Faris.

"Kami mau cari Nalea, dari tadi dia belum kembali" jawab Alya sembari berbalik badan menghadap Faris.

"Tadi kami bertemu disini, tapi bukannya dia sudah kembali?" ucap Faris.

"Ckk, dimana ya diaa?" gumam Shazia bertanya tanya. Disaat itu juga Faris menawarkan diri untuk ikut mencari keberadaan Nalea yang kini menghilang. Namun ia tidak mencari bersama keempat sahabat itu, melainkan memilih untuk mencari Nalea sendiri.

Aileen sedari tadi memandangi raut wajah Faris menaruh curiga kepadanya. Ketika Faris berbicara, tampak terukir seringai tipis diakhir kalimat pembicaraan. Dikala sedang memikirkan kecurigaannya itu, dari sebelah kiri ia melihat siluet seseorang sedang memperhatikan mereka dari jauh. Aileen pun mengajak ketiga sahabatnya untuk kembali pulang.

"Tapi kita belum menemukan Nalea?" protes Nayyara.

"Iya, tapi saat ini masih berbahaya. Lebih lanjutnya aku akan ceritakan nanti" terang Aileen. Akhirnya mereka pun kembali dengan perasaan tidak tenang.

***

"Apa yang mau kamu ceritakan, Aileen?"

Aileen menghembuskan napas sebelum menjawab pertanyaan. Ia kemudian menjelaskan tentang kecurigaannya kepada Faris dan seseorang misterius dari dalam hutan. Penjelasan Aileen kepada ketiga sahabatnya membuat mereka bergidik ngeri.

Tak lama dari itu, Shazia memeriksa kakinya yang melepuh. Ternyata luka melepuh sudah semakin melebar. Ia pun memberitahukan hal itu kepada para sahabatnya.

"Kita harus temukan Nalea dulu, setelah itu baru kita misi dari gulungan kertas itu," ucap Nayyara.

"Iya!". Setelah merasa cukup aman, mereka keluar dari ruang bawah tanah untuk mulai melakukan pencarian satu sahabat mereka. tak lupa mereka membawa anak panah dan tombak untuk melindungi diri. Dimulai dari menyusuri hutan hutan sampai masuk kedalam kota pun mereka tak menemukan Nalea. Nayyara hampis frustasi akan kejadian ini, namun ketiga sahabat terus menyemangati Nayyara.

"Di hutan kan ada rumah kakek itu, gimana kalau kita tanya ke beliau? Mungkin aja beliau ngelihat Nalea lewat di rumahnya," saran Alya disetujui oleh para sahabatnya.

Tok, tok, tok..., suara pintu yang diketuk dari luar membuat penghuni rumah tersadar dan membuka pintunya pelan.

"Siapa?"

"Halo kakek, maaf mengganggu. Kami ngga sengaja lewat sini terus ngelihat rumah kakek," sapa Aileen dengan sopan.

"Kami lagi cari satu sahabat kami, Kek. Siapa tahu kakek pernah lihat dia lewat di sekitar sini," sambung Alya.

Kakek terdiam sebentar, terlihat dari wajahnya sedang memikirkan sesuatu. Kemdian kakek membuka pintunya lebih lebar untuk mempersilahkan keempat sahabat itu masuk ke dalam rumahnya. Kakek berbicara ringan, "mari masuk dulu, kalian tampak lelah saat ini. Kakek buatkan kalian minum, setelah itu baru kita berbincang di dalam rumah."

Setelah masuk, kakek menyajikan air putih di meja tamu sebanyak empat gelas, memang disajikan untuk mereka. Alya yang kehausan ingin langsung meneguk air putih tesebut, tetapi sebelum itu, Alya menyempatkan untuk membaca do'a, setelah itu barulah ia minum. Sesaat setelah minum, seluruh tubuh Alya perlahan lahan gatal, namun masih bisa ia tahan. Ketika kakek sedang menutup pintu, Alya memberi kode kepada para sahabatnya untuk tidak meminum air pemberian si kakek.

"Ciri ciri sahabat kalian seperti apa?" tanya kakek setelah ia duduk dikursi tunggal berbahan dasar kayu.

"Dia memakai baju lengan panjang berwarna biru dengan roknya yang berwarna krem bermotif bunga bunga. Tingginya kira kira sepantaran sama saya, kek," jelas Aileen.

"Hmm kakek belum pernah melihat perempuan dengan ciri ciri begitu. Yasudah nanti kalau kakek ketemu perempuan yang kalian cari, kakek akan mengantarkannya pulang bersama kalian."

Keempat sahabat pun mengangguk. Shazia yang tak ingin lama lama pun mengajak yang lain untuk keluar dari rumah sang kakek. Ketika hendak berdiri menyalami sang kakek, Nayyara melihat ada sebuah pintu kayu berwarna cokelat dengan sedikit corak abstrak berwarna merah darah dibalik pembatas ruang tamu. Hal itu membuat Nayyara sedikit curiga terhadap kakek tersebut.

***

Faris menyeringai, ekspresi itu membuat Nalea menelan ludah. Ia bertanya kepada Faris dengan suara yang bergetar, " kau kenapa, Faris?"

"Ahahahaha, kau tanya aku kenapa?" Faris tertawa terbahak bahak. "Aku tahu kalau kau dan para sahabatmu itu memiliki gulungan kertas tua yang dicari oleh Raja" sambungnya dengan tatapan melotot.

"Terus hubungannya dengan kau apa, ha?!" tanya Nalea menaikkan nada bicaranya.

Faris hanya tersenyum, ia hanya berjalan mengitari ruangan dengan tangannya memegang pisau. Sampai dimana putaran tepat berada ditumpukan jerami di sebelah Nalea, Faris langsung menusukkan pisau tajamnya pada tumpukkan jerami tersebut dengan sangat ganas.

Kemudian ia menoleh ke arah Nalea dengan tatapan mata melotot serta seringai yang terukir dari mulut Faris ia berkata, "itulah yang terjadi kalau kau banyak tanya."

Nalea hanya mampu terdiam dengan kejadian yang barusan ia dapat. Tangan dan kakinya yang masih terikat seketika basah dipenuhi dengan keringat. Dalam keheningan itu juga Faris keluar dari ruangan setelah mencabut kembali pisau tajam yang tertancap pada jerami.

Jangan lupa untuk di vote ya teman teman💕

Petualangan // 5 Permata antikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang