09. Double Sadness

19 7 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Naila masih sering memperhatikan Fauzan dari kejauhan. Mereka saling bertatapan, kadang dengan senyum yang mengisyaratkan perasaan yang tidak terucapkan. Di suatu hari, saat Fauzan duduk di sebelah kakak kelasnya, Naila tanpa sengaja memperhatikannya. Ternyata, Fauzan salah paham dan mengira Naila sedang memperhatikan kakak kelasnya.

"Naila, liatin kamu dari tadi," ucap Fauzan sambil tersenyum.

Naila merasa sedikit canggung. Sudah hampir satu sekolah mengetahui bahwa dia pernah menyukai sang kakak kelas, meskipun saat itu perasaannya sudah mulai berubah dan tertuju pada Fauzan. Dia berusaha untuk tidak terlalu peduli pada kakak kelasnya, namun tetap saja situasinya menjadi rumit.

Si kakak kelas dan Fauzan akhirnya pergi bersama, meninggalkan Naila dengan pikiran yang bercampur aduk. Dia bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi di balik tatapan-tatapan dan senyum-senyum itu.

----------------
Skip

Seiring berjalannya waktu, pada bulan Desember, Naila melihat Fauzan terus menerus berduaan dengan teman perempuan sekelasnya. Saat itu dia berpikir mereka hanya mengobrol biasa, ternyata Fauzan mulai tertarik pada wanita itu dan melakukan PDKT. Saat Naila dan teman-temannya datang ke kelas,Fauzan sontak berkata "Huh, kenapa mereka datang sih?" Siapa yang tak sakit hati mendengar hal itu dari orang yang kita suka?

Naila duduk di depan teras sekolah, merenungi perasaannya yang campur aduk. Ainun memanggilnya dengan penuh kekhawatiran, "Nay, ayo, kenapa?"

Naila menatap ke arah Ainun dengan ekspresi yang mencoba menahan emosi. "Tidak apa-apa, Ai," jawabnya lemah, sambil tersenyum.

Mereka sadar bahwa orang yang Naila sukai yaitu sang kakak kelas tengah berduaan dengan kekasihnya. Namun,tetap saja mereka tidak tahu bahwa kesedihan Naila lebih dari itu

Amira, yang duduk di sebelah Ainun, mengusap punggung Naila dengan penuh simpati. "Sabar Nay, sabar. Pasti ada yang lebih baik menunggumu."

Aisya, yang sejak awal sudah merasakan kegelisahan Naila, berbicara dengan lantang, "Tenang, Nay, masih banyak cowok lain di luar sana yang akan menghargai kamu."

Naila mencoba tersenyum tipis sebagai tanggapan. Kata-kata teman-temannya menyentuh hatinya, meskipun ia masih merasa tersakiti dengan melihat Fauzan bersama dengan teman perempuan sekelasnya.

Beberapa saat kemudian, setelah teman-temannya kembali ke dalam kelas, Naila memutuskan untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia mengambil napas dalam-dalam, mencoba untuk menghadapi kenyataan bahwa dua orang yang dia sukai telah menemukan orang yang mereka cintai.

Namun, ketika Naila melihat dari jauh, Fauzan masih berada di pojok kelas bersama dengan teman perempuannya, rasa sakit dalam hatinya kembali muncul. Begitupun dengan sang kakak kelas. Dia merasa tidak sanggup masuk ke kelas, takut harus melihat mereka bersama lagi.

Amira mendekat lagi, mencoba meyakinkan Naila untuk kembali ke dalam. "Mari masuk, Nay," ajaknya dengan lembut.

Naila masih ragu, namun Aisya mengingatkan dengan suara lembut, "Nay, Fauzan ada di sana. Tapi tenang, kita ada untukmu."

Naila mengangguk perlahan, mencoba mengumpulkan keberanian. "Terima kasih, teman-teman," ucapnya pelan, sambil mencoba menahan tangis yang ingin keluar.

Mereka berempat akhirnya masuk bersama ke dalam kelas, Naila merasa lega memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya di saat-saat sulit seperti ini.

"Nahan cemburu sambil senyum itu emang paling menyakitkan" ~ Naila

My Diary: AuthorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang