Rasa sakit menjalar di keningnya. Selama seharian penuh, sejak semalam dia dibawa pulang oleh ibunya usai dimarahi besar-besaran. Telinganya berdenyut karena dijewer, dan sampai sekarang pun ibunya masih berwajah masam bak ibu tiri di dalam buku.
Meski begitu, tangan yang menyentuh kening (y/n) terasa lembut dan hangat setiap kali mengusap bulir keringat yang menetes didahinya.
"Bagaimana ini. Aku takut lukanya akan membekas."
Suara ibunya yang terdengar lirih membuat matanya terbuka dan mengerjap pelan. Berendam pada malam hari membuatnya demam parah. Sial sekali rasanya. Terlebih semua makanan yang masuk kedalam mulutnya terasa pahit meskipun aromanya menggugah selera sekalipun.
Bubur dengan potongan umeboshi dan daging asap kecil kembali disuapkan pada bibirnya dari seorang pelayan muda didekatnya.
"Putriku."
Panggilan ibunya membuatnya melirik. Pipinya menggembung karena bersusah payah menelan makanan. Tubuhnya panas dingin dan gemetaran. (Y/n) bisa mendengar dengan jelas setiap lirihan ibunya.
"Bagaimana dengan dokter? Apa dia masih butuh waktu lama untuk kesini? Putriku kesakitan!"
"Nyonya, tolong bersabar. Dokter di kota sedang mengobati Nona muda Hiiragi." Salah satu pelayan memberikan sapu tangan untuk ibunya.
"Apa karena putriku anak haram?! Aku lebih dulu memanggilnya! Ini sudah tiga jam dan dia belum datang juga!?" Ibunya memekik kesal. (Y/n) sampai tertegun melihat bagaimana sang ibu menangis mengkhawatirkan dirinya.
"Nyonya, Nona muda bisa mendengarnya, tolong jangan berbicara seperti itu."
Tangan mungil (y/n) mencoba meraih-raih ujung lengan Kimono ibunya.
"Ibu jangan marah..." Suaranya yang lirih seolah mencoba menenangkan kekhawatiran sang ibu. "Aku takut."
Mendengar lirihan sang putri, nalurinya langsung bekerja memeluk tubuh mungil itu. Kedua tangan yang mendekap (y/n) terasa hangat dan bergetar pelan.
Seolah-olah ibunya tengah mengingat sesuatu. Mengingat kejadian pilu dan berharap seseorang menolongnya dari lubang rasa sakit.
. . .
"Nona Muda Naoraka sakit?"
Ayato baru saja kembali usai rapat ketiga Komisi. Tangannya membuka ikatan pada pinggang yang membuat tubuhnya duduk tegap selama rapat tadi.
"Apa lukanya yang kemarin masih belum sembuh? Kirimkan obat-obatan dan hadiah, juga beberapa makanan manis ke kediaman Naoraka. Juga minta dokter kediaman untuk datang ke sana malam ini juga."
Setelah Ayato membawa (y/n) pulang malam itu, kening (y/n) harus dijahit karena darah yang terus mengucur dan membuatnya kehilangan kesadaran. Ayato hampir saja ditampar oleh Nyonya kediaman Naoraka saat tahu Ayato lah pelaku yang membuat (y/n) terluka. Ayato bisa melihat betapa khawatir wanita itu. Betapa sayangnya Nyonya Naoraka pada putri semata wayangnya.
Duduk di atas sebuah bantalan empuk, Ayato kembali disambut oleh tumpukan dokumen pekerjaan di atas meja. Ayahnya sedikit keterlaluan, bisa-bisanya meminta Ayato membantu menyelesaikan semua dokumen itu dan pergi begitu saja ke negara lain.
"Lalu bagaimana kabar ayah dan ibu? Apa mereka sampai dengan selamat ke Liyue?" Ayato bertanya sembari mengusap keningnya yang berkerut karena lelah.
Padahal usainya baru lima belas tahun, bisa-bisa rambutnya beruban lebih cepat. Tunggu, rambutnya kan memang sudah pucat sejak lahir. "Ayaka juga entah kenapa murung sejak tadi pagi. Kau tahu sesuatu?"
"Itu... Sebenarnya ada kabar buruk yang harus kami sampaikan, Tuan Muda." Pelayan didepannya terlihat ragu dan sedikit takut.
"Nona Ayaka sudah mendengar kabarnya dan mengurung diri dikamar." Pelayan itu kembali menyambung ucapannya.
Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa mendadak perasaan Ayato gusar seperti ini?
"Ada apa?" Suara Ayato semakin tegas, kekhawatiran tergores di pandangannya. "Jelaskan, jangan menggantung terus."
"Kapal yang dinaiki Tuan dan Nyonya tenggelam di pertengahan perjalanan. Tuan dan Nyonya dinyatakan hilang."
Nafas Ayato tercekat, berita yang didengarnya seolah mengambil kemampuannya untuk bernafas. Tubuhnya limbung dan jatuh kearah meja, membuat seisi rumah kembali dilanda panik dan kecemasan.
Kenapa dirinya sangat terlambat dikabari? Dan kenapa pula harus Ayaka yang mendengar kabar itu terlebih dahulu. Pantas saja Ayaka bahkan menolak makan pagi bersamanya tadi.
Ayato merasa sangat bersalah.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
San: Sad impact 😞
.
.
.
One-Shot Xavier (LaDS) bakalan ada di trakteer sampai akhir bulan ini, Zayne, Rafayel dan Sylus bakalan nyusul juga nanti, jangan lupa di beli dan support San di trakteer yaaa 😘
.
.
.
.
.
.
02 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]
Фанфикшн"Bukankah kau temannya, Ayaka dan Yoimiya? Kenapa kau bisa berada disini?" "Ya? Ya! Saya kesini untuk mengajak, Ayaka memancing!" "...Memancing?"
![𝓢𝓲𝓷𝓰 𝓨𝓸𝓾𝓻 𝓛𝓾𝓵𝓵𝓪𝓫𝔂, 𝓟𝓻𝓲𝓷𝓬𝓮𝓼𝓼 [K. Ayato x F. Reader]](https://img.wattpad.com/cover/369917406-64-k926419.jpg)