- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karin diminta duduk bersila di atas permadani, setelah sejak tadi hanya diminta berbaring untuk memulihkan tenaga. Hani mengikatkan rambutnya agar rapi, sementara Tari sudah menggantikan pakaiannya dengan pakaian baru agar Karin kembali merasa bersih dan segar. Ziva mendekat pada wanita itu setelah mendoakan air yang sejak tadi ia pegang. Karin pun paham bahwa tidak lama lagi Ziva akan menyuruhnya untuk meminum air tersebut.
"Ayo, kamu harus minum air ini sebelum waktu maghrib tiba. Baca dulu bismillah tiga kali, baru minum airnya sebisa yang kamu mampu. Kalau airnya tersisa, nanti dilanjutkan lagi minumnya dan selalu ingat untuk membaca bismillah tiga kali sebelum minum. Kamu paham, 'kan?" tanya Ziva, usai memberi arahan.
Karin pun mengangguk pelan. Ziva segera menyerahkan air itu ke tangan Karin. Karin menerimanya seperti biasa dan baru saja selesai membaca basmalah, ketika akhirnya sesuatu terjadi sesuai dugaan Ziva, Tari, dan Hani.
BYUURRRR!!!
Air yang sudah didoakan itu ditumpahkan oleh Karin ke atas permadani. Didi dan Fitri menatap kaget dengan apa yang dilakukan putri mereka pada saat itu.
"Ha-ha-ha-ha-ha! Kamu pikir akan semudah itu membuat perempuan ini terlepas dari jeratanku?"
Itu adalah Karin yang berbicara. Namun suaranya berubah menjadi suara yang begitu berat dan tidak terdengar seperti suara seorang wanita. Tari dan Hani terus memegangi tubuh Karin dari belakang, sementara Ziva tetap menghadapinya dengan tenang. Fitri terus saja menangis di samping Didi, karena tidak tahu harus berbuat apa pada saat Karin sedang mengalami hal seperti itu.
"Dan menurutmu aku akan membiarkanmu terus berada di dalam dirinya dan mengikatnya seperti yang diperintahkan oleh Tuanmu? Kamu pikir aku tidak punya cara lain untuk membuatnya terlepas dari jeratanmu, karena kamu selama ini menguasai gerak-gerik tubuhnya? Begitu yang kamu pikir? Hah! Jin satu ini terlalu sombong!" hardik Ziva, tak segan-segan.
"Jangan remehkan aku, manusia lemah! Kamu tidak akan bisa mengalahkan aku yang sudah bertahun-tahun menguasai tubuh perempuan ini! Kalau kamu berusaha mengusir aku dari tubuhnya, maka dia akan merasakan kesakitan yang tidak tertahankan! HA-HA-HA-HA-HA!!!"
Tubuh Karin kembali lemas, setelah jin yang berdiam dalam dirinya kembali bersembunyi. Didi dan Fitri mendekat untuk melihat keadaan putri mereka, setelah tadi hanya bisa menatap dari ambang pintu kamar. Tari dan Hani segera memindahkan Karin ke sofa, agar permadani yang basah bisa segera mereka singkirkan. Ziva membuka botol yang baru dan mulai kembali berdoa. Setelah itu ia mulai membisikkan basmalah di telinga Karin sebanyak tiga kali sebelum memberinya minum dengan caranya sendiri.
"Minum, Karin. Lawan dia. Jangan takut padanya dan hadapi dengan berani. Minum," titah Ziva.
Karin meminum beberapa teguk air tersebut dan reaksinya jelas seperti yang sudah diperingatkan oleh jin yang tadi berbicara.
"ARRRRGGGGHHHHH!!! SAKIT!!! SAKIT SEKALI!!! TOLONG!!!" teriak Karin.
Yasmita baru saja menghabiskan bubur dan juga air jahe buatan Alwan, ketika akhirnya mendengar teriakan Karin yang begitu keras. Alwan dan Rasyid kembali melintas di depan rumah. Hal tersebut membuat Yasmita dan Cici segera menunjuk ke arah rumah Didi, karena mereka khawatir terhadap keadaan Karin.
"ARRRRGGGGHHHHH!!! AMPUN!!! LEPASKAN AKU!!! SAKIT!!! SAKIT, PAK!!! SAKIT, BU!!! BANTU AKU!!! TOLONG!!!"
"Istighfar, Karin. Istighfar meski hanya dalam hatimu," bisik Ziva.
Didi dan Fitri kembali diminta menjauh oleh Tari, saat tubuh Karin bereaksi sejauh itu. Alwan berlari masuk ke halaman rumah milik Didi, namun Raja dan Mika segera menahannya. Rasyid sendiri justru tetap berjalan santai seperti biasa, karena sudah tahu bahwa dirinya tidak akan boleh masuk ke dalam rumah sebelum Karin berhenti berteriak.
"Kalau Karin berhenti berteriak, barulah kamu boleh masuk," ujar Mika.
"Iya, Al. Katanya memang harus begitu. Kalau Karin berhenti berteriak, barulah kita bisa masuk ke dalam," tambah Raja, yang juga baru kali itu menghadapi teluh gantung jodoh.
"Kenapa harus begitu? Ada penjelasan?" tanya Alwan, yang selalu membutuhkan jawaban logis.
"Pria yang boleh ada di sisi Karin pada saat proses ruqyah pertama hanyalah Bapaknya. Kalau sampai ada pria lain di sisinya, maka jin yang berdiam pada tubuh Karin akan semakin sulit keluar. Hal itu dikarenakan teluh gantung jodoh biasanya dikirim oleh laki-laki yang menginginkan Karin agar menjadi miliknya. Jadi kalau ada pria lain yang tidak ada hubungan darah di sisi Karin ketika proses ruqyah pertama, hal itu akan memancing kecemburuan bagi si pengirim teluh dan jin yang mendiami tubuh Karin akan semakin kuat akibat rasa cemburu tersebut. Oh ya, teluh gantung jodoh itu bisa membuat si pengirim teluh tahu mengenai apa saja yang sedang dilakukan oleh Karin selama ini. Si pengirim teluh itu selalu melihat Karin di dalam pikirannya dan tahu semua gerak-geriknya. Jadi kita tidak boleh gegabah ketika mematahkan teluhnya," jelas Rasyid.
"Kalau kita gegabah ketika menjalani proses pematahan teluh gantung jodoh, bisa jadi pikiran Karin akan menjadi gila meski bisa terlepas dari teluh tersebut," tambah Mika.
Alwan langsung membuka kacamatanya dan mengusap wajahnya dengan kasar, setelah mendengar betapa rumit syarat proses pematahan teluh gantung jodoh. Ia jelas merasa khawatir terhadap Karin, karena dirinya sudah lama mengenal Karin dan tahu persis bahwa wanita itu tidak layak menerima perlakuan buruk dari siapa pun. Ia pikir, segalanya akan semudah yang biasa ia hadapi bersama yang lain. Tapi ternyata, semuanya berbeda dari yang biasa dan Karin adalah tujuan utama dari hal tidak biasa tersebut.
"Sabar, Al. Doakan saja yang terbaik untuk Karin. Dia pasti bisa melewati semuanya jika kita ikut mendoakan," saran Raja.
"ARRRRGGGGHHHHH!!! LEPASKAN AKU!!! AMPUN!!! SAKIT!!! BANTU AKU!!! TOLONG!!! SIAPA PUN, TOLONG AKU!!!"
"Terus, Karin. Lawan dia. Dia akan kalah jika kamu melawannya tanpa henti. Jangan biarkan dia menang," bisik Ziva.
"Nak Tari ... apakah tidak bisa dihentikan saja proses ruqyahnya? Putri kami sepertinya sangat kesakitan, Nak," mohon Didi.
Tari pun tersenyum saat menatap ke arah Didi. Ia memahami betul bahwa kedua orangtua Karin saat itu memang sedang mengkhawatirkan keadaan putri mereka.
"Bapak dan Ibu ingin Karin segera membangun rumah tangga, bukan? Bapak dan Ibu tidak ingin Karin terus-menerus gagal menikah, 'kan? Inilah proses awalnya, Pak ... Bu ... dan proses awal inilah yang akan membuat Karin tidak akan lagi mengalami kegagalan ketika akan menikah. Bapak dan Ibu harap bersabar dan teruslah berdoa untuk Karin. Insya Allah, kami akan membantu Karin sampai benar-benar tuntas," jelas Tari, agar Didi ataupun Fitri memahami yang sedang mereka lakukan.
Teriakan Karin mulai mereda. Ziva kini bisa melihat wujud jin yang akhirnya keluar dari tubuh Karin, setelah jin itu berhasil dikalahkan oleh diri Karin sendiri melalui bantuan air yang diminumnya. Tatapan Ziva terarah pada bagian sudut ruang tamu. Hani dan Tari pun segera meraih tubuh Karin yang masih lemas untuk dibawa keluar sebentar dari rumah.
"Pergi kamu! Di sini bukan tempatmu! Kembali kamu pada Tuanmu dan katakan padanya untuk berhenti menyakiti Karin!" tegas Ziva.
"Kurang ajar! Beraninya kamu membuatku kalah dan terusir dari tubuh perempuan itu! Kamu akan mendapatkan balasan yang tidak pernah kamu duga, manusia lemah! Tunggu, saja!"
Jin tersebut menghilang dalam sekejap. Waktu maghrib pun akhirnya tiba.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH GANTUNG JODOH
Horor[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 8 Setelah hampir satu setengah tahun bergabung dalam tim, akhirnya Alwan meminta cuti untuk pertama kalinya ketika mendapatkan kabar bahwa Ibunya mengalami sakit. Alwan pulang ke Semarang dengan niat untuk merawa...