05.

684 61 1
                                    

Cerita ini hanya fiksi.





Zeeran turun kebawah menemui sang bunda shandi yang berada di ruang keluarga, melihat bunda nya sudah biasa menatap dirinya sangat rendah dan tidak suka.

Ia dihadapan sang bunda sekarang, menantikan apa yang akan keluar ucapan dari mulut sang bunda. Sudah menebak sebenarnya akan di marahin, terlalu terbiasa sehingga ia pun masa bodo dan berusaha tidak peduli.

“ tuh, laporan sp kamu dari kampus. mau jadi apa sih zeeran, kuliah jarang masuk sekali nya masuk bolos terus. tidur di kelas ga pernah merhatiin dosen nya, kerjaan kamu tuh keluyuran mulu. motoran ga jelas, temen-temen kamu pun ga jelas. ga pernah ngasih energi positif ke kamu, mau jadi apa masa depan kamu zeeran? lihat kakak kamu, dia punya band tapi masih seimbang sama kuliahnya. sedangkan kamu, coba ngaca. bentukan udah kaya preman, kaya yang ga pernah di sekolahin. malu saya punya anak pembangkang kaya kamu. ”

Zeeran diam saja mendengarkan rentetan ucapan bunda nya, Kata-kata rendah nya yang selalu di lontarkan pada nya. Ia terlalu malas menanggapi, disahuti pun dirinya kembali akan disebut anak pembangkang. Dirinya serba salah, menjawab atau tidak pun tetap disalahkan.

“ gausah sebut temen-temen aku ga jelas bun, bunda ga tau mereka kaya apa. yang bunda sebut anak pembangkang itu anak bunda sendiri, kalau bunda ga suka punya anak kaya aku usir aja bun. udah capek kan ngurusin aku? cabut aja kuliah aku kalau bunda udah ga mau ngurus, aku kaya gini juga gara-gara bunda yang selalu membedakan aku sama Zean. ”

Ia meninggalkan shandi yang akan kembali memarahi nya, pergi ke kamarnya mengunci diri nya di dalam.

Mengabaikan teriakan shandi yang memanggilnya, walaupun ia sudah terbiasa tetapi tetap merasa sakit hati tidak pernah bisa membuat sang bunda bangga pada nya. Ia diam saja di pojokan kamarnya.

“ sayang, udah ah. bener kata zeeran, kamu terlalu ngebedain dia sama Zean. biarin zeeran mau kaya gimana, udah besar anak kita. bisa nentuin pilihannya sendiri. ”

“ kamu selalu ngebela zeeran, kalau kaya gitu terus. mau sampai kapan anak itu berubah? aku malu setiap minggu di panggil sama dosennya dapet laporan zeeran ga pernah masuk kuliah. mau jadi apa anak itu di masa depan. ”

“ kamu boleh marahin, tapi ga gini caranya. coba sekali aja dudukin zeeran, bicara lembut. ”

“ terserah celine, aku males ribut sama kamu. ”

Shandi dan celine pergi ke kamar mereka berdua.

*

Sedangkan Kimberly yang akan turun ingin mengambil tas nya yang tertinggal diruang keluarga, menyaksikan bagaimana shandi memarahi zeeran. Ia sudah tahu jika zeeran sering di marahi dan diperlakukan beda.

Ia pun menghampiri zeeran ke kamarnya, saat ingin masuk pintu itu di kunci dari dalam. Ia mengetuk pintu itu cukup keras dan memanggil nama zeeran supaya membukakan nya pintu.

“ zeeran bukain, gue tau lo di dalam. please zeeran, gue tau lo denger gue. bukain. ”

Ia berusaha memainkan gagang pintu itu, agar zeeran mau membuka pintunya. Kemudian, bunyi “ klik ” pada pintu itu terbuka. Ia lantas masuk.

Melihat kondisi kamar zeeran yang berantakan, pasti ia mengamuk tadi. Melihat zeeran yang duduk di pojokan ruangan dekat meja samping kasurnya dengan nikotin yang berada di tangannya. kepulan asap yang memenuhi ruangan kamar itu. Ia pun mendekat, duduk di hadapan zeeran.

Merebut batang rokok yang berada di genggaman zeeran. Menarik tubuh itu kedalam dekapannya, ia rengkuh tubuh zeeran. Mengusap lembut punggung sang sahabat, memberikan kenyamanan dan rasa aman.

“ it's oke, ada gue disini. nangis kalau lo mau nangis, jangan di tahan zeeran. gue ga suka lo pendem emosi lo, gue juga ga suka lo lampiasin pakai rokok. ”

Ia membalas pelukan sahabat kesayangannya, mengeratkan pelukannya. Sedikit mengusal pada leher Kimberly, mencari kenyamanan.

Kimberly membiarkan zeeran sesuka hati memeluk nya, ia pun berusaha memberikan yang terbaik pada sahabatnya.

“ it's oke zee, ada gue disini. jangan ngerasa sendiri. ”

Zeeran diam saja, tidak menyahuti ucapan sahabatnya. Ia dengan tenang memeluk, dan sedikit menarik tubuh Kimberly duduk pada pangkuannya. Semakin mengusal pada leher sahabatnya.

Kimberly mengusap lembut rambut sahabatnya, memberikan kehangatan. Ia membiarkan zeeran memeluk nya seperti posisi nya sekarang.

Sedari tadi Zean masuk tidak disadari keduanya, melihat sang sahabat duduk berada pangkuan adiknya dan berpelukan. Sakit yang ia rasakan namun paham adiknya itu butuh sahabatnya juga. Hanya Kimberly yang dapat menenangkan adiknya.

Jika ia berusaha mengajak nya berbicara, zeeran tidak akan mau menjawabnya dan menatapnya tidak suka. Pasti dirinya akan ribut seperti sebelumnya, zeeran terlalu tertutup padanya. Beda jika sudah bersama sahabat keduanya, pasti akan sangat terbuka.

Semenjak dimana sang bunda yang selalu memarahi adiknya dan membawa dirinya dalam topik sang bunda, sejak saat itu dirinya tidak lagi akur dengan adiknya. Zeeran menjadi begitu pendiam dan tertutup, bicara saat ada Kimberly saja. Sisa nya diam saja jika ditanya atau dengan bahasa tubuh nya saja. Menjawab pun sekenanya.



Vote and Coment yaa jangan lupa.

My Heart ( zeedel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang