XIX

1 0 0
                                    

Setelah melewati lembah yang luas, mereka pun sampai di depan pintu dilapisi beludru merah. "Aku membawa kalian ke klan pemelihara, makhluk seperti kami tidak pernah tidur atau istirahat tapi kurasa disini tempat yang cukup cocok untuk istirahat." Vey berkata sambil turun. Helena dan Tomo mengikutinya.

Naga itu tiba-tiba menyusut dan berubah seperti manusia. Rambutnya berwarna biru muda seperti surainya tadi. Matanya berwarna abu-abu dan ia memakai baju panjang dengan jubah berwarna biru muda metalik. Rambutnya halus panjang sebahu.

Helena dan Tomo takjub. Pesona pria ini benar-benar luar biasa dibandingkan orang-orang bulan yang sudah cukup luar biasa.

"Jadi ini gadis yang dicari oleh Riv?" Berbanding terbalik dengan pesonanya kata-kata pria itu cukup tajam. Tatapan matanya dingin. Ia menatap Helena dalam-dalam. Helena menelan ludahnya.

Vey menepuk pundak Helena. "Iya, ternyata dia memang gadis yang luar biasa cantik, ya?" Vey tersenyum.

Helena dan Tomo masih tidak mengerti arah pembicaraan. Akhirnya tanpa bicara apapun lagi, pria naga berwarna Way tadi berjalan dan memasuki pintu.

Ketika pintu terbuka, munculah ruangan besar yang tak kalah terlihat aneh dan luar biasa. Mereka seperti baru saja masuk ke dunia lain yang hanya dipisahkan oleh pintu. Mereka masuk ke ladang yang luas. Banyak juga pohon-pohon buah yang tinggi. Mereka semua memakai baju biru metalik seperti Way namun penampakan mereka sama seperti klan lainnya, berambut putih dan mata biru.

"Ini adalah daerah khusus kaum pemelihara, sama seperti Way." Vey berbisik. Way memimpin jalan di depan. "Disini penyedia semua kebutuhan makhluk bulan seperti makanan, pakaian, dan lain-lain."

Mereka terus berjalan. Mereka menemui sebuah rumah yang cukup besar dan bertingkat. Harum makanan keluar dari sana. "Kita akan makan dulu." Vey berkata lagi. Ketika masuk, meja-meja panjang berjejer. Beberapa orang duduk dan makan disitu. Orang-orang seperti Way membawa makanan. "Dulu jenis makanan kami tidak banyak. Kami hanya makan makanan dari buah yang dihancurkan. Tapi, sekarang kami modifikasi. Kami juga bisa kalian sebut vegetarian, tidak ada hewan yang bisa disembelih." Vey menghela napas. "Aku benar-benar suka sekali makanan bumi."

Helena manggut-manggut. Pantas saja, Vey selalu mengajaknya makan dan bilang ingin mentraktirnya. Sama seperti Hans yang takjub ketika makan. Mereka pun duduk di sebuah meja. Way juga ikut duduk. "Bung, apa semua klan pemelihara bisa menjadi naga?" Tomo bertanya sok akrab. Sebaliknya, mata kelabu Way menatap Tomo tajam.

"Hanya yang punya mata kelabu yang bisa, mereka hanya beberapa, mereka istimewa." Vey tersenyum sambil berbisik.

Way memutar bola matanya.

Perempuan berambut ikal datang ke meja mereka. "Makanan hari ini terbuat dari labu kuning yang baru panen." Wanita itu berkata ramah. "Suatu kehormatan bisa bertemu Tuan Way hari ini." Wanita membungkuk hormat lalu pergi.

Tomo dan Helena melihat makanan dengan takjub. Makanan itu seperti puding kuning dengan saus cokelat kental. Tomo menghela napas. "Aku tidak kenyang hanya makan ini." Tomo mengeluhkan perutnya yang seperti karung.

Way menyodorkan piringnya. "Makanlah, aku sedang tidak ingin."

"Ambil saja punya Way," Vey mengangkat bahunya. "Kami ini sebenarnya tidak perlu makan, makanan hanya jadi hiburan saja. Apalagi Wey yang istimewa." Vey melirik Way yang berekspresi datar.

Tomo hanya menurut dan melanjutkan makannya.

*

Seusai makan, Vey dan Way mengantar Tomo dan Helena menuju rumah lain. Kali ini, Way kembali berubah menjadi naga dan melintasi ladang yang luas. Mereka pun sampai di sebuah rumah kecil yang cantik di tengah ladang. Way mengetuk pintu. Muncullah seorang wanita tua. Sejauh ini, mungkin hanya satu-satunya wanita ini yang tua. Berbeda sekali dengan makhluk lain, dia tua, berambut keabuan karena uban dan matanya berwarna cokelat.

ALTALUNE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang