- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karin tersentak usai mendengar suara ledakan dari luar rumah. Wanita itu mencari perlindungan pada Hani yang sedang ada di sisinya. Hani segera mendekapnya, lalu berupaya menenangkan perasaan Karin agar tidak menjadi kacau. Tari dan Rasyid saling menatap satu sama lain ketika mendengar suara ledakan itu. Mereka sama-sama tahu bahwa Ziva telah menemukan siapa orang yang mengirim teluh pada Karin.
"Sekarang kita hanya perlu menunggu kedatangan orang itu. Dia pasti sedang marah besar saat ini, karena tahu bahwa teluh gantung jodoh yang dia kirim pada Karin hampir terpatahkan," bisik Rasyid.
"Semoga saja tidak ada hal buruk yang terjadi ketika orang itu datang. Jujur saja, aku penasaran dan ingin tahu siapa orangnya," tanggap Tari.
BOOMMMM!!! PRANGGGG!!!
"Arrrgghhhh!!!"
Erangan kesakitan itu berasal dari mulut seorang laki-laki yang baru saja hendak memeriksa kamar ritualnya. Saat makan malam berlangsung tadi, ia memilih untuk tidak langsung memeriksa kamar itu. Ia tidak curiga sama sekali, kalau akan ada ledakan selanjutnya yang terjadi ketika ia baru akan memeriksa kamar ritual tersebut. Tubuhnya terlempar cukup jauh ketika ledakan kedua terdengar sampai di lantai atas. Semua penghuni rumah itu segera turun begitu terburu-buru, untuk memeriksa keadaan laki-laki tersebut.
"Astaga! Ramdan ... apa yang terjadi, Nak? Kenapa kamu bisa sampai terlempar sampai sejauh ini?" tanya Rina, merasa sangat khawatir.
Djarot--suami Rina--ikut membantu memindahkan tubuh Ramdan, sambil berusaha menyingkirkan pecahan guci keramik besar dari sekitar tubuh putra mereka. Ramdan terlihat sangat kesakitan akibat terlempar begitu jauh dari kamar ritual yang baru dibukanya. Rina dan Djarot menatap ke arah kamar ritual itu selama beberapa saat, sebelum akhirnya kembali fokus pada kondisi Ramdan.
"Katakan, Nak. Ada apa? Apa yang terjadi?" Djarot ingin tahu.
"A--aku ... aku tadi baru membuka pintu kamar itu, saat terjadi lagi ledakan yang lebih hebat daripada ledakan yang kita dengar saat makan malam. Sepertinya ... sepertinya ada yang berusaha membebaskan Karin dari jeratan teluh yang aku kirimkan," jawab Ramdan, sedikit terbata-bata.
"Dan menurutmu, apakah orang yang berusaha membantu membebaskan Karin dari jeratan teluh gantung jodoh itu akan berhasil? Apakah tidak ada jalan lain yang bisa kamu lakukan, agar Karin tetap tidak bisa menikah seumur hidup selain dengan kamu?" tanya Rina, mulai sedikit merasa marah.
"Pasti orang yang membantunya akan gagal, Bu. Ibu tenang saja. Teluh gantung jodoh yang sudah aku kirimkan pada Karin tidak akan semudah itu digagalkan. Kita sama-sama sepakat, bahwa Karin tidak boleh menikah dengan laki-laki manapun di dunia ini kecuali denganku. Aku jelas tidak akan membiarkan siapa pun berhasil membebaskan Karin dari jerat teluh yang aku kirimkan," ujar Ramdan, mencoba meyakinkan Ibunya.
"Kalau begitu segeralah lakukan perlawanan. Karin tidak boleh bebas. Dia tidak boleh menikahi laki-laki manapun kecuali kamu. Bapak dan Ibu tidak mau punya menantu lain selain Karin. Jadi sebaiknya Karin kita buat terjerat lebih lama lagi, sampai kedua orangtuanya merasa putus asa dan tidak punya pilihan lain selain menikahkan Karin dengan kamu," Djarot mendukung Ramdan sepenuhnya.
Yasmita mempersilakan Wandi dan Alya--istrinya--bertamu. Mereka akhirnya sama-sama duduk di kursi teras, bersama Didi dan Fitri yang masih saja menatap ke arah halaman rumah mereka. Wandi jelas sudah tahu mengenai masalah yang terjadi pada Karin, karena tadi Alwan dan Rasyid sudah menjelaskan padanya. Hanya saja, ia tidak menyangka akan mendengar ledakan yang begitu hebat saat baru saja tiba di halaman rumah orangtua Alwan.
"Kira-kira apa yang meledak tadi, Bu Ita? Darimana sumber ledakannya?" tanya Fitri, merasa was-was.
"Kalau menurut saya, yang meledak tadi mungkin salah satu hal buruk yang selama ini tertanam di halaman rumah Bu Fitri dan Pak Didi. Alwan sering cerita pada saya, kalau terkadang memang ada hal-hal yang ditanam atau disimpan tanpa sepengetahuan pemilik rumah oleh orang yang mengirim teluh. Tapi untuk lebih jelasnya, nanti mari kita tanyakan sama-sama mengenai ledakan yang terjadi barusan," jawab Yasmita.
"Dan apakah yang saat ini sedang dilakukan oleh Mas Alwan dan kedua temannya itu, Bude Ita? Kenapa mereka tampaknya sedang mencari-cari sesuatu?" Wandi ikut bertanya, karena merasa bingung dengan yang Alwan lakukan.
"Mungkin mereka sedang mencari sumber ledakannya, Nak Wandi. Tadi saat ledakan itu terjadi, mereka bertiga langsung berlari dari arah teras rumah Pak Didi dan meninggalkan Nak Ziva sendirian di sana. Mungkin Nak Ziva saat ini sedang melakukan sesuatu dan Alwan harus menemukan sumber ledakan tadi bersama Nak Raja dan Nak Mika," duga Yasmita, sesuai dengan gerak-gerik yang ia lihat sejak tadi.
Alwan meraih sesuatu dari tanah yang terlihat berhamburan. Benda yang diambilnya itu tampak sedikit berkilau dan membentuk sebuah untaian seperti kalung. Setelah mengamatinya selama beberapa saat, Alwan akhirnya sadar bahwa itu memanglah kalung yang terbuat dari emas. Setelah itu, ia segera memperlihatkannya pada Raja dan Mika.
"Lihat ini," pinta Alwan.
Mika dan Raja berhenti mencari, lalu mendekat pada Alwan yang memperlihatkan sesuatu di tangannya.
"Aku menemukannya di atas tanah yang berhamburan itu. Sepertinya tempat itu adalah sumber ledakan yang terjadi tadi," ujar Alwan, sambil menunjuk ke arah tempat dirinya menemukan kalung itu.
"Oke. Berarti sudah pasti kalau kalung inilah yang ditanam oleh si pengirim teluh. Ayo kita bawa pada Ziva," ajak Mika.
Alwan masih memegangi kalung itu. Tampaknya Raja dan Mika sama sekali tidak mau memegang kalung itu, setelah Alwan memegangnya. Ketika mereka tiba kembali di teras rumah, Ziva langsung menatap ketiganya sambil menyodorkan gayung berisi air yang sudah berubah menjadi hitam.
"Masukkan benda yang kalian temukan," titah Ziva.
Alwan segera memasukkan kalung yang dipegangnya ke dalam gayung berisi air hitam itu. Tidak lama berselang, terdengarlah suara teriakan dari dalam rumah seperti yang terjadi sore tadi.
"ARRRGGGGHHHHHH!!! PANAS!!! PANAS SEKALI!!! TOLONG!!!"
Didi dan Fitri langsung bangkit dari kursi di teras rumah orangtua Alwan, ketika kembali mendengar suara teriakan Karin. Mereka hendak kembali ke rumah, namun dengan cepat Raja dan Mika memberikan tanda larangan untuk mereka dari halaman rumah milik Didi. Hal itu membuat Wandi dan Alya segera menahan Fitri dan Didi agar tetap berada di rumah orangtua Alwan.
"Sabar, Bu Fitri. Mari kita tunggu saja di sini bersama-sama. Serahkan pada mereka yang memang sudah biasa menghadapi persoalan teluh," saran Alya.
"Itu benar, Pak Didi. Mari kita berdoa bersama-sama untuk Mbak Karin, agar Mbak Karin bisa terlepas dari jeratan teluh secepatnya," tambah Wandi.
"ARRRGGGGHHHHHH!!! PANAS!!! LEHERKU PANAS!!! LEHERKU PANAS SEKALI!!! TOLONG!!!"
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH GANTUNG JODOH
Horror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 8 Setelah hampir satu setengah tahun bergabung dalam tim, akhirnya Alwan meminta cuti untuk pertama kalinya ketika mendapatkan kabar bahwa Ibunya mengalami sakit. Alwan pulang ke Semarang dengan niat untuk merawa...