7. teman pertama

833 114 99
                                    

‼️ Typoooooooooo


***

Setelah selesai memeriksa yushi tanpa niat, pemuda itu menatap yushi dengan pandangan yang sulit untuk diartikan, itu membuat yushi sedikit tak nyaman, ia kembali menyembunyikan seluruh tubuhnya dibawah selimut itu.

"Hey? Aku sedang berusaha mengingat mu, sebentar saja..." ujarnya kaget saat wajah yang ia pandang kembali tertutup.

"A-aku tidak mau!" Tolaknya.

"Tidak mau apa? Aku bahkan belum selesai memeriksa mu" yushi kembali menimbulkan kepalanya dengan lucu.

"Belum? Bukankah tadi kau bilang.. pemeriksaan nya sudah selesai?.. lagi pula kau hanya mengecek suhu tubuh ku.. lalu menatap wajahku seperti itu..." lirihnya.

"Kau bicara apa? Aku tidak mendengar nya" sahutnya bingung karena suara yushi yang begitu kecil dan teredam dibawah selimut, yushi menggeleng cepat ia kembali masuk kedalam selimut.

Merasa tak ada jawaban apapun dari bocah itu, dia berinisiatif untuk menarik pelan selimut tebal yang digunakan yushi bersembunyi.

"Hey-hey dengar aku, aku hanya ingin mengetahui bagaimana keadaan mu saat ini"

"Bisa kah kau duduk dengan benar, aku hanya ingin bertanya setelah kau menjawab aku akan keluar, aku janji" bujuknya.

"B-benarkah?" Gugup yushi, ia menimbulkan sedikit demi sedikit dirinya, kelakuan yushi dianggap sangat lucu oleh pemuda dihadapan nya.

"Kau sangat lucu, berapa umurmu?" Tanyanya setelah yushi sudah tidak lagi bersembunyi.

"Aku 20 tahun.."

Pemuda itu menatap yushi heran saat anak itu menyebut kan umurnya, "20? Tahun? Serius?"

"Kenapa orang-orang selalu meremehkan umurku? Aku sudah dewasa, tolong jangan anggap aku adalah seorang anak kecil" ujarnya, seakan-akan dia tau apa yang dipikirkan lawan bicaranya.

"Kau selalu seperti itu ya?"

"Seperti apa?" Bingungnya.

"Selalu mengambil kesimpulan sendiri, tanpa tau apa yang sedang dipikirkan oleh lawan bicaramu" tebaknya.

"Tapi kebanyakan orang seperti itu padaku, mereka selalu meremehkan umurku, kemampuan ku, kinerja ku dan segalanya yang ada didalam diriku. Mereka semua meremehkannya" yushi menunduk menatap tangannya sendiri yang sudah terkepal erat, ia tidak pernah mau menangis dihadapan orang asing.

Tapi entah kenapa, hatinya berkata jika ia harus berbagi cerita dengan pemuda dihadapannya.

"Apa yang sedang aku lakukan astaga.."

"Tidak apa-apa menangis saja, aku ada disini" ia menarik yushi kedalam pelukannya, saat dia mendengar suara isakan dari anak malang itu.

"Kenapa a-aku selalu diremehkan? Apa karena aku tak punya orang tua hiks atau karena aku berpendidikan rendah hiks.." ujarnya diselingi Isak tangisnya, yushi meremas kemeja yang dikenakan pemuda itu, hingga membuatnya sedikit lecak.

"Dengarkan aku.." ia menangkup wajah manis yushi, ibu jarinya menghapus jejak air mata yang melintas dipipi si anak manis itu.

"Itu bukanlah tatapan untuk meremehkan mu, itu adalah tatapan iri yang mereka tunjukkan padamu. Umurmu itu masih sangat muda, dan kau masih mau berusaha sekeras itu agar kau bisa bertahan untuk tetap hidup. Itu sebabnya mereka iri padamu, tatap yang kau anggap meremehkan mu itu adalah tatapan iri. Mereka iri karena kau mau berjuang sendiri tanpa bantuan siapapun, kau bisa bertahan tanpa siapapun."

Maze [ Yusion ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang