Story 4

431 94 4
                                    

Malam tahun baru di Inazuma selalu mengadakan festival kembang api dan doa di Kuil Narukami. Lady Yae terlihat sesekali mengarahkan beberapa bawahan untuk menghias tiang-tiang pancang dengan lampion dan lilin kecil.

Ada banyak kelopak bunga dan dedaunan yang bertebaran hari ini. (Y/n) saat ini tengah mengikuti ibunya dalam diam. Sesekali merasa takjub melihat telinga rubah Sang Guuji. Warna merah mudanya seperti kelopak sakura.

Terkadang Sang Guuji tersenyum manis pada anak-anak dan memberikan permen jahe. Tentu tidak semua anak-anak menyukai permen pedas itu, berakhir dengan Lady Yae yang memaksa mereka.

Beruntung (y/n) tidak berdiri terlalu dekat dengan wanita itu. Dirinya kini sibuk dengan ikan layang yang berhasil dia tangkap tadi. Hanya sepuluh menit dia berpisah dari ibunya untuk pergi menikmati festival dan ibunya langsung mencak-mencak menarik telinganya.

Sampai saat ini telinga gadis kecil itu memerah dan berdenyut!

Matanya yang serupa api melirik kesana kemari. Mencari Ayaka karena tempat dia kini berada tidak jauh dari kediaman Kamisato.

"Ibu! Kapan kita ketempat Ayaka?" Gadis itu menarik ujung lengan kimono ibunya. Kimono berwarna baby purple yang dia kenakan terasa sangat nyaman kali ini. Bahan halus juga obi yang tidak terlalu ketat sehingga dia bisa bebas memakan makanan manis.

"Sebentar lagi, memangnya kenapa?" Sang ibu bertanya. Mata wanita dewasa itu masih melirik kearah Lady Yae yang masih memberikan arahan mengenai doa kali ini.

"Aku mau ketempat Ayaka."

"Nanti dulu, (y/n)." Ibunya kembali fokus. Mengabaikan dirinya yang cemberut.

Bocah tujuh tahun itu mengambil kesempatan untuk pergi saat ibunya disibukkan oleh rentengan kertas doa.

(Y/n) yang berhasil melepaskan diri kini berjalan mengambil kotak berisi onikabuto peliharaannya. Kotak berisi full serangga ungu itu kini dia peluk, siap untuk mengerjai Putra dari pasangan Kamisato.

Kakinya melangkah dengan semangat, sedikit berlari ketika sepasang mata wanita tua menatapnya dengan senyuman.

"Ara, Nona kecil. Apa Anda kesini untuk menemui Nona Ayaka?"

Kediaman berlambang bunga kamelia itu terlihat besar dikedua mata (y/n). Furuta, nenek yang selama ini berperan sebagai kepala pelayan sekaligus orang yang mengawasi keasrian taman kediaman Kamisato sejak Komisaris terdahulu berdiri didepannya. Menyambut gadis itu dengan tangan terbuka mengingat kedekatan keluarga Kamisato dengan Naoraka.

"Nenek!" Gadis itu dengan tenang melangkahkan kaki ke kediaman Kamisato. Seperti sudah terbiasa dan menganggap tempat ini sebagai rumah lain.

"Nona Ayaka ada didalam. Sedang bersiap-siap dan memakai Kimononya untuk doa nanti malam di kuil Narukami." Wanita tua itu mengusap pelan rambut (y/n). Tubuh (y/n) yang pendek dari wanita itu harus menengadah hanya untuk membalas tatapan wanita itu.

"Aku kedalam dulu. Aku juga mau memberikan ikan ini untuk Ayaka." Gadis itu mengambil kantong ikan layang yang tadi dia dapatkan sebagai hadiah. "Lihat! Warnanya seperti warna rambut Ayaka."

"Oya-oya, tapi Nona kecil, ini lebih mirip warna mata Tuan Muda."

(Y/n) mengangkat kantong ikan yang bening kedepan wajahnya, menelisik lebih lanjut tentang ucapan Furuta. "Eh?"

"Yah yah, pergilah kedalam dulu Nona kecil." Furuta memotong, wanita itu kini mengarahkan (y/n) masuk kedalam kediaman.

Kediaman terdengar cukup ramai hari ini. Kediaman tradisional dengan warna indigo juga bentuk bunga kamelia besar ditengah dinding bagian dalam. Disana terlihat Komisaris saat ini, Tuan Kamisato yang sibuk menulis sesuatu.

"Oh, halo? Siapa ini yang datang ke kediaman kami?" Tuan Kamisato, menatap wajahnya membuat (y/n) semaput dan cemberut.

Tuan Kamisato terlihat sangat mirip dengan Ayato, orang yang akan dia kerjai hari ini.

Kenapa pria setampan ini punya putra sesetan itu?

Membuat perasaan (y/n) semakin kesal dan semakin tidak sabar mengerjai Ayato.

"Tuan Komisaris!" (Y/n) memanggilnya dengan semangat. Tangannya menyodorkan kantong ikan pada pemimpin Komisi Yashiro itu. "Aku membawa ikan untuk Ayaka."

"Oh! Cantik sekali." Tuan Kamisato memujinya. Pria itu berjongkok didepan (y/n). Wajahnya yang tersenyum lembut membuat (y/n) mau tidak mau menurunkan kewaspadaan. "Kupikir itu hadiah untuk Ayato. Ternyata untuk Ayaka, ya?"

Kenapa semua orang membicarakan Ayato hari ini? Membuat (y/n) muak saja.

"Tidak, ini untuk Ayaka. Kenapa aku harus memberi Ayato hadiah?" Gadis itu bersidekap, menyilangkan kedua tangan didepan dada.

"Yah... Soalnya beberapa hari belakangan ini ada banyak bingkisan yang datang kerumah untuk Ayato. Jadi kupikir kau juga salah satu penggemar putraku itu."

"Itu terdengar mengerikan, Tuan Kamisato."

Tuan Kamisato hanya terkekeh pelan. Tangannya menunjuk kearah lorong panjang tempat kamar Ayaka. "Nah, Ayaka ada dikamarnya."

"Terimakasih!"

Gadis cilik itu segera berlari kecil menuju arah kamar Ayaka. Tepat didepan pintu kamar Ayaka, (y/n) berhenti mendengar pembicaraan yang ada didalam. Terdengar suara beberapa orang dewasa dan Ayaka yang sibuk memasang Kimononya.

(Y/n) memilih beranjak meletakkan ikan hadiah itu didepan pintu dan berbalik mencari pintu kamar Ayato. Bibirnya tersenyum menyeringai saat tubuh kecilnya dengan mudah menelusp masuk kedalam kamar bertema maskulin itu.

Hidungnya bisa mencium aroma Ayato di udara. Kamarnya terasa khas sekali dengan sebuah katana yang dijadikan hiasan dinding kamar.

Waktunya balas dendam, (y/n) membuka kotak berisi kumbang Onikabuto dan membuang isinya diatas futon Ayato.

"Rasain!"

.
.
.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

.
.
.

07 Juni 2024

𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang