- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Assalamu'alaikum," ujar Ziva, Raja, dan Alwan.
"Wa'alaikumsalam, Nak. Mari, silakan masuk," sambut Fitri, di tengah rasa cemasnya terhadap Karin.
Setelah bersalaman dengan Fitri dan Didi, Ziva langsung mendekat pada Karin yang saat itu tengah dibaringkan di atas permadani ruang tamu. Hani tampak sudah menyeka wajah dan leher wanita itu dengan air yang sudah didoakan, sekaligus merapikan rambutnya yang agak kusut. Karin kini tampak jauh lebih baik meski tubuhnya masih lemas seperti tadi. Ziva mengusap rambut Karin dengan lembut, sehingga berhasil menarik perhatian wanita itu. Ia tersenyum ketika Karin menatap ke arahnya. Karin bisa merasakan kesejukan dari diri Ziva, setelah wanita itu berada di sisinya. Alwan dan Raja memperhatikan hal itu lebih daripada biasanya. Karena biasanya, Ziva tidak pernah langsung bisa sedekat itu dengan korban yang tengah ditangani.
"Bagaimana? Apakah sudah jauh lebih lega, setelah kamu tidak lagi melihat makhluk-makhluk halus di halaman depan sana?" tanya Ziva.
"I-ya. Su-dah ... ja-uh ... le-bih ... le-ga," jawab Karin, lirih dan terbata-bata.
"Mm, itulah mengapa aku tidak mendengarkan larangan dari kamu. Aku tidak bermaksud meremehkan larangan itu. Tidak sama sekali. Aku hanya ingin kamu terlepas dari hal yang menjerat dirimu tanpa disadari, meski baru sedikit," jelas Ziva.
"Ba-gai-ma-na ... ka-mu ... bi-sa ... ta-hu? A-ku ... ti-dak ... per-nah ... mem-beri ... ta-hu ... siapa ... pun."
"Aku tidak perlu diberi tahu oleh siapa pun, Sayang. Aku hanya perlu melihat diri kamu secara langsung, dan aku akan langsung tahu bahwa kamu sudah lama dijerat dengan teluh gantung jodoh yang dikirimkan oleh orang itu."
Mendengar penuturan Ziva mengenai apa yang terjadi pada Karin selama ini membuat Fitri mulai menangis di samping suaminya. Didi sendiri pun merasa begitu shock, saat tahu kalau putri satu-satunya yang ia miliki telah lama dikirimi teluh oleh seseorang.
"Maka dari itulah aku tidak sabar ingin bertemu kamu sejak mendapat kabar dari Alwan. Dan alhamdulillah, Allah mempermudah segalanya sehingga aku benar-benar bisa bertemu dengan kamu seperti saat ini. Sekarang, mari kita coba patahkan teluh itu pelan-pelan, ya," bujuk Ziva.
Karin pun mengangguk pelan. Ziva kini menatap ke arah kedua orangtua Karin, setelah Karin kembali diambil alih oleh Hani untuk dipersiapkan menjalani proses pematahan teluh. Raja dan Alwan ikut menatap ke arah Didi dan Fitri. Mereka ingin tahu, apa saja yang akan Ziva tanyakan kepada kedua orangtua Karin.
"Boleh saya sedikit bertanya-tanya kepada Bapak atau Ibu?" Ziva memohon izin.
"Iya, Nak. Silakan saja tanyakan. Kami berdua akan memberi jawaban, jika memang tahu apa jawabannya," jawab Fitri, usia menyeka airmatanya.
Ziva pun mengangguk seraya tersenyum. Ia menatap keluar rumah sejenak, lalu menunjukkan pada Fitri dan Didi mengenai keberadaan Mika, Rasyid, dan Tari.
"Mereka juga anggota tim kami Pak ... Bu ... jadi jangan heran kalau mereka juga sedang mengerjakan sesuatu di luar rumah ini. Mereka akan melakukan pekerjaan tahap pertama, sebelum saya melakukan pematahan teluh gantung jodoh yang menjerat Karin selama ini. Mereka bertiga akan membentengi seluruh rumah ini agar tidak ada serangan gaib yang datang mendadak ketika saya sedang bekerja bersama Suami saya, serta Alwan dan Hani. Saya harap Bapak dan Ibu bisa memaklumi hal tersebut sebelum kami memulai pekerjaan," ujar Ziva.
"Iya, Nak. Insya Allah kami akan memahami semua hal yang kalian lakukan, meskipun kami tidak mengerti. Kami akan mengikuti sampai tuntas semua jalannya pematahan teluh itu. Kami ingin Karin terbebas dari apa pun yang menjeratnya selama ini, Nak. Kami sudah merasa buntu setelah terus saja terkena masalah berulang-ulang kali," tanggap Didi, berupaya untuk tidak menangisi keadaan putrinya.
"Bapak dan Ibu tidak perlu takut. Insya Allah kami akan membantu sampai tuntas. Sampai Karin benar-benar terlepas dari teluh gantung jodoh yang menjeratnya. Dan satu hal lagi, jangan heran apabila nanti ada yang datang ke sini secara mendadak, padahal Bapak ataupun Ibu tidak pernah mengharapkan kedatangannya. Orang itu akan datang dengan sengaja, karena tidak mau Karin terlepas dari jerat teluh yang dia kirimkan. Tapi untuk masalah siapa yang akan menghadapinya, hal itu akan diserahkan kepada saya dan tiga rekan pria dalam tim kami yaitu Raja, Alwan, dan Mika. Itu adalah tugas kami berempat, karena nanti Rasyid tetap harus berada di dalam sini untuk meruqyah Karin dan didampingi oleh Hani dan Tari sampai semuanya benar-benar selesai," jelas Ziva, agar Didi dan Fitri semakin paham.
Alwan menatap Raja dan mencoba bertanya-tanya sedikit secara diam-diam.
"Kita belum pernah menghadapi teluh gantung jodoh, 'kan? Atau hanya aku saja yang belum pernah menghadapinya?" bisik Alwan.
"Aku juga belum pernah, Al. Tapi entah kalau yang lain," jawab Raja, ikut berbisik.
Alwan menatap ke arah Karin yang saat itu terus saja diam meski Hani sedang mengajaknya berinteraksi. Ia ingat betul kalau dulu Karin tidak sependiam itu. Karin adalah orang yang ceria dan sangat murah senyum. Sekarang, yang Alwan bisa lihat dari Karin hanyalah raut wajah penuh keputusasaan. Ia mendadak meyakini, kalau raut wajah yang dilihatnya saat itu adalah efek dari teluh gantung jodoh yang menjerat Karin selama ini.
"Jadi begini, Pak ... Bu ... hal yang ingin saya tanyakan ada kaitannya dengan Karin. Saya ingin tahu, apakah dulu pernah ada yang melamar Karin, sebelum Karin pertama kali dijodohkan dan hampir menikah dengan santri dari Pesantren milik Almarhum Kiayi Ahmadi?"
Pertanyaan krusial akhirnya terlontar dari mulut Ziva. Baik itu Didi dan Fitri ataupun Raja, Hani, dan Alwan yang sedang memperhatikanya, mendadak merasakan sesuatu yang tidak biasa dari lantai yang sedang mereka pijak atau duduki. Pertanyaan itu sepertinya menjembatani sesuatu yang bisa menghubungkan mereka dengan si pengirim teluh. Ziva jelas sudah tahu akan hal itu, sehingga memutuskan bertanya sejak awal agar tidak perlu terlalu kaget saat si pengirim teluh muncul ke hadapannya.
Didi dan Fitri saling menatap satu sama lain selama beberapa saat. Mereka berdua terlihat agak sedikit bingung untuk menjawab pertanyaan yang Ziva ajukan. Namun, sebisa mungkin Didi mencoba bicara meski tetap saja yang dibicarakan tidak terlalu mendekati jawaban yang diinginkan.
"Kami tidak tahu, Nak. Dulu semasa Almarhum Kiayi Ahmadi masih hidup, kami mempercayakan sepenuhnya mengenai lamaran yang datang untuk Karin. Karena beberapa tetangga di Desa ini pun melakukan hal yang sama, untuk menjamin masa depan putri-putri mereka agar menemukan jodoh yang baik. Jadi jika ada yang melamar Karin sebelum dia di jodohkan dengan santrinya Almarhum Kiayi Ahmadi, kami tidak tahu pasti, Nak. Yang tahu pasti mengenai hal itu sudah jelas adalah Kiayi Ahmadi sendiri," jawab Didi, berusaha menjelaskan sebisanya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TELUH GANTUNG JODOH
Terror[COMPLETED] Seri Cerita TELUH Bagian 8 Setelah hampir satu setengah tahun bergabung dalam tim, akhirnya Alwan meminta cuti untuk pertama kalinya ketika mendapatkan kabar bahwa Ibunya mengalami sakit. Alwan pulang ke Semarang dengan niat untuk merawa...