Lima tahun berlalu tanpa terasa sedikitpun, kini (y/n) beranjak memasuki usia dua belas tahun. Usia matang untuk memperkenalkan diri secara formal dihadapan bangsawan lainnya.
Rambut yang sering terurai itu kini disanggul dan diberi tusuk kamelia merah tua. Keningnya ditutupi oleh poni demi menyembunyikan bekas luka yang tersisa. Meski tipis, orang-orang masih bisa melihatnya dengan mudah.
Itupun cukup membuat ibunya beberapa tahun belakangan ini pusing dan mencari krim obat untuk menyembuhkan bekas luka itu bahkan hingga keluar negeri sekalipun.
Namun sayang, Dekrit Perburuan Vision baru saja di sahkan oleh yang mulia Shogun. Membuat hubungan antar negara lain dengan Inazuma semakin sulit dan diperketat.
Bahkan kain yang masuk pun harus melalui beberapa pos di Komisi Tenryou. Hanya demi sekotak obat krim oleh yang seharga ratusan ribu mora, Ibunya bekerja semakin keras.
"Putriku memang cantik."
Pujian dari janda anak satu itu terdengar di telinganya. (Y/n) berbalik memamerkan kimono merah yang dia kenakan. Ciri khas yang tidak boleh dilepaskan oleh Klan Naoraka. Warna api yang menyatakan semangat membara itu melekat erat ditubuh (y/n).
"Tentu saja! Aku ini putrimu yang paling cantik!" (Y/n) tersenyum puas. Seolah pujian sang ibu adalah segalanya dihidupnya. "Lihat ibu, aku akan menjadi wanita secantik dirimu!"
Pipi ibunya merona dengan cepat, pelukan erat diberikan, kukungan lengan membuat (y/n) tertawa geli. Puluhan ciuman mendarat di pipi tembem (y/n) yang dipoles dengan perona merah muda yang tipis.
"Putrikuuuu!"
"Ibu geli!"
Tok tok tok.
Cengkrama keduanya seketika berhenti kala seorang pelayan datang membawa sebuah surat di atas nampan. (Y/n) bisa melihat ibunya mengernyitkan kening dan melemparkan surat ke pembakaran.
"Ayo sayang, waktunya sudah dekat."
(Y/n) hanya menganggukkan kepalanya dan berjalan berdampingan dengan ibunya. Tangan gadis itu memegangi ujung lengan kimono milik ibunya.
"Ibu, tadi itu surat dari siapa?"
Ibunya hanya mendecak pelan dan mengapit pipi (y/n) dengan kedua tangan. "Anak kecil tidak usah tahu urusan orang dewasa."
"Kalau begitu saat aku dewasa boleh aku tahun itu surat apa?" (Y/n) kembali bertanya dengan polosnya.
Ibunya malah hanya tertawa dan membawa dirinya masuk kedalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh para sepupu seumurannya dan orang tua mereka.
(Y/n) duduk di salah satu sudut, berpisah dari ibunya yang duduk di deretan kursi petinggi Klan. Sebisa mungkin (y/n) menahan gejolak untuk lari dari ruangan itu selama upacara kedewasaan. Mengingat butuh waktu seharian hingga upacara berakhir.
***
"Nii-sama," Ayaka berdiri di daun pintu, melihat kesibukan Ayato yang kini telah menjadi kepala Klan Kamisato.
Pemuda yang biasanya menampilkan wajah jenaka kini tergantikan oleh wajah dewasa yang fokus hanya pada kestabilan Klan.
"Ayaka? Ada apa?"
Ayaka yang semula hanya berani mengintip kini memperlihatkan kimono biru muda yang dia kenakan. "Apa Nii-sama tidak ikut menemaniku ke upacara pengenalan diri?"
Ayato melirik sejenak dan berpikir, "baiklah. Aku punya waktu beberapa jam sebelum makan malam dan rapat."
Ayaka yang ajakannya diterima seketika tersenyum senang. Tangan gadis itu mengapit lengan kakaknya lalu berjalan beriringan. Ayaka kerap kali tersenyum menyapa balik para pelayan yang bersikap ramah padanya dan Ayato.
"Sekarang adikku sudah besar, ya?" Ayato mengusap pelan rambut adiknya. Memberikan kasih sayang menggantikan kedua orang tua mereka yang telah lama tiada.
"Baru dua belas tahun, Nii-sama. Aku belum sebesar itu." Ayaka membuka dua jemari kanan dan satu jemari kiri. Memperlihatkan angka dua belas ditangan-tangan mungilnya. "(Y/n) dan Yoimiya juga seumuran denganku."
"(Y/n)? Ah, bocah tengil itu ya."
Ayakan tergelak, "kalau diingat-ingat, dulu Nii-sama sering sekali bertengkar dengannya."
"Yah..." Ayato berpikir sejenak. "Bagaimana kabar temanmu itu? Sudah lima tahun kita tidak saling berhubungan dengan orang luar. Apa lukanya sudah sembuh?"
"Lukanya sudah sembuh, tapi katanya ada bekas didahi."
"Begitu, ya..."
Ayaka dan Ayato akhirnya sampai di hall tempat keluarga besar Klan Kamisato berkumpul. Ada keluarga cabang yang juga turut merayakan pertemuan formal pertama Ayaka. Barisan hadiah, kain, dan perhiasan yang berjejer sebagai bentuk perhatian.
Sudah lima tahun sejak kematian kedua orang tua Ayato dan Ayaka. Klan berkembang dengan pesat sejak Ayato memutuskan mengambil alih kepemimpinan.
"Sudah lama juga aku tidak keluar dan berjalan-jalan. Kurasa nanti aku aku akan ke Naoraka untuk sekedar bertamu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
San: Timeskip biar ga bertele-tele 🗿
.
.
.
.
.
.
13 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]
Fanfiction"Bukankah kau temannya, Ayaka dan Yoimiya? Kenapa kau bisa berada disini?" "Ya? Ya! Saya kesini untuk mengajak, Ayaka memancing!" "...Memancing?"
![𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]](https://img.wattpad.com/cover/369917406-64-k926419.jpg)