XXXI

1 0 0
                                    

Jemari Helena menggenggam kuat ke kursi singgasana. Sudah cukup ia melihat nyawa orang-orang terdekatnya hilang di hadapannya. Ia berdiri.

"Cukup!"

Semua orang menatap ke arah Helena. "Sudah cukup! Apa kalian bodoh menghukum orang yang tidak bersalah?! Memangnya kalian bisa membalikkan keadaan dengan membinasakan mereka?!"

Mata Helena memerah. Ia menoleh ke arah Lucas yang menatap ke arahnya. "Dia!" Ia menunjuk Lucas. "Dialah yang mengakibatkan semua ini! Dia yang membuka portal! Dia yang menghisap kalian semua kesini! Dia yang memfitnah semua orang padahal dia, dialah dalangnya! Dia begitu terobsesi dengan kita semua makhluk bumi hingga menculik kita semua kesini!"

"Dan kau ketua utama, kau diperdaya olehnya! Tidakkah kau mengerti? Dialah yang mengakibatkan kehancuran ini! Kenapa bukan dia saja yang dihukum? Kenapa tidak kau buka saja portalnya dan mengembalikan semua makhluk bumi ke tempatnya? Kukira kau pintar!"

Ketua utama menatap Helena dengan tatapan yang dingin. "Oh, iya ada satu lagi makhluk bumi kita," katanya sambil berjalan ke arah Helena. "Atau bisa aku sebut darah campuran bumi dan bulan?"

Beberapa bunyi mulai terdengar. Banyak yang berbisik karena terkejut. "Kamu bisa tetap tahan sampai sekarang karena kamu punya darah kami. Wah, bukankah itu hebat?" Ketua utama tersenyum.

Helena mengerutkan dahinya.

Ketua utama berjalan mendekatinya hingga dia sudah berhadapan tepat di depan Helena. Dia jauh lebih tinggi dari Helena hingga Helena harus mendongak. "Mungkin kamu belum tahu, kalau Lucas adalah kaki tanganku."

Helena terkejut. Jadi, ini semua memang rencana dari...ketua utama juga.

Ketua utama berbalik. Ia menghadap ke stadion. "Maafkan aku, rakyatku sekalian. Mungkin aku belum memberitahu kalian. Selama ini, seperti yang kalian tahu, beberapa dari kita sudah banyak yang mati, dan sebentar lagi kita akan musnah,"

Ia berjalan kembali ke singgasananya. Jubah panjangnya yang keemasan ikut terseret anggun. "Sementara makhluk bumi terus bertambah jumlahnya. Setiap hari, kami bersama kaum peneliti meneliti seluruh makhluk di semesta. Makhluk bumi mampu memperbanyak populasi setiap tahun, walau umur mereka sangat pendek,"

"Gadis yang ada di depan kalian ini, adalah sebuah jawaban baru bagi kita, bahwa makhluk bumi dan bulan bisa hidup berdampingan. Dia adalah darah campuran bumi dan bulan," ia menunjuk Helena. "Oleh karena itu, kita tidak perlu khawatir lagi kaum kita akan musnah. Kita bisa hidup lebih leluasa dan kita bisa hidup lebih baik lagi. Kita bisa punya saudara, kita bisa punya anak, kita bisa punya keluarga. Mungkin ini adalah hal yang baru bagi kita, tapi aku yakin kita bisa melaluinya."

"Itu mustahil, kalian berbeda dengan kami makhluk bumi," kata Helena tiba-tiba. Ketua utama segera menoleh. "Kalian hanya mengakibatkan kehancuran. Ayahku dan ibuku sebenarnya adalah makhluk bumi. Namun, Ibuku yang kalian kenal adalah ibu tiriku. Dia tidak melahirkanku. Ibu kandungku meninggal saat melahirkanku."

Ketua utama membelalakkan matanya. Semua orang yang berada di atas singgasana berdiri karena kaget. Lucas juga berdiri. Dia begitu terkejut.

"Apa?" Ketua utama menaikkan dahinya.

*

"Helena, sebenarnya aku bukanlah ibumu, ibumu sudah meninggal dari saat kau lahir, tapi ayah dan ibu belum sempat memberitahumu karena kami rasa kami baru bisa memberi tahumu ketika kamu sudah lebih dewasa." Ibu Helena berbisik pelan ke Helena yang meringkuk di sudut penjara.

"Apa?" Helena menoleh.

"Iya, tapi klan pemerintah terus saja menganggap aku melahirkanmu, padahal kamu tahu, aku tidak bisa. Aku ini hanya klan penjelajah. Ayahmu sebenarnya adalah sumber informasiku. Namun, dia jatuh cinta padaku." Ibu Helena tersenyum. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku tahu aku salah, tapi aku juga jadi merasa harus menjaga ayahmu dan kamu seperti nyawaku sendiri."

"Aku pun tidak tahu bahwa ternyata klan pemerintah mengincar kami. Ayahmu sudah terbunuh dan aku ditahan kesini. Kami tidak sempat mengungkapkan apapun sehingga kamu menjadi sendirian dan kebingungan," Ibu Helena memeluk Helena lebih erat. "Bahkan muncul masalah sebesar ini, maafkan aku..."

"Jadi, ibu bukan ibu kandungku?" Helena bertanya.

"Bukan...aku bukan ibumu...tapi aku menyayangimu..." ibu Helena mengecup dahi Helena pelan. Ibu Helena mengeluarkan sebuah foto lama. Ayah Helena dan seorang wanita cantik dengan mata hijau zamrud sama sepertinya, berdiri bahagia di pelataran pernikahan. "Ayahmu memintaku memberikanmu ini ketika kamu sudah dewasa." Helena menatap foto itu. Air matanya menitik.

"Aku juga sangat sayang padamu, mom." Helena berbisik. Ia memeluk ibu sambungnya dari bulan itu, erat.

*

Helena tahu kebenaran itu saat di penjara. "Kalian semua salah. Justru dengan adanya makhluk bumi disini, bulan menjadi tidak stabil lagi. Planet ini bisa jatuh. Kita semua akan musnah. Satu-satunya jalan adalah mengirim kembali orang bumi."

Suasana semakin riuh.

"Kalau begitu, kita coba saja!" Lucas berteriak. "Kita akan lakukan semua eksperimen. Kita bisa lakukan apapun karena kita jauh lebih pintar dari semua makhluk semesta! Kita sudah mempelajari banyak hal dari setiap planet di dunia ini!"

"Kau ini terlalu angkuh!" Helena balas berteriak. "Semesta sudah terbentuk seperti ini dan akan terus berputar seperti itu! Kalau kau mengubahnya, kau hanya merusaknya!"

Kemudian, tanah terasa tergoncang dengan keras. Semua orang berteriak panik. Makhluk bulan yang tidak terborgol lari keluar dari stadion. Makhluk bumi seluruhnya diborgol, mereka menangis histeris. Sebagian kursi rusak dan roboh. Tiang-tiang retak.

Balkon tempat singgasana para pemerintah runtuh sebagian. Banyak pemerintah yang jatuh karena runtuhan itu. Suasana memanas. Guncangan tidak lama kemudian berhenti. Tempat ini juga segera hancur. Helena menoleh ke arah ketua utama yang terlihat kaget. Matanya yang keemasan membelalak. Penduduknya kocar-kacir. Tangannya yang lentik menggenggam tongkat saktinya erat-erat.

"Cepat! Waktu kita semakin sedikit!" Helena berteriak.

Mata ketua utama melotot. "Kita selesaikan eksekusinya!" Ketua utama menunjuk ke arah tahanan yang ditutup kain putih. Para algojo membuka kain putih tersebut.

Helena tercekat. Itu Hans!

Hans tertunduk lemah. Tubuhnya penuh luka. "Dialah dalang utama semua permasalahan ini! Dia harus dihukum!"

Helena menoleh ke arah ketua utama. "Haish, dasar bodoh!" Helena segera berlari hendak turun ke bawah. Lucas menahan lengannya dengan keras. "Lepaskan!" Helena berteriak.

"Tidak bisa, tuan putri." Lucas menatapnya sengit. "Segala tipuanmu tidak akan menghasilkan apapun." Ia berbisik. "Tidak ada yang bisa menghalangiku."

Helena terus memberontak. Ia menoleh ke arah para algojo yang menghampiri Hans yang masih tertunduk. Kepalanya diangkat ke atas. Dia ternyata tidak sadar. Para algojo mulai menarik batu Zyr di kepala Hans. "Tidak! Hentikan!" Helena semakin memberontak.

Groaarrr!!!

Prang!

Kaca yang melapisi stadion tersebut pecah. Naga-naga berukuran besar masuk ke dalam stadion. Itu adalah keempat naga suci. Mereka menggeram marah melihat Way yang sudah mati.

Untuk pertama kalinya, Helena melihat naga-naga tersebut mengeluarkan api. Bukan seperti api-api di negeri dongeng, api tersebut menghembuskan suhu yang sangat dingin dan dilapisi arus listrik.

Orang-orang yang tersisa disitu semakin kocar-kacir. Naga-naga tersebut menuju balkon. Ketua utama, Lucas, dan beberapa klan pemerintah yang tersisa beraksi melawan naga-naga yang beringas karena marah.

Para penjaga dan algojo akhirnya maju dan mulai membantu melawan. Di antara kekacauan itu, Helena merobek rok gaun panjangnya dan berlari menuju Hans yang terikat. Helena berlari sekuat tenaga menyusuri lapangan hijau. Ia hampir berhasil menuju Hans.

Bruk!

Seseorang mendorong Helena sampai terjatuh sangat keras. Helena jatuh beberapa meter dari Hans. Helena bergidik takut apabila para penjaga menangkapnya.

Helena mengangkat kepalanya. "Tomo?"

ALTALUNE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang