"Apa rencanamu, Way?" Dusten bertanya.
"Aku akan memancing Riv kesini," Way menjawab. "Dan kuminta mereka membuka portal, dan meminta ketua utama mengembalikan seluruh penjaga supaya kembali ke Altalune."
"Bagaimana kalian memancing Riv kesini?" Helena bertanya. "Baik kau atau Lucas punya pikiran yang sama."
Way menoleh ke Helena. "Apa?"
"Iya, maka dari itu, Lucas mengikatku." Mata hijau zamrud Helena mengkilat. Way mengacak rambutnya. "Ini sama sekali tidak bagus," Way mengedarkan pandangannya secara acak. Ia berpikir keras. "Aku sama sekali tidak tahu apa yang Lucas rencanakan."
"Kalau begitu kita harus cepat bergegas," Way akhirnya mengambil keputusan. "Jangan sampai Lucas menemukan Riv terlebih dahulu."
Way segera mengubah bentuknya menjadi naga. "Naiklah, Helena!"
"Kenapa? Kenapa jangan sampai Lucas yang menemukan Riv?" Helena bertanya.
"Aku rasa Lucas mempunyai suatu rencana yang besar." Mata kelabu Way mengedip. "Cepatlah, naik."
"Dusten," Way menoleh ke arah Dusten. "Apapun yang terjadi, jangan sampai ada satupun dari penjelajah yang tahu soal ini, jagalah markas penjelajah. Jaga dirimu juga." Dusten menunduk. "Baik, tuan Way."
Way pun terbang. Ia menuju ke wilayah peneliti. Namun, ketika mereka baru saja terbang meninggi beberapa meter, beberapa bulatan cahaya memancar dari sekitar Dusten.
Beberapa orang keluar dari cahaya itu dan pingsan. Way dan Helena terkejut. Mereka semua adalah manusia bumi. Beberapa penjelajah juga kembali dengan pakaian cokelat dan rambut putih.
Satu hal lagi yang membuat Helena terkejut. Salah satu penjelajah itu adalah Annie.
*
Way melanjutkan perjalanan mereka. Banyak sekali bulatan cahaya putih yang muncul. Bahkan dari atas langit. Manusia bumi berjatuhan dalam keadaan pingsan. Seisi Altalune panik dan riuh. Baik di Lembah, daerah penjelajah, daerah pemelihara, semuanya muncul portal. Portal-portal tersebut sepertinya menyedot siapa saja manusia bumi dan manusia akan pingsan melalui portal itu.
Penjaga-penjaga keluar dari portal yang sama. Mereka menangkap semua manusia tersebut. Mereka mengumpulkan manusia-manusia tersebut dalam angkutan truk-truk yang biasa digunakan untuk mengangkut gandum dari ladang. "Way, apa yang terjadi?" Helena bertanya panik. "Mereka akan dibawa kemana?"
Way terdiam.
"Way!" Helena berseru.
"Aku sama sekali tidak tahu!" Way balas berseru.
Helena terdiam.
"Aku rasa ini adalah salah satu dari rencana Lucas," Way menjawab. "Tapi, untuk lebih pastinya aku akan ke peneliti karena mereka yang bisa mengatur portal." Mereka pun sampai ke kalangan peneliti. Disana jauh lebih porak poranda. Para penjaga meneriaki dan menangkap mereka. Way segera turun dan berubah menjadi manusia bulan. Helena jatuh terhempas. Way sepertinya sangat panik. Helena menggeliat pelan dari posisinya yang jatuh. Ia meringis.
"Hei, apa yang kalian lakukan?!" Way berteriak.
Salah satu dari mereka menjawab. "Kami harus menangkap klan peneliti untuk diadili karena dianggap membangkang," kata salah satu pria tinggi. Ia memakai helm. "Mereka membangkang dengan membiarkan Riv turun ke bumi dan membawa manusia bumi kesini."
Helena menelan ludahnya. Way segera mendorong Helena ke belakang tubuhnya. "Siapa yang menyuruh kalian?"
"Tuan Lucas." Mereka menjawab. "Dan sesuai mandat ketua utama."
"Hei, itu manusia bumi yang itu!" Salah satu dari mereka berteriak menunjuk Helena. "Tangkap dia!"
Way segera menggendong Helena di punggungnya. Ia berubah menjadi naga dan terbang. "Tuan Way, berhenti!" Rombongan penjaga itu berteriak. Way tetap terbang. Kemudian penjaga itu menembakkan cahaya-cahaya putih ke Way. Way mempercepat dirinya. Cras! Cahaya itu berhasil menggores badan Way. Darah bercucuran.
"Way!" Helena berseru panik. Ia meringis melihat luka yang menganga. "Way, apa kau kesakitan?"
Way tidak menjawab. Ia terus terbang menjauhi wilayah kaum peneliti. Ia pun memasuki lembah yang indah. Lembah saat itu sangat sepi. Tidak ada yang minum teh dan bersenda gurau. Tidak ada pula hewan-hewan mitotik yang berseliweran di area tersebut. "Mereka semua hilang..." gumam Helena. "Mereka semua pasti bersembunyi karena merasakan hal yang tidak baik." Way berucap.
Ia terbang menuju balik lembah dan terlihatlah sebuah air terjun yang sangat indah. Air terjun itu tidak terjamah oleh klan lain karena tersembunyi dibalik bukit yang sangat tinggi. Way terbang dan menembus air terjun itu.
Helena terkejut. Ia basah kuyup. Ternyata ia masuk menuju gua. Gua itu sangat besar dan langit-langitnya sangat tinggi. Setelah kebasahan, ia berseru takjub. Gua itu awalnya gelap, kemudian muncul kerlap-kerlip lembut berwarna-warni di sekeliling gua. Way sudah mulai kehilangan keseimbangannya. Ia jatuh tersungkur. Ia kehilangan kesadarannya. Tangan kirinya terdapat luka yang sangat luas dan penuh darah.
Sekali lagi, Helena jatuh tersungkur karena tubuh naga Way yang mengecil. Ia berubah menjadi bentuk manusianya lagi. Helena berusaha bangun dari tempatnya jatuh. Kepalanya pusing karena terbentur dinding gua.
"Way!" Sekelompok orang terdengar dari kejauhan.
Helena menoleh. Ia mengedipkan matanya untuk memperjelas pandangan. Lima orang pria berlari menghampiri Way. Rambut mereka berwarna sama seperti Way. Mereka juga memakai jubah seperti Way. Salah satu pria berambut cepak menoleh ke arah Helena. "Siapa kau?!"
Helena memegang kepalanya. Tiba-tiba, Ia sangat pusing. "Aku..." ia merintih. Pandangannya makin kabur dan ia pun kehilangan kesadarannya.
*
"Helena!"
Suara teriakan itu lagi. Helena membuka matanya. Berry, boneka beruang merah muda kesayangannya ada di genggamannya. Ia memeluknya erat. Boneka itu sudah lama rusak, dan hilang. Tapi, sekarang ada di pelukannya. Tangan Helena pun menjadi lebih kecil.
"Helena!... lepaskan!"
Helena menoleh. Itu mom. Beberapa pria tinggi siluet hitam menariknya ke kegelapan.
"Mom!" Helena berteriak memanggilnya. "Mommy!"
"Helena jangan mendekat, tetap disitu!" Mom berteriak.
Helena terkejut.
Helena berada di bawah meja makan. Ia duduk di bawahnya, di pojok. Pria-pria itu menghampirinya dan mengayunkan tangannya hendak menarik Helena.
Helena berteriak. Ia menghindar dan merapatkan tubuhnya dari tangan-tangan itu.
"Hentikan! Kalian semua jangan berani-berani menyentuh anakku!" Mom kembali berteriak. Ia menarik paksa pria-pria yang hendak menarik Helena.
Mom menunduk dan menatap Helena sebentar. "Helena, jaga dirimu, jangan lupa makan tepat waktu, hubungi Bibi Rose."
"Tidak!" Helena kecil berlari ke arah ibunya mulai hilang dari pandangannya. Yang ia ingat dengan jelas hanyalah sebuah kalung berbentuk bulan sabit yang ada di leher ibunya.
Kemudian, dalam sekejap cahaya putih menyelimuti semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTALUNE [END]
FantasyHelena Brooks, gadis sebatang kara yang harus menjalani hidupnya yang keras di musim dingin, berjalan di tengah malam di bawah sinar rembulan. Saat itulah, ia bertemu makhluk magis yang berdiri di bawah gelapnya malam. seorang pria tinggi dengan set...