18 | Memanggil Dukun

1K 92 37
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

"KURANG AJAR!!! SIAPA ORANG YANG BERANI MENGUSIK URUSANKU SAMPAI SEJAUH INI??? SEHEBAT APA ORANG ITU SEHINGGA SEMUA PERLAWANANKU GAGAL SEPERTI INI???" amuk Ramdan.

Djarot dan Rina hanya bisa diam sambil mendengarkan dari arah ruang tengah. Amukan Ramdan terdengar oleh mereka, namun mereka sama sekali tidak berani mendekat ke arah kamar yang dikhususkan untuk menjalani ritual itu. Kamar itu hanya boleh dimasuki oleh Ramdan, karena Ramdan berperan penuh dalam menjalankan teluh gantung jodoh yang mengikat Karin selama bertahun-tahun.

"Duh, kenapa semuanya malah semakin runyam, sih? Seharusnya hanya tinggal beberapa minggu lagi akhirnya kita akan menikahkan Ramdan dengan Karin. Kenapa semuanya malah harus menjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan?" omel Rina.

"Itu sudah jelas karena saat ini sedang ada yang mencoba membantu Karin, agar dia bisa terlepas dari teluh yang Ramdan kirimkan. Kalau saja tidak ada yang mencoba membantu Karin, maka pastinya rencana kita akan berjalan mulus sebagaimana mestinya," sahut Djarot, sambil menghisap cerutu yang sudah tinggal setengah.

Rina langsung memutar bola matanya akibat merasa kesal, ketika suaminya menjabarkan keadaan yang sedang terjadi di luar sana. Ia beranjak menuju jendela dan menatap ke arah luar dengan penuh emosi.

"Kita seharusnya tidak perlu repot-repot begini, seandainya Karin tidak menolak Ramdan. Aku merasa kesal saat dia menolak Ramdan, tapi aku juga tidak mau punya menantu lain selain dia. Dia adalah satu-satunya gadis di Desa kita yang lahir pada hari minggu pahing, yang artinya dia memiliki weton tibo lungguh. Dia jelas akan sangat cocok jika bersanding dengan Ramdan, dan hidup Ramdan akan selalu dipenuhi dengan kejayaan serta keberuntungan jika didampingi oleh Karin. Sayangnya, Karin justru sama sekali tidak tertarik pada Ramdan meski sudah ditawarkan berbagai macam hal. Dan yang paling tidak bisa aku terima adalah, kedua orangtuanya justru lebih memilih meminta agar Karin dicarikan jodoh oleh Kiayi sialan itu, sehingga jalan kita agar bisa menikahkan Karin dengan Ramdan semakin tertutup!" ungkap Rina.

"Tapi sekarang 'kan si Kiayi sialan itu sudah mati setelah kita kirimkan jampi-jampi. Kita tidak perlu lagi memikirkan dia, dan hanya perlu membantu Ramdan menggagalkan usaha orang yang sedang membantu Karin saat ini. Jadi sekarang coba pikirkan, bagaimana cara terbaik untuk membuat Ramdan bisa kembali menguasai diri Karin melalui teluh gantung jodoh itu?" pinta Djarot.

Rina pun teringat sesuatu, sehingga membuatnya langsung mengalihkan perhatian dari arah luar jendela kepada suaminya.

"Bagaimana kalau kita hubungi saja Mbah Rasmin? Dulu saat kita memintanya membantu menjerat Karin dengan teluh itu, dia berjanji akan selalu membantu kita jika ada masalah terkait dengan teluh yang mengikat Karin, 'kan?" cetus Rina.

Djarot pun mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ya ... ya ... ya ... kamu benar soal janji yang Mbah Rasmin katakan. Tapi apakah menurutmu Ramdan setuju dengan ide yang kamu cetuskan barusan?"

Ramdan masih berusaha untuk kembali mengirimkan makhluk suruhannya ke rumah Didi, agar ia bisa kembali menguasai pikiran Karin. Sayangnya, makhluk-makhluk yang dikirimnya tetap saja tidak bisa lagi menembus rumah itu, karena pertahanan yang dipasang di sana terlalu kuat. Hal itu membuat amarah Ramdan semakin menjadi-jadi. Ia sudah merasa kesal sejak tadi, karena tidak lagi bisa menyusupi pikirkan Karin seperti biasanya. Kini rasa kesalnya itu harus bertambah, akibat tidak bisa mengawasi Karin melalui makhluk suruhannya.

"Keparat! Sebenarnya siapa yang kali ini memberikan bantuan pada Karin agar terlepas dari teluh gantung jodoh yang aku kirimkan? Kenapa sampai makhluk kirimanku tidak lagi bisa menembus ke rumah orangtuanya Karin? Ini tidak bisa aku biarkan! Aku tidak boleh kehilangan kesempatan untuk bisa menikahi Karin! Karin tidak boleh jadi milik laki-laki mana pun selain aku!" geram Ramdan.

Laki-laki itu segera bangkit dari atas permadani. Ia melangkah menuju pintu dengan penuh emosi. Ketika pintu kamar ritual itu dibuka olehnya, tatapan kedua orangtuanya langsung tertuju hanya kepadanya. Ia kembali menutup pintu kamar ritual itu saat akan mendekat pada mereka. Rina jelas menjadi yang pertama mendekat pada putranya, karena dia memiliki ambisi besar yang sama dengan Ramdan mengenai Karin.

"Bagaimana, Nak? Apakah serangan balikmu berhasil mengalahkan orang yang sedang membantu Karin?" tanya Rina.

"Tidak, Bu. Sama sekali tidak berhasil. Semua perlawananku gagal total. Rumah calon mertuaku mendadak tidak lagi bisa ditembus oleh makhluk-makhluk suruhan yang aku kirimkan. Aku benar-benar merasa buntu saat ini, karena tidak tahu harus melakukan apa lagi setelah semua perlawananku gagal," jawab Ramdan, apa adanya.

Djarot dan Rina pun langsung saling menatap satu sama lain, setelah mendengar jawaban dari Ramdan. Mereka jelas sudah memiliki tekad yang bulat untuk membantu Ramdan lebih keras daripada sebelumnya. Mereka tidak ingin gagal mendapatkan Karin dan mempersuntingnya sebagai menantu.

"Kalau begitu tidak ada jalan lain. Kita harus menghubungi Mbah Rasmin dan memintanya untuk membantu," ujar Djarot.

"Benar itu, Nak. Mbah Rasmin pernah menjanjikan akan membantu jika ada masalah terhadap teluh gantung jodoh yang mengikat Karin. Sekarang adalah saatnya kita menagih janji itu agar ditepati oleh Mbah Rasmin," dukung Rina.

"Dan menurut Ibu, apakah Mbah Rasmin bisa menembus pertahanan yang ada di rumah calon mertuaku saat ini? Aku saja gagal berkali-kali, Bu, saat berusaha menembus pertahanan itu. Aku jadi merasa tidak yakin kalau Mbah Rasmin bisa membantuku," tanggap Ramdan.

"Kita coba dulu, Nak. Jangan cepat pesimis seperti itu, dong. Kamu mau, kalau akhirnya nanti Karin benar-benar tidak akan bisa menikah denganmu? Kamu mau, melihat Karin akhirnya menikah dengan laki-laki lain yang bukan kamu? Kamu sudah siap melalui semua itu?" tanya Djarot, mengingatkan Ramdan pada hal yang sangat dirisaukannya selama ini.

"Tentu saja aku tidak mau, Pak. Aku jelas tidak akan membiarkan laki-laki mana pun menikahi Karin. Aku cinta sama Karin dan cintaku padanya harus terwujud dalam ikatan pernikahan," sahut Ramdan, kembali tersulut emosi.

"Kalau begitu setujulah dengan pendapat Ibumu. Jangan membantah lagi. Biarkan Mbah Rasmin ikut membantu kita untuk kembali memperkuat teluh gantung jodoh itu terhadap Karin. Hanya tinggal beberapa minggu lagi, Nak. Jangan sampai semuanya jadi berantakan dan gagal hanya karena kamu keras kepala," balas Djarot, yang kemudian kembali menghisap cerutu di tangannya.

Ramdan pun kini menatap ke arah Ibunya. Rina merangkulnya untuk memberikan ketenangan, sebelum mereka kembali membicarakan rencana memanggil Mbah Rasmin.

"Sekarang tenangkan dulu dirimu. Ibu akan menghubungi Mbah Rasmin agar dia bisa datang ke sini menemui kita," saran Rina.

"Tapi setelah itu kita bisa langsung pergi ke rumah calon mertuaku, 'kan, Bu? Aku ingin sekali melihat Karin. Aku tidak bisa mengawasinya dari sini sejak tadi, jadi akan lebih baik kalau aku bisa melihatnya secara langsung," harap Ramdan.

* * *

TELUH GANTUNG JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang