XXIX

1 0 0
                                    

Sosok yang membawa Helena memeluk Helena. Helena menatap kosong yang membawanya. Rambutnya tipis mendekati botak. Itu adalah Wise, salah satu dari naga suci.

"Helena, sadarlah!" Wise berkata.

Helena hanya terdiam.

Wise dan naga yang ditungganginya membawa Helena ke gua. Naga tersebut berubah menjadi sosok berambut keriting, Wu. Kemudian, sosok yang memenggal kepala Zamen datang menyusul bersama naganya. Sosok tersebut adalah Won dan naga tersebut Weil. Mereka kembali ke wujud asli mereka.

Helena terduduk di lantai Gua. "Helena, kau baik-baik saja?" Wu bertanya.

"Ibuku," Helena berkata lirih. "Ibuku yang tadi pecah berkeping-keping apa dia mati? Tidak kan? Dia hanya berteleportasi kan? Sekarang dimana dia?"

Keempat naga suci tersebut saling berpandangan. Mereka menatap Helena. "Kaum kami mati menjadi abu kaca." Wu berkata pelan.

Helena membelalakkan matanya. Dadanya sesak, namun tidak ada air mata yang keluar dari matanya.

Keempat naga suci itu hanya terdiam melihat Helena. Helena menoleh ke arah mereka cepat. "Kenapa kalian tidak membunuh aku saja?!" Tangisnya pecah. "Aku sudah tidak mau hidup lagi! Untuk apa aku hidup?!"

Wu memeluk Helena. "Tenanglah, kau akan baik-baik saja..." ia memeluk Helena.

"Kamu masih harus hidup karena banyak hidup orang yang bergantung padamu," tiba-tiba Wise berkata keras. "Tempat ini bisa hancur, kau tahu kan, tempat ini bisa jatuh ke bumi."

"Besok, Riv, Way, dan Vey akan dihukum mati karena dianggap mengganggu rencana Lucas," kata Wise lagi. "Mereka juga mencarimu. Kita harus mengakhiri ini, menurut Way, hanya Riv yang tahu cara kembali membuka portal tanpa campur tangan ketua utama. Dia akan menutup portal itu selama-lamanya. Dia yang paling berbakat. Bahkan dia bisa meniru kemampuan penjelajah untuk menjadi peniru dan turun ke bumi."

"Kita harus menyelamatkan Riv," kata Weil. "Dan mengembalikan semua makhluk bumi ke tempatnya."

"Ini semua perlu bantuanmu, Helena." Sahut Won. "Aku tahu Lucas mengincarmu karena kamu adalah pencampuran darah makhluk Bumi dan Bulan. Maka dari itu, dia berusaha keras memancingmu karena kamu akan dibuat bahan percobaan sesuai rencananya, yaitu menambah populasi makhluk bulan."

"Tapi, itu semua salah. Makhluk bulan tidak akan bertambah populasinya. Hal itu hanya akan memperburuk keadaan." Kata Won. "Semua ini berawal dari dirimu, maka..." kata Won menatap Helena. "Maka, kamu jugalah yang harus mengakhirinya." Helena mengerutkan dahinya. Ia tidak mengerti. Tidak ada yang meminta hal ini. Tapi, kenapa-

Ia menghela napas. Dia merindukan bumi. Tapi, mungkin kita ia kembali, tidak akan menjadi sama lagi. Atau bahkan mungkin lebih buruk. "Semuanya akan jadi lebih baik, percayalah." Wu berkata, seakan-akan bisa membaca pikiran Helena.

Helena menatap wajah Wu yang tenang dan damai. Keempat naga suci hanya terdiam menunggu jawaban Helena. "Bersemangatlah, Helena," kata Weil. "Ayah ibumu pasti juga mengharapkan hal yang sama padamu. Mereka tidak ingin kau menyerah."

Helena tertegun. Mereka benar. Helena menatap keempat naga suci itu.

"Baiklah, ayo kita selesaikan semua ini."

*

Helena naik ke punggung naga Wu. Ketiga naga suci lainnya juga berubah menjadi naga. Mereka terbang di angkasa keluar dari lembah naga suci.

Rambut cokelat Helena berkibar tertiup angin. Ia memandang ke arah bawah. Mereka terbang melalui lembah. Lembah terlihat sangat sepi mencekam. Tidak ada siapapun yang muncul, bahkan makhluk mitologi yang biasanya bercengkrama riang. Mereka tidak berani keluar dari persembunyiannya.

Makhluk-makhluk bulan mendekam dalam tempat mereka masing-masing, takut ditangkap karena dianggap pemberontak dari rencana pemerintah, alias rencana Lucas. Mereka masuk ke tempat pemelihara. Beberapa orang pemelihara yang sedang bekerja menatap empat naga suci yang sedang terbang dengan Helena yang ada di atasnya.

Helena hanya memandang mereka yang terpana melihat keempat naga suci. Helena terdiam. Keempat naga suci turun ke tempat Nenek Winsca. Helena turun. Keempat naga itu berubah menjadi manusia lagi. Mereka masuk dan menemukan Nenek Winsca yang duduk termenung menatap keluar jendela. Baru beberapa lama Helena disini, namun entah kenapa wajah nenek itu terlihat semakin tua.

"Winsca," Wu berkata. "Kami harus bicara denganmu." Nenek Winsca menoleh. Ia tersenyum. "Sudah lama aku tidak melihat kalian, selain Way."

Ia menatap wajah Helena. "Gadis ini ternyata benar-benar membuat tempat porak poranda." Helena hanya bisa terdiam. Dia tidak menanggapi perkataan Winsca.

"Kami butuh bantuanmu," kata Weil. "Sekarang dimana Riv?"

Winsca meregangkan bahunya ke kursi. Ia kembali menoleh ke arah luar jendela. "Kalian ingin aku melakukan apa? Bagaimanapun rencana Lucas, aku akan mendukungnya."

"Kamu sudah tidak sadar, Nenek." kata Helena.

Semua orang menatap Helena. Helena menatap lurus ke arah Nenek Winsca yang bingung. "Kamu tahu kalau Lucas itu tidak punya perasaan. Semua makhluk disini tidak punya perasaan disini. Percuma kamu jatuh cinta padanya. Kamu hanya akan mati."

"Aku tahu," Nenek Winsca menjawab. "Tapi, aku bisa apa? Aku tidak bisa kembali ke bumi."

"Apa kamu tidak merindukan siapapun di bumi?" Helena bertanya. "Walaupun aku tidak punya siapapun lagi di bumi, tapi aku merindukan salju, matahari, makanan enak, aku merindukan tidur di rumahku. Aku ingin kembali belajar dan menjadi orang kaya."

"Aku bisa membawa kita semua kembali ke bumi." Helena menjawab mantap.

Nenek Winsca memandang tertegun ke arah Helena. "Aku...aku merindukan teman-temanku..." ia berkata. "Mereka pasti mengira aku sudah mati."

"Tapi, aku akan kembali dalam wujud sudah nenek-nenek seperti ini. Tempat ini menggerogoti tubuhku." Nenek Winsca menjawab.

"Kamu akan disini dengan membiarkan Lucas memanfaatkanmu dan mati sia-sia?" Helena berkata. "Bahkan ketika kamu mati, dia tidak akan menangisimu bahkan setetes. Dia tidak bisa menangis."

Wajah Nenek Winsca menjadi sedih. "Kamu juga tidak bisa memilikinya," kata Helena. "Kita makhluk yang berbeda." Suasana menjadi hening. Semua orang menatap Nenek Winsca yang tertegun.

"Lucas berkata dia akan mengeksekusi mati Riv dan semua teman-temanmu," kata Winsca akhirnya. "Dia memintaku untuk mencegatmu bila kamu datang kesini, dia ingin menangkapmu."

Plok! Plok! Plok!

"Maafkan aku..." kata Nenek Winsca pelan.

Helena dan keempat naga suci menoleh. Lucas masuk sambil bertepuk tangan. Mata jingganya mengkilat. Rambut emasnya berkilauan seperti malaikat yang tertimpa sinar mentari pagi. Dia sangat tinggi dan gagah dengan jubahnya.

Bibirnya yang merah tersenyum merekah. "Aku tidak tahu cara ini akan berhasil, kupikir kamu mati di penjara, Helena Brooks," kata Lucas. "Tapi, tidak tahu kenapa firasatku mengatakan aku akan menemukanmu selamat lagi, berhasil lagi,"

Ia berjalan menuju Helena yang menatapnya tajam. Jemari Lucas yang panjang dan lentik memegang dagu Helena dan mengangkatnya.

"Ternyata kamu tidak sesederhana itu, gadis bumi."

ALTALUNE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang