XX

2 0 0
                                    

Helena terkesiap. Mata pria itu benar-benar menatap lurus kepadanya. Wajah pria itu benar-benar mempesona. Mungkin, dia yang paling mempesona dibanding seluruh makhluk bulan yang sudah mempesona. Sulit dijelaskan tapi, memang setiap ada orang baru yang muncul, pesonanya memang lebih meningkat.

"Maaf, tuan. Tapi, dia bukan makhluk bumi. Dia dari klan penjelajah yang sedang menyamar." Winsca segera menjawab.

Rambut pirang emas milik pria itu berkilauan. "Oh, benarkah? Mungkin intuisiku yang salah. Pesona gadis ini sangat berbeda." Ia kembali tersenyum menampilkan deretan giginya rapi. Ia menundukkan kepalanya. "Baiklah, nyonya. Aku langsung pamit saja." Ia tersenyum lagi kepada Helena. Lalu, dia membalikkan badannya dan pergi dengan beberapa orang berbaju hitam seperti yang beberapa saat lalu menyerang bumi.

Winsca menundukkan kepalanya dan segera menutup pintu. Wajahnya tegang. "Kurasa lebih baik kalian segera tidur."

*

Tomo dan Helena berbaring di atas selimut yang ditumpuk-tumpuk. Mereka berbaring di ruang tengah rumah Winsca. Helena tidak bisa memejamkan matanya. Tomo sudah tertidur. Helena memperhatikan wajah tidur Tomo. Alis matanya sangat tebal dan tegas lurus dengan ekor yang runcing. Hidungnya mancung dengan ujung yang manis. Bibirnya pucat pasi berbeda dengan makhluk bulan yang bibirnya semerah darah.

"Tomo," Helena menggenggam tangan Tomo. Ia berbisik. "Jangan tinggalkan aku."

Helena merinding ketakutan. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi hingga dia bisa terdampar di bulan seperti ini. Hidupnya yang sebelumnya sangat sepi dan suram berubah 180 derajat menjadi penuh kejutan yang aneh. Ia memegang pipi Tomo yang dingin. Bulu mata Tomo panjang dan alisnya cukup tebal. Garis wajahnya pun cukup tegas.

"Sepertinya aku amat menyukaimu." Helena berbisik pelan.

Suasana sangat hening. Hanya Tomo yang berada di sisinya saat ini. Ia mendengar suara dengkuran halus Tomo. "Han Yoo Ra." Tomo menggumam. "Yoo Ra." Ia mengigau. Alis matanya bertaut. Dahinya mengernyit.

Mata Helena membulat. Ia segera bangun dan duduk. Ternyata selama ini dugaannya benar. Tomo menyukai Yoo Ra. Ia sudah tahu ketika Tomo selalu salah tingkah ketika berada di hadapan Han Yoo Ra. Air mata Helena menitik. Ia menyadarinya. Dia sama sekali tidak sebanding dengan Han Yoo Ra yang memesona apalagi dengan wujudnya sebagai makhluk bulan. Hati Helena hancur untuk kedua kalinya. Helena baru saja menyadari kalau jatuh cinta dengan pria ini, tapi dia pun langsung mengetahui kalau cintanya tidak terbalas. Ini adalah rasa sakit yang baru dia alami dan Helena menjadi bingung. Walaupun ini adalah hal pertama yang dia rasakan, jatuh cinta kemudian patah hati. Yang jelas, ia selalu menyukai sikap ceria Tomo dan senyumannya. Namun, Helena merasa mungkin perasaannya sudah terlalu berlebihan. Ia pun bangun. Ia berjinjit. Ia tidak mau membangunkan siapapun. Winsca juga sedang tidur di kamarnya. Ia berjalan keluar dari rumah itu.

Langitnya berwarna gelap dengan bintang-bintang. Tapi, sekitarnya tampak terang tanpa harus adanya penerangan lampu-lampu, seakan langit tersebut hanya walllpaper yang terpasang.. Sepertinya tidak ada pergantian waktu disini. Helena berjalan pelan menyusuri kotak berisikan ladang dan rumah-rumah kecil ini. Ia terus berjalan dengan pikiran kosong. Dia berjalan entah sampai berapa jam bahkan hingga telapak kakinya tidak berasa.

Dia pun sampai di ujung ruangan. Terdapat pintu yang sangat besar berwarna emas. Disitu tertulis "Pemerintah". Helena menghentikan langkahnya. Pintu itu dijaga oleh banyak pria tinggi berpakaian hitam. Bulu kuduk Helena berdiri. Ia teringat kejadian ketika pria berpakaian hitam membabi buta pengungsi dengan membekukan mereka.

"Ada urusan apa penjelajah masuk kesini?" Seorang pria menunjuk Helena yang berdiri mematung. "Apa kau diundang oleh ketua?" Mereka bicara bahasa yang tidak dimengerti oleh Helena.

ALTALUNE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang