14. Aproach

18 7 0
                                    

30 Agustus

Rabu itu,Naila duduk di bangku kelas, sibuk dengan catatan pelajarannya. Suasana kelas cukup tenang, hanya terdengar suara langkah-langkah kaki dan bisik-bisik para siswa. Tiba-tiba, Fauzan datang dan duduk di sebelahnya. Kehadirannya selalu membawa aura berbeda yang membuat Naila gelisah sekali

Tanpa berkata apa-apa, Fauzan mulai menyanyikan sebuah lagu tentang cinta. Suaranya yang berat,lembut dan merdu menggema di telinga Naila, membuatnya sejenak melupakan dunia di sekitarnya. Setiap nada yang keluar dari mulut Fauzan terasa begitu tulus dan menyentuh hati.

Ada kedalaman dalam suaranya, seolah-olah setiap kata yang dinyanyikan memuat perasaan yang mendalam. Suara Fauzan memiliki kelembutan yang menenangkan, namun di saat yang sama juga memiliki kekuatan yang bisa menggetarkan jiwa. Nada-nada rendahnya terdengar hangat dan penuh kasih

Naila teringat, terpesona oleh melodi yang mengalir dari Fauzan. Seperti ada sihir dalam suaranya yang mampu menghipnotis dan membawa Naila ke dalam dunia yang penuh dengan keindahan dan romansa. Detik-detik berlalu, dan Naila merasa seperti berada dalam mimpi yang tak ingin ia akhiri.

Di tengah-tengah lagu, Fauzan menatap Naila dengan mata yang penuh arti, seolah-olah setiap lirik yang dinyanyikan ditujukan khusus untuknya

"Ho-ho-wo
Ha...
Kau mengajarkanku mengenal cinta
Menguatkan aku terus melangkah
Tak ingin kau tersakiti coba tuk selalu ada
Tetap bertahan terus menjagamu".

Hati Naila berdebar kencang, merasakan kehangatan yang membanjiri seluruh tubuhnya. Saat itu, Naila tahu bahwa momen ini adalah momen yang akan selalu ia kenang, momen di mana suara Fauzan menyentuh hatinya dengan cara yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.

Namun, momen itu tiba-tiba terganggu ketika Aini datang dan berkata, "Awas, saya mau duduk di tempatku."

Fauzan segera menjawab, "Duduk di sini dulu, Aini." Dia menawarkan Aini untuk duduk di belakang sebentar, berharap Aini akan mendengarkannya

Namun, Aini tentu saja tetap memaksa untuk duduk di samping Naila. “Tidak, ini tempat dudukku,” tegasnya.

Naila hanya bisa tersenyum melihat situasi itu. Fauzan menatap Aini sejenak, lalu dengan enggan berdiri dan memberi jalan. Meski momen itu terputus, kehangatan yang dibawa Fauzan masih terasa di hati Naila.

---------------------
Skip

Beberapa saat kemudian, dia kembali lagi, menulis sesuatu di samping tempat Naila duduk. Ketika Naila datang, Fauzan menarikkan kursinya, sikapnya yang perhatian itu membuat Naila kagum. Ada perasaan hangat yang menyelimuti hatinya setiap kali Fauzan menunjukkan kepeduliannya.

My Diary: AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang