Story 9

476 88 11
                                    

Kembang api dari Naganohara dinyalakan diatas kediaman Naoraka. (Y/n) menikmati pertunjukan dari balkon kamarnya yang berada disayap kiri kediaman. Ditemani beberapa potong kue buah diatas piring kaca yang dibeli ibunya beberapa hari yang lalu di Kota Inazuma.

"Nona Muda," Seorang pelayan menundukkan tubuhnya begitu membuka pintu kamar (y/n). Dengan sopan pelayan itu kembali berkata, "Tuan Komisaris dan Nona Kamisato datang berkunjung."

Sejenak matanya mengerjap sebelum akhirnya meletakkan potongan buah yang tidak habis diatas piring. "Ayaka?"

Pelayan itu menganggukkan kepala dan bergeser saat Nona Mudanya berjalan cepat keluar dari kamar menuju ruang terima tamu.

Ruangan besar dengan ukuran sepuluh kali delapan meter itu mampu menampung puluhan orang didalamnya. Disana terdapat Ayaka yang tengah melambaikan tangannya dan duduk dengan anggun.

"Ayaka-chan!"

(Y/n) yang melihat Ayaka spontan berlari dan membuka lengannya untuk memeluk Ayaka. Sudah cukup lama mereka tidak bertemu satu sama lain, perasaan rindu tentu saja mulai tumpah karena keduanya adalah teman masa kecil.

Tawa dan senyum diantara kedua gadis remaja itu membuat sekitar mereka turut senang. Ibu (y/n) bahkan menyambut dengan kue bulan dari Liyue yang dia beli dua hari lalu.

"Lama tidak bertemu," (Y/n) mengapit lengan Ayaka dan segera membawa gadis manis itu menuju taman kolam samping kediaman. "Kenapa kau tidak pernah keluar dari kediamanmu beberapa tahun belakangan ini? Aku dan Yoimiya kesulitan tahu!"

"Kesulitan?"

Bahkan suara Ayaka yang dulu kekanak-kanakan terdengar sangat lembut, (y/n) pun mengakui hal itu. Ayaka menjelma menjadi seorang Nona Muda yang menjadi kacamata para bangsawan perempuan di Inazuma.

"Iya! Kami rindu memancing bersamamu. Kau tahu, Yoimiya dapat ikan buntal besar dulu, besarnya setengah tubuhnya!"

Ayaka turut memperlihatkan kekaguman di wajahnya. Membayangkan mereka kembali bermain bersama-sama pasti rasanya sangat menyenangkan.

"Ayaka."

Sebuah suara berat menghentikan ocehan (y/n). Kedua gadis remaja itu menatap kearah Ayato yang ditangannya terdapat sebuah bingkisan yang ditutupi kain lembut bercorak bunga plum.

"Dan (y/n), ini hadiah untukmu. Selamat ulang tahun yang ke dua belas." Ayato menyerahkan bingkisan keatas tangan (y/n). (Y/n) sendiri hanya mengerjapkan matanya karena bingung, tumben sekali Ayato bisa bersikap tenang seperti ini. Biasanya laki-laki itu akan mengejeknya disetiap ada kesempatan.

"Terimakasih..." (Y/n) menyambut, meletakkan hadiah dari Ayato kembali ke tumpukan hadiah lainnya. Terlihat jelas betapa mewahnya hadiah dari Komisioner Ayato, sangat jomplang jika dibandingkan dengan hadiah-hadiah lain yang ada disana.

"Kalau begitu Ayaka-chan, ayo kita kebelakang. Aku membuat bolu, aku yakin kau pasti suka!" (Y/n) segera menyeret Ayaka bersamanya menuju dapur, mengabaikan Ayato yang sekali lagi tangannya terawang-awang.

Pengabaian itu mengundang gaduh, Ayato hanya tersenyum tipis dan terlihat mencoba memaklumi karena gadis-gadis itu tengah saling merindu.

...

"Mengabaikan Tuan Komisioner itu sangat tidak sopan! Darimana kau belajar seperti ini?! Apa anak haram sepertimu setidaknya bisa melakukan sesuatu dengan benar? Inilah kenapa seharusnya kau digugurkan saja dulu!"

Teriakan terdengar di ruang hall kediaman Naoraka. Pipi (y/n) kebas, ada bekas kemerahan samar disana.

Usai pesta, beberapa petinggi klan memintanya untuk ikut bersama sang ibu. Hingga terjadi keributan tentang (y/n) yang lancang mengabaikan Komisioner Yashiro yaitu Ayato.

Cekcok tidak terima antara ibunya dan petinggi klan membuat kepala (y/n) berdenyut keras. Harusnya hari ini dia mendapatkan hadiah sekamar penuh, bukannya sebuah tamparan membekas diwajahnya.

"Karena dia tidak punya ayah, makanya dia bersikap begitu! Kau itu pemimpin sekarang, seharusnya kau bisa mengurus dengan baik satu bocah nakal yang tidak tahu sopan santun itu!"

Rasanya sebal, memangnya kenapa kalau dia tidak punya ayah? Diluar sana banyak anak memiliki ayah tapi kehilangan perannya karena si ayah lebih memilih membiarkan para ibu mengurus mereka. Lalu apa bedanya dengan tidak punya ayah sama sekali?

(Y/n) hanya bisa diam mengamati ibunya dimarahi dan dianggap tidak becus. Darahnya mendidih ingin mencakar wajah petinggi klan yang sedang menunjuk-nunjuk ibunya dengan kejam.

"Sialan."

Tanpa disadari gadis itu mengumpat cukup keras. Membuat orang-orang disekitarnya langsung mengarahkan pandangan kearahnya.

"Apa? Mau mengataiku juga?" Dan tentu saja, (y/n) dengan garang menatap balik. Ibunya bahkan sibuk mencoba memberi aba-aba agar gadis itu diam. "Memangnya kenapa aku mengabaikan  kakaknya Ayaka? Ayato saja tidak masalah ku abaikan. Kenapa kalian yang ribut?"

"Kamu! Kamu mau saya tampar lagi?"

"Coba saja! Sekali mungkin mempan-"

Plak.

Belum selesai (y/n) menjawab, pipinya sekali lagi terasa panas oleh sebuah tangan yang melayang. Rasa panas itu hanya membuatnya semakin terbakar dan meloncat kearah pelaku. Giginya yang tajam mendarat didahi petinggi itu hingga tertancap cukup dalam.

"Mau lagi?!" (Y/n) bersikap seperti kucing liar. Tangannya tanpa ampun menarik janggut petinggi klan dengan brutal hingga copot. "Ayo tampar sekali lagi! Kepalamu belum kubuat botak!"

Para petinggi lain malah terdiam saat (y/n) dengan brutal mencabuti satu persatu janggut petinggi malang ditangannya.

"Siapa lagi?! Ayo berhadapan denganku! Jangan dengan ibuku, bajingan sialan!"

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

Ayato: kucing liar 😋

.
.
.

One-Shot Rafayel LnDs udah up di Trakteer ya say, udah bisa dibeli pdfnya 😘
Jangan lupa beli wansut di trakteer atau dukung san di trakteer ya say, wansut lain juga masih bisa dibeli lewat WA dengan pembayaran Shopee pay dkk ya say, harganya ga bakalan berubah walaupun cara belinya beda ya sayy 😍

.
.
.

19 Agustus 2024

𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang