Helena dan Tomo perlahan membuka mata mereka. Otak mereka lambat sekali mencerna situasi yang sedang terjadi. Mereka sudah berpindah tempat. Perut mereka rasanya mual sekali. Mereka dikelilingi orang-orang berpakaian jas putih dan berambut putih. Wajah mereka semua sangat tampan dan cantik. Mirip dengan Hans saat baru turun ke bumi. Bedanya, mata mereka berwarna biru muda dan bibir mereka merah darah. Di dahi mereka ada batu biru muda. Kulit mereka sangat pucat.
Mereka berada di dalam ruangan persegi yang cukup luas. Terdapat banyak layar-layar komputer yang mengelilingi mereka yang menampilkan gambar-gambar aktivitas orang. Seperti cctv. Banyak juga alat-alat eksperimen aneh.
Vey berdiri di samping mereka. Vey sedang berbicara dengan gadis berambut putih dengan potongan bob yang manis. "Vey apa yang kau lakukan? Apa kau bodoh membawa makhluk bumi kesini? Mereka tidak bisa bertahan lama dengan tubuh seperti itu." Gadis itu marah-marah pada Vey. "Aku terpaksa, Hale." Vey menjawab. "Ton akan membunuh kami semua."
Seorang pria berambut keriting ikut berbicara. "Kita harus mengunci portal untuk sementara," ia berkata serius. "Sepertinya sistem kita mulai sangat kacau."
"Vey, mereka berdua sudah sadar." Hale melihat Tomo dan Helena. Vey membalikkan badannya. "Oh, halo, selamat datang!" Vey menyambut ceria.
"Ini dimana?" Helena bertanya. Mata hijaunya mengerjap bingung. "Hmmm, suatu tempat yang kalian bilang, Bulan?" Vey menjawab.
"Apa?!" Tomo seketika berteriak histeris. Tubuhnya mulai bergetar. Helena merangkul Tomo. "Tenanglah, Tomo..." ujar Helena pelan. Vey menghampiri Tomo. "Tenang, Tomo. Kau akan baik-baik saja, kau bersama orang yang tepat." kata Vey. Vey memberikan dua bola berwarna perak. "Peganglah ini." kata Vey.
Ragu-ragu, Helena mengambilnya. Tomo masih mengamati. Ketika Helena memegang bola itu, cahaya berpendar. Bola itu seperti lumer dan mengalir melalui tangannya ke seluruh tubuh Helena. Helena seketika menjadi siluet bercahaya berwarna putih, kemudian cahaya itu hilang. Kini, Helena memakai baju yang sama persis dengan Vey, baju seragam berwarna cokelat.
"Sementara kalian memakai identitas penjelajah," kata Vey. "Penjelajah diperbolehkan mengganti bentuk tubuhnya sesuka hati disini. Aku tidak bisa mengganti warna rambut dan mata kalian menjadi seperti kami. Jadi setidaknya kalian tidak akan terlalu dicurigai." Vey menoleh ke Tomo. "Ayo Tomo, setelah berganti pakaian, kalian akan kuantar makan dan istirahat."
Mata Tomo masih melotot. "Lalu baju yang dipakai Helena barusan pergi kemana?"
Mendengar itu, warga bulan malah tertawa terbahak-bahak tanpa menjelaskan apapun. Akhirnya, Helena dan Tomo menyadari bahwa teknologi warga bulan jauh melampaui bumi.
*
Helena dan Tomo sudah berganti pakaian. Vey pun mengajak Tomo dan Helena keluar dari ruangan yang disebut Vey 'ruang peneliti'. "Kalian ada di suatu tempat yang kalian sebut bulan. Namun, kami menyebut tempat kami ini Altalune." Vey berujar pelan.
"Apa?!" Mata Helena dan Tomo membelalak kaget.
"Altalune," kata Helena. "Bahasa latin, artinya Over the moon?"
Tomo menoleh ke arah Helena. "Kau bisa bahasa latin?" tanya Tomo.
Vey tersenyum. "Bahasa latin termasuk bahasa yang cukup tua di planet bumi. Jadi, wajar saja. Saat zaman dahulu, kami sempat sering ke bumi. Kalian menyebut kami dalam sebutan lune, luna, selene, ya makin banyak bahasa yang kalian buat. Kami memperkenalkan diri sebagai Altalune dan kalian menyebut kami makhulk yang berdiri di atas bulan (over the moon). Tapi, atas suatu kejadian kami berhenti ke planet bumi sembarangan." Vey menelan ludah dan tidak mau menjelaskan
Vey mendekati sebuah pintu perak dan mengayunkan tangannya. Pintu itu terbuka. Kemudian, mereka masuk ke ruangan yang sangat besar dan megah, mungkin seluas sepuluh kali lapangan bola. Ruangan itu seperti isi lembah di bumi yang indah, namun bedanya atapnya seperti langit malam yang penuh bintang. Banyak sekali bunga-bungaan, air terjun, dan meja-meja kecil. Makhluk-makhluk seperti Vey dengan warna baju yang berbeda-beda mengobrol sambil meminum sesuatu dalam cangkir. Ruangan itu seperti tea party di dalam lembah yang damai dan sejuk. "Ini ruangan bebas bagi kami, setiap klan boleh berada di sini." kata Vey.
"Jadi, selama ini bulan itu bukan seperti tanah tandus yang banyak lubangnya?" tanya Tomo. Vey tertawa kecil, "Perbedaan kami dengan makhluk bumi adalah mereka tinggal di permukaan planetnya sedangkan kami di dalam perut bulan." Vey menampakkan senyum lesung pipinya.
Selain itu banyak hewan-hewan aneh yang tidak ada di dunia manusia, tapi mungkin pernah muncul di dunia mitologi. Naga-naga besar berwarna perak dan emas berterbangan tinggi, kemudian banyak cahaya-cahaya kecil yang bertebangan membawa minuman dan kue-kue. Ketika mereka mendekat, terlihatlah bahwa cahaya itu adalah mahkluk berbentuk manusia dengan rambut berwarna merah muda dan pakaian mereka selembut beludru. Mereka tidak punya sayap dan hanya melayang. Ukuran mereka sebesar ujung kelingking. Mereka mengangkat barang-barang seperti sulap. "Makhluk ini hanya bisa tinggal di ruangan ini," Vey menjelaskan. "Mereka tidak bisa berbicara. Kami memanggil mereka Tuarts. Mereka gemar memasak kue-kue kecil yang lezat dan menyajikannya pada kami. Kami pun senang dan menghormati mereka, mereka juga bisa diajak bercanda." Selain Tuarts dan naga tadi ada lagi beberapa mahluk seperti kuda perak yang bulunya seperti bulu domba, alpaca berwarna merah muda, dan mahkluk bulat besar berbulu berwarna pelangi. "Makhluk ini semua hanya bisa tinggal disini karena segala yang mereka butuhkan disini, dan jenis mereka hanya itu saja. Jumlahnya hanya segitu saja."
"Disini tidak ada perkembang-biakan, semua jenis makhluk ini termasuk aku, tidak pernah melahirkan makhluk baru seperti manusia." Vey berkata. "Kami sudah ada sejak planet ini ada."
Mata Tomo mengedip. "Wah berarti kamu tua sekali." komentarnya. "dan bulan ini bukan planet, kau tahu, mereka mengelilingi bumi."
Vey tertawa lagi. "Iya, begitulah." Ia tidak membahas lebih panjang.
Helena masih terkagum-kagum. "Entahlah apa aku bermimpi atau tidak," gumamnya. "Aku seperti masuk ke dalam dunia mitologi yang dipenuhi science fiction."
Vey memanggil suatu hewan besar berbentuk naga berwarna putih dengan surai berwarna biru muda yang berkilauan dengan suara lengkingan tinggi. Naga itu besar dan panjang. Naga itu menunduk sopan kepada mereka bertiga. "Aku tidak tahu apa yang terjadi sampai dua makhluk bumi kau bawa kesini." Naga itu bisa berbicara. Suaranya berat dan berwibawa.
Vey mengelus surai naga itu pelan. "Kuharap hanya kau yang menyadarinya karena kau makhluk paling suci dan peka disini." bisik Vey. "Tolong bawa kami ke ruang istirahat, tuan Way." Naga itu menggangguk.
Vey naik. Tomo dan Helena ikut naik. Perlahan naga itu melayang menyusuri lembah yang indah berwarna-warni. "Altalune terdiri dari lima klan." Vey menjelaskan lagi. Rambut ikalnya yang putih berterbangan ditiup angin. Sangat halus.
"Aku adalah klan penjelajah. Aku pergi melintasi antar planet dan galaksi untuk membantu peneliti dalam melakukan penelitiannya dan mencari ilmu baru. Ciri khas kami adalah pakaian berwarna cokelat ini." jelas Vey. "Tapi, pakaian ini bisa berubah warna sesuai keadaan, tapi hanya untuk yang sudah berpengalaman." Vey menyengir.
"Orang-orang yang kalian temui tadi dengan pakaian tadi adalah klan peneliti. Tugas mereka adalah tetap disini dan mereka meneliti segala informasi yang didapatkan oleh penjelajah. Layar-layar tadi adalah semua yang dilihat penjelajah dikirim kesini. Mereka sangat pintar dan mempunyai analisis yang luar biasa terhadap hal baru. Mereka juga bisa membaca pikiran orang." Vey menjelaskan lagi.
"Untuk apa kamu jelaskan ini untuk mereka, Vey?" Naga itu bertanya. "Mereka tidak perlu tahu."
Vey mengangkat bahunya. "Yah, aku hanya ingin menjelaskan saja."
Helena dan Tomo hanya bisa terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTALUNE [END]
FantasyHelena Brooks, gadis sebatang kara yang harus menjalani hidupnya yang keras di musim dingin, berjalan di tengah malam di bawah sinar rembulan. Saat itulah, ia bertemu makhluk magis yang berdiri di bawah gelapnya malam. seorang pria tinggi dengan set...