25 | Berpikiran Buruk

1.1K 94 15
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ramdan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan ketika tiba. Tatapannya tertuju hanya ke arah rumah milik Didi, yang saat itu pagarnya terbuka sangat lebar. Rasmin juga menatap ke arah yang sama, namun tatapnya fokus pada tiga orang yang saat itu berdiri di tengah halaman rumah tersebut. Ziva, Raja dan Mika tahu persis bahwa mereka saat itu sedang diperhatikan begitu tajam. Namun sayangnya hal itu sama sekali tidak membuat mereka gentar sedikit pun. Rasyid mengintip dari balik gorden. Ia bisa melihat bahwa akhirnya ada yang datang untuk memberi perlawanan secara langsung kepada mereka.

"Al, sepertinya di luar sana akan segera dimulai sesuatu," ujar Rasyid, memberi kabar pada Alwan melalui ponselnya.

"Ya. Aku juga bisa mendengar suara mesin mobil yang baru saja mati dari dalam rumah Ibuku. Aku akan keluar sebentar lagi," tanggap Alwan, sangat tenang.

Rina dan Djarot turun lebih dulu dari mobil itu. Keduanya berjalan bersama menuju halaman rumah milik Didi. Mereka berhenti tepat di ambang pagar yang terbuka lebar seraya menatap ke arah Ziva, Raja, dan Mika. Ramdan dan Rasmin menyusul turun tak lama kemudian.

"Kami ingin bertemu dengan Pak Didi dan Bu Fitri," ujar Rina, sedikit ketus.

"Ucap salam dulu, Bu. Tidak baik bertamu ke rumah seseorang tanpa mengucap salam lebih dulu," saran Mika, dengan sengaja.

"Jangan banyak omong kamu!" bentak Ramdan yang akhirnya tiba di sisi kedua orangtuanya. "Orangtuaku ingin bertemu Pak Didi dan Bu Fitri! Cepat sampaikan!"

Ziva, Raja, maupun Mika langsung tersenyum begitu santai setelah mendengar bentakan yang keluar dari mulut Ramdan. Hal itu jelas membuat Rina dan Djarot merasa heran, karena baru pertama kali mereka melihat kalau Ramdan sama sekali tidak disegani oleh orang lain. Padahal selama ini, Ramdan selalu disegani oleh orang lain di Desa Gayamsari setelah menggunakan jimat pemancar aura yang selalu dibawa ke mana-mana. Tapi malam itu jimat tersebut seakan sama sekali tidak berfungsi pada diri Ramdan, sehingga orang lain tidak merasa segan terhadap Ramdan sedikitpun.

"Kenapa, Ramdan? Berat, ya, bagi lidahmu untuk mengucap salam?" tanya Ziva.

Lagi-lagi Rina dan Djarot merasa terkejut, ketika mendengar bahwa salah satu orang yang mereka hadapi tahu nama putra mereka padahal belum pernah bertemu ataupun saling mengenal. Berbeda halnya dengan Rasmin yang sejak tadi diam saja. Rasmin jelas sudah tahu, kalau orang-orang yang sedang mereka hadapi pasti tahu banyak soal Ramdan. Patahnya serangan yang tadi Rasmin kirimkan sudah memperjelas keadaan bahwa mereka tahu persis siapa Ramdan, orang yang telah memberikan teluh gantung jodoh kepada Karin.

"Ba--bagaimana ... bagaimana kalian bisa tahu nama Putra kami? Siapa kalian sebenarnya? Apakah kalian yang sudah ...."

"Pak Didi dan Bu Fitri sedang tidak ada di rumah," potong Raja, agar Djarot segera berhenti bertanya-tanya.

"Itu benar. Mereka sedang tidak ada di rumah, jadi sebaiknya kalian pulang saja," tambah Mika.

Alwan keluar dari rumah Ibunya dengan langkah yang begitu pelan. Ia sudah memberi tahu semua orang agar tidak keluar. Mereka boleh memantau keadaan, namun harus dari dalam rumah alias melalui jendela. Alwan memperingatkan bahwa tidak ada yang boleh ikut campur, karena bisa saja akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika sampai ada yang ikut campur.

Setelah keluar dari halaman rumah Ibunya, ia segera berjalan mengendap-endap menuju tembok batas samping rumah milik Didi. Ia memanjat di sana, agar bisa masuk ke halaman rumah itu tanpa melalui pagar. Saat akhirnya ia tiba di halaman setelah melompati tembok, ia segera berjalan menuju tempat yang jauh lebih gelap. Di sana ia bisa mengawasi ke arah pagar, namun tanpa terlihat oleh orang-orang yang sedang menatap ke arah rumah milik Didi.

ALWAN
Aku sudah berada di halaman rumah Pak Didi, Ras. Bagaimana kondisi di dalam?

RASYID
Masih aman, Al. Karin sudah siap untuk menjalani proses ruqyah terakhir jika waktunya sudah tiba.

"Astaghfirullah, Pak! Itu yang datang ke rumah kita adalah Keluarga Sudrajat," Fitri terlihat sangat kaget saat baru ikut mengintip bersama Alya.

Didi ikut mengintip setelah Alya mundur dari jendela. Wajahnya penuh dengan amarah, setelah tahu bahwa Djarot dan Rina ikut mendalangi teluh yang dikirim oleh Ramdan kepada Karin selama ini.

"Pulang saja. Tidak ada gunanya kalian datang ke sini. Di dalam hanya ada Karin dan dia tidak boleh ditemui oleh siapa pun saat ini, terutama oleh orang yang tidak ingin dia temui," Ziva ikut memancing.

"BOHONG!!! KALIAN PASTI BOHONG HANYA UNTUK MENGUSIR KAMI!!!" Ramdan mendadak murka.

Rasmin pun segera maju, sehingga kini Rina, Djarot, dan Ramdan ada di belakangnya. Ziva dan Raja mengeluarkan pedang jenawi mereka, sementara Mika menghunus kedua samurai pendek di tangannya untuk menghadapi Ramdan yang tampak akan menerobos halaman rumah itu. Rasyid berhenti mengintip, lalu mendekat pada Tari dan Hani yang terus menemani Karin.

"Aku akan memulai proses ruqyah terakhir terhadap Karin. Ziva dan Raja akan mulai menghadapi Dukun yang membantu si pengirim teluh itu di luar sana," ujar Rasyid.

"Lalu setelah proses ruqyah terakhir, apa yang harus aku lakukan?" tanya Karin.

Mereka bertiga menatap serempak ke arah Karin.

"Kami akan membawamu keluar setelah proses ruqyah terakhirnya selesai. Tapi yang harus kamu khawatirkan saat ini adalah proses ruqyah terakhir itu sendiri. Proses ruqyah terakhir itu akan terasa sangat sakit, karena kami akan berusaha mengeluarkan sesuatu yang tertanam di dalam tubuhmu selama ini," jawab Hani, berusaha memberi pengertian.

Karin pun menganggukkan kepalanya. Wanita itu sama sekali tidak terlihat merasa takut, meski diberi tahu bahwa proses ruqyah terakhir yang akan dijalaninya terasa menyakitkan. Hal itu seakan menunjukkan bahwa Karin sudah merasa lelah dengan semua yang dia rasakan selama ini, dan membuatnya ingin segera mengakhiri.

"Kalau begitu, ayo, segeralah lakukan ruqyah terakhirnya. Kita tidak boleh buang-buang waktu, 'kan?" pinta Karin.

Sesuai dugaan Mika, Ramdan benar-benar menerobos halaman rumah milik Didi demi bisa mencapai ke arah pintu. Mika dengan sigap menghentikannya, lalu berduel dengannya menggunakan samurai pendek yang sejak tadi telah ia siapkan. Ramdan menangkis serangan samurai Mika dengan keris pemberian Rasmin yang selalu ia bawa. Ziva dan Raja juga sudah mulai menghadapi perkelahian dengan Dukun yang membantu Ramdan. Raja menangkis hunusan keris yang dilayangkan oleh Rasmin, sementara Ziva mengangkis serangan kekuatan tak kasat mata yang dialirkan oleh Dukun tersebut ke arah mereka.

Orang-orang yang ada di dalam rumah Yasmita hanya bisa menatap ngeri dari balik jendela. Keadaan di halaman rumah Didi sangatlah kacau dan sangat sulit diterima dengan akal sehat. Rina dan Djarot memilih diam saja di ambang pagar. Keduanya merasa gemas saat melihat Ramdan yang sulit sekali mendapatkan celah agar bisa sampai ke pintu rumah Didi.

"Duh! Ramdan itu kok tidak lincah sama sekali, sih? Bisa-bisanya dia tidak mendapat celah untuk sampai ke pintu gara-gara menghadapi satu orang!" omel Djarot.

"Entahlah, aku juga tidak paham! Sudah, jangan banyak mengomel! Perhatikan saja dan berharap agar kita bisa membawa Karin pergi dari sini. Kebetulan Pak Didi dan Bu Fitri sedang tidak ada, bukan?" sahut Rina, mengungkapkan pikiran buruknya untuk menculik Karin.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

TELUH GANTUNG JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang