"Kamu gapapa, Aileen?" tanya ketiga sahabat serentak. Aileen mengangguk sebagai balasan dari pertanyaan tersebut. Sedangkan dirinya masih sibuk membersihkan noda tanah dari pakaiannya.
"Syukurlah kalau begitu," ucap Alya sibuk menggaruk garuk tangannya yang terlihat memerah.
Nalea yang melihat kesibukan Alya pun lantas bertanya cemas, "masih gatal ya Alya? Makin merah itu."
"Jangan di garuk terus, ya. Di tahan aja biar ngga makin merah dan bengkak," saran Nalea. Alya hanya mengangguk mengikuti saran yang diberikan oleh sahabatnya.
Shazia berjalan lesu meninggalkan para sahabatnya yang sedang berkumpul dan duduk di bawah pohon. Ketiga sahabat yang melihatnya pun ikut duduk disamping Shazia.
Di dalam kesunyian, masing masing dari mereka tampak cemas akan keadaan Nayyara yang tak kunjung kembali. Shazia tampak jelas sedang memikirkan sesuatu. Alisnya mengerut, dan jari jarinya memainkan dagu.
"Kamu lagi mikirin apa, Shazia?" tanya Aileen.
Shazia menjentikkan jarinya kemudian berkata, "Kalian merasa ada yang janggal ngga sih sama kalung itu?"
"Kalung? Kalung apa?"
"Kalung yang dipakai oleh Faris jadi jadian itu. Sebelum kami di tangkap ke sini, aku juga lihat Faris yang sedang pingsan itu pakai kalung itu juga."
"Aku rasa kalung itu bukan milik Faris, karena sebelum kejadian seperti ini, Faris ngga pernah pakai kalung itu," ucap Shazia serius menumpahkan isi pikirannya.
"Hmm kalung itu ya..., oh aku lihat juga selama kita diikat, si Faris jadi jadian itu selalu memegang kalung itu dan terkadang dia juga melafadzkan bacaan dari mulutnya sambil melihat ke sisi kalung itu, mungkin itu suatu mantra," imbuh Alya.
Jadi maksudnya Faris ada dua sebab mantra dari kalung itu kah? Berarti...
"Berarti kalung itu saling berhubungan satu sama lain, gitu?" Kata Aileen dengan yakin.
Berhubungan... pikir Nalea sembari melempari kerikil kerikil kecil ke arah bangunan kerajaan tersebut.
"Oiya, aku baru sadar! Kalung yang dikenakan Faris palsu itu berwarna hitam, sedangkan kalung yang dikenakan Faris yang asli itu berwarna putih," ucap Nalea.
"Jadi gimana kalau kita pergi ke rumah tua itu terus kita lepaskan benda yang mengalungi leher Faris itu!" Seru Aileen. Ketiga sahabat mengangguk setuju.
Walaupun terasa berat meninggalkan tempat dimana Nayyara tertinggal, mau tidak mau mereka harus melangkah pergi dari kerajaan gelap tersebut karena tak banyak yang dapat mereka lakukan untuk membantu Nayyara bebas. Untuk saat ini, mereka hanya berpegang pada keyakinan bahwa Nayyara pasti bisa melawan rasa takut dan panik menghadapi mereka, para orang jahat.
Dikelilingi oleh pikiran pikiran yang selalu berputar putar, rasanya sangat cepat bagi mereka untuk sampai ke rumah tua tersebut. Setelah pintu dibuka, Pandangan mereka langsung tertuju ke arah pintu bernoda tersebut.
Masing masing dari mereka menelan ludah untuk melawan rasa takut yang tiba tiba saja hadir dari dalam diri mereka saat ini.
Dreettt... pelan pelan pintu terbuka. Beruntung tidak ada sesuatu yang aneh dari ruangan tersebut. Dengan segera mereka melepaskan kalung itu dari leher Faris. Kalung tersebut dihiasi dengan taring taring tajam milik hewan, warnanya putih kekuningan. Ditengah kalung terdapat liontin dua sisi berbentuk persegi panjang. Pada masing masing sisi terdapat tulisan tulisan aneh yang terlihat seperti mantra.
Aileen melepaskan kalung tersebut dari leher Faris, kemudian ia melemparkannya dengan keras hingga hiasan kalung beserta liontinnya rusak berserakan di lantai. Tak berapa lama Faris pun membuka matanya.
Namun, senyuman bahagia yang hampir terukir di wajah keempat sahabat tersebut hilang tak bersisa setelah menyaksikan kedua mata Faris memerah semerah darah. Tak lama dari itu, Faris kini mulai bangkit dari baringnya dengan raut wajah menyeringai menatap tajam masing masing diri keempat sahabat tersebut.
Ia berlari dari satu sudut ruangan ke sudut lainnya, kemudian tubuhnya berbalik menghadap keempat sahabat yang kini terlihat masih sangat terkejut dengan kejadian mengenakan ini. Sambil menyadarkan seluruh bagian tubuh pada dinding, ia secara perlahan mulai merayap pada dinding tersebut seraya mengukir senyuman lebar nan menyeramkan dari wajahnya.
Keempat sahabat yang melihat hal tersebut hanya bisa mematung saling berpegangan dengan hati yang penuh dengan bacaan do'a do'a.
Tak berselang lama, ketika dinding sudah mencapai batasnya dan kepala Faris sudah menyentuh salah satu rangka atap kayu, Faris tampak jelas hendak mengeluarkan sesuatu dari dalam mulutnya yang sedari tadi terasa tertahan.
Byur....
Dari jarak yang cukup tinggi, sesuatu berwujud zat cair menyembur dari mulut Faris. Akibatnya benda benda dibawah terkena cipratan dari cairan tersebut.
"Aaaa darah!" teriak Alya histeris. Rupanya kaki Alya ikut terkena cipratan tersebut.
Ditengah kehisterisan Alya yang diikuti juga oleh para sahabatnya, sebuah benda bulat berukuran kecil yang sudah berlumuran darah datang menggelinding kemudian berhenti tepat pada jempol kaki Shazia. Keterkejutan akan benda berdarah tersebut membuat teriakan histeris keempat wanita itu makin keras.
Bruk...
Suara tersebut menghantam lantai dengan keras, hal itu membuat suara teriakan histeris seketika padam. Dengan mata kepala mereka sendiri, mereka melihat detik detik Faris jatuh dari atas.
"Faris!"
Dengan sedikit was was mereka maju menghampiri Faris yang sedang meringis menahan rasa sakit, Faris pun tampak pucat dan lemah.
"Cepat bawa dia ke ruang bawah tanah! Kita obat dia disana!" Seru Alya. Shazia bersama Aileen pun memapah Faris.
Sampai diluar rumah tua tersebut, mereka meminta Shazia untuk membakar rumah tersebut berharap mantra mantra aneh dari sana akan hilang. Tanpa ragu, Shazia pun mulai melemparkan api pada kayu bangunan rumah tersebut. Tak butuh waktu lama, rumah pun terbakar.
Nalea pun menyemprotkan air ke arah pepohonan sekitar rumah agar api tidak menjalar kemana mana.
"Pegang erat erat!" Shazia menggunakan kecepatan berlarinya untuk sampai ke tempat tujuan mereka.
Setelah sampai, kedua sahabat langsung membaringkan Faris. Alya pun memberikan air minum kepada pria itu agar kondisinya lebih tenang.
Sedangkan diatas permukaan tanah, Nalea segera menceburkan diri ke sungai untuk menangkap ikan. Tak butuh waktu lama, ia pun sudah dapat menangkap lima ekor ikan mujair.
"Shazia, Shazia!" Panggil Nalea dari luar. Segera Shazia pun keluar dari ruangan tersebut.
"Ouh sudah ya, ini sekarang tugasku. Kamu masuk saja kedalam," ujar Shazia mengambil alih pekerjaan.
Nalea pun masuk untuk melihat kondisi Faris. Dilihatnya mata Faris yang kini sudah tak berwarna merah lagi. Seringai dari wajahnya pun tak tampak lagi sejak ia jatuh.
"Gimana kondisinya sekarang?" tanya Nalea.
"Udah mulai membaik. Mungkin dia lebih baik istirahat dulu sambil menunggu makanan dihidangkan. Karena darah nya udah banyak keluar tadi," jawab Aileen. Nalea mengangguk membalas jawaban tersebut. Sambil menunggu, ketiga sahabat tampak masih khawatir akan keadaan Nayyara.
"Hei kalian! Ini makanannya sudah siap," panggil Shazia.
Seseorang menepuk pundak Shazia pelan. Saat Shazia menoleh, betapa kagetnya ia ketika melihat orang yang menepuk pundaknya barusan. Rasa bahagia dan terharu ia utarakan dengan jatuh nya air mata dari kedua matanya.
"Nayyara"
Jangan lupa untuk di vote ya teman teman💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Petualangan // 5 Permata antik
AdventureBismillah... Bermula dari Shazia yang akan lamaran bulan depan. Para sahabatnya, Nayyara, Aileen, Alya, dan Nalea berencana untuk pergi berlibur bersama Shazia. Tak disangka pesawat yang mereka tumpangi mengalami turbulensi hebat yang membuat mereka...