(Y/n) mendelik melihat keberadaan Ayato didepan pintu kediaman Naoraka. Pemuda itu terlihat bingung dan terkejut saat mendapati bekas lebam dipipi (y/n). Terlihat jelas mata yang biasanya memandang dengan jenaka kini datar kearah gadis itu.
"Siapa?" Ayato berbicara pelan. Tangannya terulur mengusap pipi (y/n). Ibu jarinya dengan telaten dan hati-hati begitu melihat kernyitan di kening (y/n). "Siapa yang memukulmu?"
(Y/n) tetap diam, bibirnya tetap terkunci dan mencebik kesal. Niatnya dia ingin mengurung diri sesuai hukuman para dari para orang tua semalam. Kenapa pula orang yang menjadi topik masalah semalam malah muncul dengan sendirinya didepan kediaman (y/n).
"Bukan urusanmu." (Y/n) memundurkan wajahnya dari tangan Ayato. Terlihat jelas Ayato terdiam dan kembali menarik tangannya. "Mau apa kau kemari?"
Ayato tersenyum tipis, dengan cepat beradaptasi dan melirik ke sekitar kediaman Naoraka. "Memangnya aku tidak boleh kesini? Apa kediaman Naoraka melarang Komisioner mereka datang kesini?"
(Y/n) membulatkan matanya pada Ayato. Terlihat bersiap untuk memaki Ayato yang membawa-bawa nama keluarganya. "Kau! Jelaskan saja, kenapa kau kesini!"
Ayato tergelak, seolah melupakan betapa marahnya dia saat melihat bekas lebam di pipi gadis kecil dihadapannya ini. "Aku datang kesini untuk bekerja. Dimana ibumu?"
"Ibu didalam. Di pendopo. Cari saja sendiri! Aku mau istirahat."
(Y/n) berlalu begitu saja usai mengatakan dimana keberadaan ibunya. Gadis itu menghentakkan kaki sebagai bentuk ketidaksukaannya akan kedatangan Ayato diwaktu yang tidak tepat.
Ayato sendiri hanya memaklumi (y/n) tingkah (y/n). Lagipula bocah itu masih 12 tahun, dia tidak mungkin memaksanya untuk bersikap dewasa begitu saja sementara dia sendiri hanyalah orang asing, kan?
Ini mengingatkan Ayato pada Ayaka, adiknya yang juga berusia sama dengan (y/n). Keduanya benar-benar berbeda, terlebih sejak kematian kedua orang tuanya, Ayaka lebih tertutup dan mencoba menyeimbangi dirinya agar bisa membantu membesarkan kediaman.
Ayaka seperti kehilangan masa kanak-kanak. Dan itu membuat Ayato cukup sedih. Ayato berjalan dalam diam menuju pendopo kanan kediaman Naoraka. Dirinya kembali mengulas tipis khas yang dibentuk selama beberapa tahun belakangan ini.
"Selamat siang, Nyonya Pemimpin." Ayato menganggukkan kepalanya pelan kebawah sebagai tanda hormat, begitupun dengan ibunya (y/n) yang menyambut Ayato.
"Silakan duduk, Tuan Komisioner."
Begitu duduk diatas bantalan kecil, Ayato siap memulai pekerjaannya.
.
.
..
.
..
.
.T
B
C.
.
.San: Maap telat up ya gaess, aku lagi sakit soalnya. Pinggangku sakit pool, bikin mood naik turun juga 🥲
.
.
.One-Shot Ratio HSR udah up di Trakteer ya say, udah bisa dibeli pdfnya, Khusus pembelian bulan Agustus Wansut Ratio cmn 5K gaes, ayo buruan beli sebelum Agustus habis 😘
Dan jangan lupa beli wansut lain di trakteer atau dukung san di trakteer ya say, wansut lain juga masih bisa dibeli lewat WA dengan pembayaran Shopee pay dkk ya say, harganya ga bakalan berubah walaupun cara belinya beda ya sayy 😍
.
.
..
.
.30 Agustus 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/369917406-288-k926419.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]
Fanfiction"Bukankah kau temannya, Ayaka dan Yoimiya? Kenapa kau bisa berada disini?" "Ya? Ya! Saya kesini untuk mengajak, Ayaka memancing!" "...Memancing?"