2 September
Sabtu itu, Aisya ingin meminjam pulpen pada Naila. Naila setuju untuk meminjamkan pulpen dan pergi ke kelasnya bersama Aisya untuk mengambilnya. Namun, setibanya di sana, Naila terkejut menemukan bahwa tasnya hilang. Perasaan panik segera menyelimuti dirinya.
Dengan harapan mendapatkan bantuan, Naila sengaja terus-menerus bertanya pada Aini agar ia mau membantu mencari tasnya. Namun, Aini tampaknya tidak terlalu peduli dan lebih sibuk mengobrol dengan Aisya. Naila merasa sedikit kecewa dengan sikap Aini yang tidak mau membantunya.
"Aini, kamu tahu nggak, tas saya ada di mana?" tanya Naila dengan nada cemas.
"Saya tidak tahu, di mana kau simpan kah?" jawab Aini dengan cuek.
"Ada di laci saya, tapi ini sudah tidak ada," kata Naila dengan putus asa.
Aisya menatap Naila sejenak lalu berkata, "Cari lah."
Naila menghela napas, berusaha tetap tenang meskipun hatinya penuh kecemasan. "Di mana tasku? Apa aku salah taruh?" sambil terus berpikir akan mulai mencari darimana
Sementara itu,di sudut lain kelas,Fauzan dan teman-temannya ter cengar-cengir. Awalnya, Naila tidak memperhatikan mereka dengan serius, tetapi semakin lama, ia merasa ada sesuatu yang aneh.
Setelah beberapa menit yang terasa seperti berjam-jam, Naila akhirnya menemukan tasnya di laci meja temannya yang lain, tepat di belakang bangkunya. Dengan kebingungan, ia mengangkat tasnya dan berkata, "Kenapa bisa di sini? Saya salah taruh kah?"
Naila sambil memegang tasnya, melihat Fauzan dan teman-temannya tertawa kecil.
Awalnya, dia berpikir bahwa dirinya mungkin telah salah meletakkan tas tersebut, dan teman-teman Fauzan menertawakannya karena kecerobohannya.
Namun, kemudian Naila menyadari bahwa itu adalah ulah Fauzan. Melihat senyuman jahil di wajah Fauzan dan tawa kecil dari teman-temannya, Naila tidak bisa menahan diri untuk tidak ikut tersenyum. Alih-alih marah, Naila merasa lucu dan sedikit tersentuh oleh keisengan Fauzan. Kejadian itu membuatnya merasa bahwa Fauzan memang memiliki cara tersendiri untuk mendekatinya, meskipun dengan cara yang usil.
Momen itu membuat Naila merasa lebih dekat dengan Fauzan. Keisengan kecil itu menunjukkan bahwa Fauzan memperhatikannya, bahkan dalam hal-hal sederhana. Naila menyimpan kejadian itu dalam hatinya sebagai kenangan manis, penuh dengan tawa dan kehangatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary: Author
ChickLitDalam novel ini, kisah cinta dua remaja yang dipertemukan oleh takdir di masa sekolah menengah. Ketika pertama kali bertemu selama Orientasi Siswa. Perasaan terpendam mulai tumbuh di antara mereka, meskipun cobaan dan rintangan terus menghadang. Nam...