Story 17

732 116 0
                                        

5 Tahun lebih berada di negara Fontaine membuat (y/n) belajar banyak hal. Dari hukum-hukum unik yang sering ditayangkan di Opera Epiclese, lewat drama alot yang disukai sang Archon Hydro.

"Jadi kapan kau akan pulang ke Inazuma?"

Chiori tampak sibuk memasang chemise pada manekin berukuran 1x1. Chiori tertawa pelan, senyumannya miring seolah mengejek.

"Tiba-tiba mau mengusirku?" (Y/n) Yang tampak tidak menerima langsung mencebik kesal. "Jahat sekali."

"Soalnya kau sudah dewasa." Chiori berbalik menatap (y/n). "Aku tidak mau menampung bocah tua sepertimu."

"Cih, aku baru tujuh belas tahun." (y/n) mendecih kesal, tangannya menutup majalah tentang mangkatnya Lady Furina dari kursi Archon Hydro. Berita usai banjir beberapa hari belakangan ini penuh oleh konflik internal Palais Mermonia.

Monsieur Neuvillette membuka lowong pekerjaan di Marechaussee Phantom karena banyak orang memilih mengundurkan diri usai menjebak mantan Archon mereka. Katanya sih karena merasa malu dan segan setelah tahu masa lalu Lady Furina.

(Y/n) menghela nafas, kalau mengingat kembali kebelakang saat itu Chiori sangat mengamuk karena kain-kain miliknya mengambang diatas lautan. Bahkan wanita itu tidak memikirkan (y/n) yang sat itu mengapung pasrah melihat langit berwarna kelabu.

"Bulan depan kau delapan belas tahun, Bibi sudah sering berpesan untuk pulang sebelum kau delapan belas tahun, kan?"

"Nanti saja sesudah Festival. Kalau tidak salah ada Festival yang diadakan oleh The Steambird... Apa ya namanya?"

"Rosses and Musketss?"

"Nah iya, itu." (Y/n) langsung menegakkan punggungnya. "Kau tahu Festival itu, Chiori?"

Chiori tampak berpikir sejenak, "ya, sedikit. Charlotte sudah menulis beberapa berita tentang persiapan Festival kali ini."

"Oh, aku tidak sabar."

Chiori menaikkan satu alisnya saa mendengar itu. "Pulang ke Inazuma?"

"Festivalnya!"

.
.
.

"Onii-sama, mengenai undangan ini."

Ayaka yang sudah dewasa dengan baju biru khas dengan lambang bunga Kamelia milik keluarganya tampak duduk dengan anggun dilantai tatami yang dialas oleh sebuah bantal dudukan.

"Oh, Ayaka. Kamu sudah liat undangannya ya?" Ayato duduk didepan Ayaka. Yukata miliknya dipenuhi keringat, pagi ini dia melakukan seribu kali gerakan menebas. "Bagaimana? Kau mau ikut?"

"Kalau aku ikut siapa yang akan menjaga rumah?" Ayaka tampak bingung, tangan gadis muda itu mengambil gelas cangkir berisi teh hijau. Didalam gelas tampak batang teh yang berdiri, yang menandakan akan ada hal baik untuknya dimasa depan.

"Thoma, 'kan ada." Ayato tersenyum tipis menuangkan teh ke gelas baru yang dibawa salah satu pelayan rumah. "Lagipula yang menjaga kediaman bukan satu atau dua orang, Ayaka."

Gadis itu tampak berpikir sejenak, "memang benar, tapi..."

"Di Fontaine ada (y/n), apa kau tidak merindukannya?"

Telinga Ayaka seketika bergerak pelan, gadis itu mulai goyah mendengar nama salah satu sahabatnya disebutkan. Dengan getaran pelan, Ayaka menatap kearah Ayato dan tersenyum lebar.

"Aku ikut!"

Ayato menyodorkan tangannya pada Ayaka, menunggu adik perempuannya itu membalas toss-annya.

"Kalau begitu jangan lupa bersiap-siap."

Diam-diam Ayato tersenyum penuh makna, penantian panjangnya akan terbayarkan segera. Pertemuan dirinya dan (y/n), akan seperti apa rupa gadis itu saat ini?

Ah, Ayato merindukan rambut merah gadis itu.

.
.
.

.
.
.

T
B
C

.
.
.

San: Chapter depan ketemu, ga sabar bikin rusuh di Butiknya Chiori 🥰🥰

.
.
.

.
.
.

.
.
.

30 Oktober 2024

𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang