"Aku tidak punya kewajiban untuk cerita padamu."
Mata Tomo yang kecil membelalak. "Apa?" Tomo menggeleng kecewa. "Aku sudah rela memberikan pasokan tiga bungkus ramenku untuk seminggu. Tapi, kau tidak mau memberitahuku...wuah!"
Tomo tersentak kaget melihat pria berambut putih yang berlutut di sebelahnya. Kepalanya menyembul dari meja makan.
Pria itu termenung melihat mie hangat yang berasap di atas meja.
"Astaga, kau mengagetkanku." Tomo mengelus dadanya. "Rambutmu sudah memutih lagi bung."
Tomo menyodorkan semangkuk mie kuah. "Ini makanlah." Tomo menopang pipinya dengan tangan. Lalu, dia memperhatikan Helena dan pria berambut putih yang makan mie instan dengan nikmat. Dia benar-benar keheranan.
Helena berdiri. Dia bersiap-siap. Dia memakai jaket yang lebih tebal dan topi rajut. "Hei, kau mau kemana?"
"Kerja." Helena menjawab pendek.
"Kerja?" Tomo mengangkat alisnya. "Kerja dimana?"
Helena tidak menjawab. Dia bergegas memakai sepatunya.
"Hei, tunggu!" Tomo berdiri dan mengemas tasnya. Dia mencuci peralatan bekas memasak.
***
"Kenapa kalian mengikutiku?" Helena bergidik sebal. Kenapa dua orang ini mengikutinya terus.
"Aku tidak mau mengikutimu, orang ini yang mengikutimu!" Tomo membela diri. "Tadinya aku mau pulang, sungguh!
Tomo dan pria berambut putih saling berpandangan dengan tatapan tajam.
Helena berbalik. "Berhentilah mengikutiku! Atau kupanggil polisi!"
"Kenapa aku saja? Dia diperbolehkan mengikutimu!" Tomo tidak terima.
"Kalian berdua tidak waras!" Helena sangat kesal. Helena melepas topi rajutnya dan memakaikannya pada pria rambut putih. "Sembunyikan rambut putihmu itu! Aku benci jadi pusat perhatian."
Helena kembali berjalan. Dan dua pria itu tetap mengikutinya.
Sesampai di restoran tempat Helena bekerja, ia disambut gadis muda berumur 25 tahun. "Helena akhirnya kau datang!" Gadis itu berambut pirang dikuncir kuda dan bermata hijau terang. "Dua pegawai tiba-tiba tidak bisa datang hari ini! Aku bingung siapa yang bisa melayani pelanggan."
Gadis itu terkejut melihat Tomo dan pria berambut putih yang tergopoh-gopoh datang. "Selamat datang tuan, ada yang bisa saya bantu?"
Mereka berdua dengan polosnya menunjuk Helena.
"Kalian mencari Helena?" Gadis berambut pirang itu tertawa. "Wah, kau diperebutkan dua cowok seperti ini, menggemaskan sekali!"
Helena cemberut. "Aku tidak tahu siapa mereka, Annie."
"Ah, kebetulan sekali!" Annie menepuk kedua tangannya. "Apakah kalian mau bekerja disini? Aku kekurangan orang."
"Oh, iya nama kalian siapa?"
"Aku Tomo." Tomo menjawab.
"Dan kau?"
Pria berambut putih itu hanya terdiam. Suasana menjadi hening. Annie mengerutkan keningnya. Helena menepuk kepalanya.
"Nama dia Hans!" Tomo memegang kedua bahu pria berambut putih yang baru saja ia beri nama seenaknya. "Nama lengkapnya Hendery Foster."
"Oh, halo Hans dan Tomo!" Annie bertepuk tangan gembira. "Kalian tolong bantu aku ya! Akan kugaji kalian dengan harga yang tinggi!"
"Sangat terhormat bagi kami bekerja dengan nona muda secantik anda!" Tomo tersenyum lebar.
"Kau bisa saja!" Annie tertawa. Sebaliknya, wajah Helena sangat masam. Tomo membalas wajah masam Helena dengan kedipan sebelah mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTALUNE [END]
FantasyHelena Brooks, gadis sebatang kara yang harus menjalani hidupnya yang keras di musim dingin, berjalan di tengah malam di bawah sinar rembulan. Saat itulah, ia bertemu makhluk magis yang berdiri di bawah gelapnya malam. seorang pria tinggi dengan set...