- DUA EPISODE TERAKHIR
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Raja dan Mika pun menatap sengit ke arah Rasyid, setelah dilerai mendadak dari Alwan. Kedua pria itu jelas merasa gondok, karena Alwan baru saja akan menceritakan soal ide rahasia yang dia jalankan--seperti biasa--di tengah pekerjaan mereka. Sayangnya, hal itu jelas batal terjadi akibat Rasyid melerai mereka, dengan alasan agar Alwan bisa bicara berdua bersama Karin di dalam rumah milik Didi.
"Pokoknya kami berdua tidak mau tahu, Ras," sengit Mika. "Kamu harus menggantikan Alwan menceritakan semuanya dari awal sampai akhir!"
"Kalau kamu menolak untuk menceritakannya pada kami, maka kamu akan tahu bagaimana rasanya kami diamkan selama satu bulan!" tambah Raja.
Rasyid kini hanya bisa mendesah lelah di tempatnya, karena jelas tidak mungkin baginya kembali menyeret Alwan yang sedang bicara dengan Karin. Ia benar-benar hanya bisa pasrah dan wajib memenuhi tuntutan dari Mika dan Raja sebelum kedua pria di hadapannya tersebut mengalami tantrum tak berkesudahan.
"Iya ... iya ... pasti aku akan cerita. Mana mungkin juga aku tidak akan cerita pada kalian, sementara aku sendiri masih menganggap ide yang Alwan cetuskan di tengah pekerjaan kita adalah ide yang amat sangat tidak biasa," balas Rasyid.
Ketiga pria itu kini berjalan bersama menuju ke arah pagar rumah milik Didi. Tari, Ziva, dan Hani terlihat sudah tiba di rumah Yasmita untuk menenangkan Didi dan Fitri yang masih emosi terhadap Rina, Djarot, maupun Ramdan.
"Ide untuk menikahi Karin terlintas dalam pikiran Alwan setelah dia memikirkan pembicaraannya dengan Ziva. Dia mengatakan dengan jujur padaku, bahwa Ziva mungkin benar mengenai adanya perasaan sayang yang ia miliki terhadap Karin. Dia jelas tidak akan merasa resah, gelisah, dan juga tidak tenang ketika memikirkan Karin serta permasalahannya, jika dia tidak memiliki rasa sayang untuk wanita itu. Maka dari itulah dia memutuskan untuk memisahkan diri dari kalian bertiga, pada saat sedang menunggu kedatangan si pengirim teluh. Dia langsung membicarakan niatnya untuk menikahi Karin kepada Pak Didi, Bu Fitri, dan juga Bude Ita, setelah selesai berunding denganku melalui ponsel."
"Lalu apakah tadi Bude Ita, Pak Didi, dan Bu Fitri langsung setuju dengan niatan Alwan?" Raja merasa penasaran.
"Yang aku dengar, semua orang sempat ragu dengan apa yang Alwan cetuskan. Alwan tadi sama sekali tidak mematikan sambungan teleponnya padaku, jadi aku bisa mendengar dengan jelas situasi yang dia hadapi. Tapi setelah Alwan mengatakan bahwa itu adalah jalan satu-satunya yang bisa membuat Karin tidak lagi akan terjerat dengan teluh gantung jodoh, maka akhirnya dia mendapatkan restu untuk menikahi Karin. Putra Almarhum Kiayi Ahmadi sendiri yang menjadi penghulunya, ketika Alwan menikahi Karin. Saksi pernikahan mereka adalah Pak RT di Desa ini serta beberapa orang warga yang diundang oleh Bude Ita," jawab Rasyid.
"Dan Karin setuju-setuju saja ketika tahu bahwa Alwan akan menikahinya?" Mika juga ikut penasaran.
"Itu ... ya ... itu agak berbeda," Rasyid berhenti tepat di ambang pagar rumah milik Didi. "Saat aku memberi tahu pada Karin, bahwa Alwan melamarnya dan perlu bicara dengannya sebelum benar-benar menikahinya, Alwan seakan memberikan waktu bagi Karin untuk berpikir soal akan menerima lamarannya atau tidak. Padahal aku, Tari, dan Hani sudah berpikir, bahwa seharusnya Alwan tidak perlu memberikan kesempatan pada Karin untuk menimbang-nimbang lebih dulu jika memang berniat menikahinya sebagai jalan untuk membuat Karin tidak lagi bisa terjerat oleh teluh gantung jodoh. Kami bertiga merasa takut, kalau Karin mungkin akan memilih menolak lamaran Alwan. Hal itu jelas terjadi bukan tanpa dasar, mengingat Alwan adalah seorang pria yang lebih tua empat tahun darinya dan berstatus duda, bukan perjaka. Takutnya Karin tidak bersedia menikah dengan seorang duda. Tapi ternyata, setelah Karin mengajukan beberapa pertanyaan kepada Alwan dan Alwan menjawabnya dengan lancar tanpa ada ragu, dia akhirnya menerima lamaran Alwan hingga akhirnya pernikahan mereka terlaksana tanpa ada hambatan."
Mika dan Raja pun mengangguk-anggukkan kepala mereka. Keduanya pun akhirnya merasa paham, bahwa ide yang tercetus dalam pikiran Alwan memang murni didasari perasaan sayang terhadap Karin. Alwan memang tidak pernah menunjukkan pada mereka, bahwa dirinya bisa dekat dengan lawan jenis selama satu setengah tahun ke belakang. Tapi mereka jelas bisa memahami, bahwa Alwan tetaplah memiliki sisi perasaan yang lembut terhadap seseorang dan akan melabuhkan kembali hatinya jika merasa sudah menemukan yang tepat. Alwan lebih memilih jatuh cinta secara diam-diam, daripada jatuh cinta secara terang-terangan dan diketahui oleh orang lain.
"Ayo, sebaiknya kita segera ke rumah Bude Ita. Ziva, Hani, dan Istriku mungkin butuh bantuan untuk memberi ketenangan pada Pak Didi dan Bu Fitri," ajak Rasyid.
"Ya. Di tambah lagi dengan Pak RT dan juga beberapa orang Bapak-bapak yang masih berkumpul di teras rumah Bude Ita. Sepertinya pekerjaan kita belum akan berhenti sampai di sini," tambah Raja.
"Sepertinya kita lebih dibutuhkan untuk bicara dengan Bude Ita yang baru saja mendadak memiliki menantu lagi, Ras. Lihat itu, Bude Ita sepertinya bahagia sekali dan mulai sibuk mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Karin. Mungkin Bude Ita takut tidak punya kesempatan bicara banyak dengan menantunya, karena Alwan pasti akan langsung membawa Karin ke Jakarta bersama kita," ujar Mika, kembali mencetuskan ilmu cocokloginya yang selalu saja muncul mendadak.
"Hm ... sok tahu!!!" serang Raja dan Rasyid, kompak.
Di balik jeruji besi yang ada di kantor Polisi, Ramdan sengaja dikurung terpisah dari Djarot ataupun Rina. Laki-laki itu terlihat memilih duduk di pojok yang cukup gelap, sambil memejamkan kedua mata dan juga menutup kedua telinganya. Ia berkeringat dingin cukup banyak, padahal tidak sedang mengalami demam. Bibirnya terus berkomat-kamit tanpa henti, seakan sedang mengucapkan sebuah mantra.
"Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil. Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil. Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil," lirihnya, tanpa henti.
Ramdan jelas masih berharap bisa lolos dari hukuman yang menantinya di depan mata. Ia ingin sekali kembali mengulang hal yang sama terhadap Karin, jika berhasil lolos dari penjara. Sayangnya, sudah tidak ada lagi pengaruh dari Rasmin yang bisa memberikan bantuan pada laki-laki itu. Kini dirinya hanya akan bergelut dengan khayalan dan harapan palsu dalam pikirannya. Kewarasan yang dia miliki sudah memudar, sebagai akibat dari gagalnya ritual teluh gantung jodoh yang dia lakukan terhadap Karin. Karin terlepas dari teluh itu dan kewarasannya berhasil diselamatkan. Ramdan-lah yang akhirnya harus menanggung semua akibat, karena Rasmin tidak pernah mengatakan soal akibat tersebut ketika akan membantu Ramdan menjerat Karin dengan teluh gantung jodoh. Kini yang tersisa dalam pikiran Ramdan hanyalah kegilaan, hasil dari obsesi jahatnya terhadap Karin.
"Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil. Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil. Enjing cendhak, dalu dowo. Kolowingi kulo ning ngandhap, sakmeniko kulo ning nginggil."
[TAMAT]
Bersambung ke Seri Cerita TELUH Bagian 9 - TELUH BANYU
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH GANTUNG JODOH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 8 Setelah hampir satu setengah tahun bergabung dalam tim, akhirnya Alwan meminta cuti untuk pertama kalinya ketika mendapatkan kabar bahwa Ibunya mengalami sakit. Alwan pulang ke Semarang dengan niat untuk merawa...