12. Distressing Memories

13 6 0
                                    

"Melupakanmu adalah hal yang sulit untuk kulakukan" ~Naila
----------------------------------------------------------
.
.
.
.

Naila teringat kejadian dua tahun yang lalu, saat masih di kelas 1, Naila memiliki pandangan yang berbeda tentang Fauzan. Hari itu, dia duduk di bangku belakang, diam-diam mengamati suasana kelas yang riuh oleh canda dan tawa teman-teman sekelasnya. Fauzan, yang duduk beberapa baris di depannya, selalu menjadi pusat perhatian. Semua orang tampaknya terpikat oleh pesona alaminya.

Dalam hati, Naila pernah berkata dengan sinis, "Kenapa banyak orang bilang dia itu manis? Jeleknya dia itu, hitam lagi." Kata-kata itu terucap tanpa pikir panjang, dipenuhi oleh rasa iri dan ketidakpedulian.

Waktu berlalu, dan Naila mulai melihat sisi lain dari Fauzan yang sebelumnya tersembunyi di balik prasangka dan cemoohannya. Perhatian Fauzan yang tulus, sikapnya yang selalu siap membantu, dan senyum manis yang tak pernah pudar, semua itu mengubah pandangannya secara perlahan.

Naila mulai menyesali perkataannya sendiri. Bagaimana bisa dia begitu picik dan dangkal menilai seseorang hanya dari penampilannya? Naila merasa malu pada dirinya sendiri. Setiap kali mengingat kata-kata itu, ada rasa sesak yang menghimpit dadanya.

Sekarang, ketika Naila melihat Fauzan, dia tidak hanya melihat sosok yang manis dan perhatian, tapi juga seseorang yang istimewa baginya. Kenangan masa lalu itu menjadi pengingat bagi Naila untuk tidak lagi menilai seseorang hanya dari luarnya. Semua orang memiliki kecantikan dan keunikan masing-masing yang patut dihargai.

Bahkan ketika Fauzan sudah memiliki seorang kekasih,Naila tetap mencintainya.

"Mencintai santri itu berat, entah karena rindu, ataupun saat ia dekat dengan seseorang disana" ~Naila

My Diary: AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang