Chapter 14
"Bang Ke!" teriakku pada Keanu ketika kulihat dia muncul dari arah berlawanan di koridor lantai satu.
Keanu tampak kaget. Dengan segera, aku menghampirinya. "Bang Ke, jangan pulang dulu, kita harus ngomong."
"Lo nggak papa, Rish? Gue denger lo berantem di kantin tadi?" Keanu menatapku dari atas sampai bawah, memastikan nggak ada perban yang membalut tubuhku.
"Ck! Pasti udah nyebar kemana-mana tuh berita. Gue nggak papa, kok. Cuma kulit kepala gue aja masih sakit, sama tangan gue kena cakarannya." Aku menyodorkan lengan kiriku yang memiliki goresan cukup panjang. Tadi luka bekas cakaran ini berdarah cukup banyak, namun aku hanya sempat membersihkannya dengan air keran tanpa memberikannya obat merah karena bel masuk lebih dulu berbunyi, hasilnya sekarang, luka bekas cakaran itu terlihat mengerikan karena begitu merah dan kulit di sekitarnya agak membengkak.
"Astaga, lo emangnya berantem sama siapa, sih? Kok bisa gini?"
"Gue bahkan nggak tahu dia siapa. Tapi dia malah ngatain gue seenak jidatnya."
"Gara-gara gosip tentang lo dan Rakata?" tebak Keanu.
Aku menyandar di tiang koridor lalu mengangguk. "Makanya gue nyegat lo sebelum lo nyelonong pulang begitu aja. Gue mau ngabarin kalau gue beneran nggak bisa berurusan sama Rakata lagi. Jangan suruh gue buat motret dia. Ada berpuluh-puluh anggota jurnalistik sekolah, dan ada belasan orang yang aktif untuk memproduksi majalah ini. So, sebaiknya lo gunain sumber daya manusia lo sebaik mungkin."
"Nggak bisa, Rish," bantah Keanu tanpa memedulikan keseriusan dalam suaraku.
"Kenapa? Lo nggak liat apa gue udah berdarah-darah gini gegara berurusaan sama cowok itu?"
"Gini aja, Rish. Lo boleh lepas tangan setelah ngefoto dia. Gue janji nggak akan maksa lo berurusan sama Rakata lagi kalau lo udah menyelesaikan tugas lo satu ini."
"Ih, Bang Ke! Sumpah, gue capek ngomong kayak gini mulu sama, lo. Setiap hari bahasan kita tuh tentang Rakata. Gue yang nggak mau berurusan sama dia lagi, dan lo yang selalu ngingatin gue kalau ini memang tugas yang nggak bisa gue tinggalin. Jujur aja gue capek. Terlalu banyak konsekuensi yang harus gue terima kalau gue mengesampingkan kepentingan gue. Gue mau hidup tenang!"
Keanu menarik napas panjang, kemudian dia melepaskan karbondioksida dari mulutnya dengan keras, seakan ada jutaan ton beban yang berusaha dia lepaskan.
Sudah cukup aku berkorban untuk majalah sekolah. Kini saatnya mereka yang mengerti posisiku.
Mata Keanu menatap satu titik di belakangku. Wajahnya yang tadi gelisah bukan main, mendadak berubah. Belum sempat aku bertanya, Keanu menarik pergelangan tangan kananku sehingga aku berbalik dan mengikuti langkahnya yang lebar-lebar.
"Apaan, sih, main tarik-tarik?" omelku.
Dari balik punggung tegap Keanu, aku dapat melihat seseorang dari arah berlawanan yang sedang berjalan santai dengan earphone di telinganya dan ransel di bahunya. Seseorang itu adalah alasan kenapa Keanu tiba-tiba menarikku dan membawaku seenak jidatnya.
"Bang, Bang, mau ngapain?" desisku sambil meronta. Keanu pasti sudah gila karena mau membawaku ke Rakata tanpa izin.
Semakin mendekat ke tujuan, Keanu mendorong bahuku agar berdiri selangkah di depannya. Dan disinilah aku berada sekarang, tepat berhadapan dengan Rakata.
Rakata tampak bingung. Dia bahkan mencopot earphone di telinganya.
"Coba lo bilang aja semuanya ke Rakata, Rish!" perintah Keanu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know You Miss Me
JugendliteraturKebahagiaan Derish karena dapat berpacaran dengan Rakata Mahesa, cowok most wanted di SMA Alpha Plus luntur seketika saat ia mengetahui bahwa di hati Rakata tersimpan nama cewek lain, yaitu Rinjani. Derish langsung memutuskan hubungan mereka tanpa m...