"Bahkan tanpa kabar pun aku masih mencintaimu" ~Naila
-----------------------------------------------------------
.
.
.
.Senin, 10 Juni
Hari ini, hujan turun dengan deras, membasahi jalanan dan pepohonan di sekitar sekolah. Langit yang kelabu menambah suasana hati Naila yang bercampur aduk. Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan, dan Naila bersama teman-temannya tiba di sekolah lebih awal dari biasanya. Mereka semua merasa cemas, tetapi juga bersemangat menunggu hasil jerih payah mereka selama ini.
Naila duduk di depan kelas, matanya terus menerawang, mencari sosok yang sangat dinantikan. Kerumunan siswa yang berdatangan satu per satu semakin membuat hatinya berdebar. Hatinya dipenuhi harapan untuk melihat Fauzan di antara mereka. Sudah cukup lama Naila menunggu kedatangannya, tetapi Fauzan belum juga terlihat.
Di tengah kerumunan, Naila melihat teman-temannya bercengkrama, berbagi kekhawatiran dan harapan mereka. Dia mencoba ikut dalam percakapan, tetapi pikirannya terus melayang ke sosok Fauzan. Setiap kali melihat bayangan seseorang dengan tinggi dan postur yang mirip dengan Fauzan, hatinya berdegup kencang, tetapi kecewa saat mengetahui itu bukan dia.
Setiap detik yang berlalu terasa begitu lambat. Hujan masih mengguyur dengan deras, menciptakan melodi yang menenangkan namun juga membuat suasana semakin mendalam. Naila memeluk tubuhnya sendiri, berusaha menghangatkan diri di tengah udara dingin.
Amira, teman dekatnya, tiba-tiba muncul di sampingnya, membuyarkan lamunannya. Amira merangkul Naila, mencoba memberikan dukungan, dan Naila mengangguk sebagai tanda terima kasih. Namun, hatinya masih dipenuhi dengan bayangan Fauzan.
Naila menyerah mencari sesosok yang ia rindukan itu, ia tak lagi berharap. Namun, ia lupa akan sesuatu, Naila lupa bahwa Fauzan memang selalu membuatnya seperti itu. Ketika Naila mengharapkan Fauzan, Fauzan justru tak pernah datang untuk Naila, yang pada akhirnya membuat ia jatuh akan harapannya sendiri, lalu Fauzan tiba-tiba datang seolah ingin memberi kejutan pada Naila.
-----------------------
SkipDi ruang aula, suasana menjadi tegang karena pengumuman kelulusan yang akan segera disampaikan. Naila duduk di barisan paling depan, matanya sesekali melirik ke pintu, menunggu kedatangan Fauzan. Akhirnya, Fauzan datang paling akhir, membuat hati Naila berdebar-debar lega.
Kepala sekolah berdiri di depan podium, suaranya menggema di seluruh ruangan. Dengan nada meyakinkan, beliau mengumumkan bahwa akan ada beberapa siswa yang tidak lulus. Ketegangan di ruangan semakin terasa. Setiap siswa diberi amplop dan disuruh membukanya secara bersamaan. Naila merasakan jantungnya berdegup kencang saat membuka amplopnya. Dia lulus! Perasaan lega segera memenuhi hatinya. Begitu juga dengan Aisya, Amira, dan Khairun yang ikut merayakan kelulusan mereka.
Namun di sisi lain, Ainun tidak seberuntung mereka. Ainun menangis, merasakan kekecewaan yang mendalam. Suasana menjadi campur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Kemudian, kepala sekolah meminta semua yang lulus untuk mengenang dan melakukan sujud syukur. Naila merasakan campuran kebahagiaan dan kelegaan saat sujud syukur bersama teman-temannya.
Setelah semua kembali ke tempat duduk mereka, kepala sekolah kembali mengambil alih podium. Dengan senyum lebar, ia mengumumkan, "Kelas 9, di angkatan kalian, Alhamdulillah 100% lulus." Suasana yang tadinya tegang berubah menjadi sorak sorai. Semua orang yang sebelumnya merasa cemas kini membongkar dan bertepuk tangan. Mereka yang tadinya merasa tidak lulus kini menyadari bahwa itu adalah sebuah lelucon, dan mereka pun ikut merayakannya.
Setelah itu para siswa dipersilakan untuk mengambil Raport dan SKHU mereka. Naila berjalan memutar ke belakang, dan di sana, dia melihat Fauzan duduk di bangku paling belakang. Saat Fauzan menoleh ke arahnya, mereka saling memandang dalam beberapa detik yang terasa seperti selamanya, Naila tersenyum padanya, namun entah bagaimana ekspresi Fauzan setelah itu.
Naila mengambil Raport dan SKHU-nya, lalu melakukan selebrasi kecil di kamera depan dengan gaya sejuta umat, dua jari diangkat ke atas. Perasaan bangga dan kebahagiaan memenuhi dirinya.
Singkat cerita, semua siswa pulang dengan perasaan bangga dan lega. Namun, bagi Naila, hari itu juga meninggalkan kenangan manis dan pahit. Itu adalah terakhir kalinya dia bertemu dengan Fauzan. Mereka berpisah dengan kenangan indah yang tersimpan dalam hati masing-masing.
"Perpisahan ada untuk menghargai setiap pertemuan"
"Sampai jumpa di lain waktu, Fauzan" ~Naila
.
.
.
.
.
.
.
.Tamat?????🥀🥀🍂🍂
Sejujurnya aku tak ingin kisah ini tamat begitu saja, tapi apa boleh buat, jika takdir berkata 'berpisah maka mau tidak mau, kita harus berpisah walau terpaksa
KAMU SEDANG MEMBACA
My Diary: Author
Chick-LitDalam novel ini, kisah cinta dua remaja yang dipertemukan oleh takdir di masa sekolah menengah. Ketika pertama kali bertemu selama Orientasi Siswa. Perasaan terpendam mulai tumbuh di antara mereka, meskipun cobaan dan rintangan terus menghadang. Nam...