Chapter 4
Hari sabtu adalah hari dimana setiap ekskul di sekolahku melakukan pertemun rutin.
Seperti hari ini, aku menghabiskan waktu di sekretariat ekskul jurnalistik yang kuiikuti. Sejak lima belas menit yang lalu, para pengurus sibuk membicarakan mengenai salah satu program kerja terpenting setiap semesternya, yaitu pembuatan majalah sekolah.
Salah satu produk yang dikeluarkan ekskul jurnalistik adalah majalah sekolah yang terbit setiap enam bulan sekali. Biasanya, majalah itu berisi berita-berita seputar SMA Alpha Plus, profil siswa berprestasi, karya sastra, hingga artikel yang membahas sesuatu yang sedang populer di kalangan anak muda.
"Jadi, tugasnya udah dibagi masing-masing, ya. Kalian jadi person in charge sesuai dengan halaman yang kalian pegang," jelas Keanu, ketua jurnalistik yang memimpin rapat hari ini.
Di papan tulis putih yang terpasang di salah satu dinding ruangan, namaku tertulis sebagai PIC halaman yang berisi profil siswa berprestasi. Kurasa itu bukan tugas yang terlalu sulit karena aku mengenal beberapa siswa SMA Alpha Plus yang memiliki segudang pencapaian luar biasa baik di bidang akademik maupun non akademik.
"Bang, di halaman karya sastra, cerpen yang dibuat ada temanya nggak?" tanya Jihan, cewek berhijab yang menjadi salah satu junior di ekskul ini.
"Bebas aja, sih, Han," jawab Keanu. "Oh ya, untuk profil siswa berprestasi, kita dapet request dari Pak Baron sama Bu Junia," lanjutnya.
Aku langsung menatap Keanu was-was. Pak Baron adalah kepala sekolah, sedangkan Bu Junia adalah pembina ekskul jurnalistik.
"Apa?" tanyaku pada cowok yang sudah kukenal baik sejak SMP itu.
"Kita disuruh ngangkat profil Rakata Mahesa, anak sebelas IPA satu yang baru menang olimpiade Biologi itu," jawab Keanu dengan begitu normal, seakan itu adalah informasi yang biasa saja untuk kudengar. Padahal ia adalah satu dari ratusan penduduk SMA Alpha Plus yang tahu sejarahku dengan Rakata. Maksudnya, dia tahu Rakata itu adalah mantanku yang kini nggak menjalin hubungan yang baik denganku.
Mataku melebar setelah ia mengatakan hal itu. Aku memandang cowok itu dengan tidak percaya. "Kenapa harus dia, Bang Ke?"
Wajah Keanu langsung berubah kesal. "Jangan panggil gue Bang, gue seangkatan sama lo."
Beberapa orang disini langsung terkikik menahan tawa. Siapa peduli aku seangkatan dengan dia atau enggak? Lagian, penggalan namanya begitu cocok menggambarkan karakternya ketika ditambah panggilan Bang di depannya. Walaupun tampak bijaksana dan dewasa, terkadang sikapnya bisa begitu menyebalkan. Contohnya sekarang, ketika dia menyodoriku tugas yang berkaitan dengan orang yang seharusnya aku hindari.
"Kenapa harus Rakata?" tanyaku lagi tanpa memedulikan ucapannya sebelumnya.
"Pak Baron nyuruh, dan Bu Junia langsung ngeiyain aja," kata Keanu.
"Maksud gue, kan yang menang olim Biologi nggak cuma Rakata, ada Anisa sama Redo juga."
"Rakata ketua tim-nya, Rish," Mona menyela.
Aku memandang Mona sengit. "Jadi menurut lo gue harus wawancarain Rakata?"
Mona mengangguk mantap. Sialan! Dia menjawab tanpa beban. Padahal dia amat sangat tahu bahwa hubunganku dengan Rakata sekarang begitu buruk.
"Nggak bisa. Gue nggak bisa handle halaman ini. Ganti Mona aja, dia kan sekelas tuh sama Rakata." Seisi ruangan kompak melihat ke arahku. Mungkin mereka heran aku bisa sekanak-kanakan ini sebab menolak tugas yang diberikan dikarenakan faktor perasaan pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know You Miss Me
أدب المراهقينKebahagiaan Derish karena dapat berpacaran dengan Rakata Mahesa, cowok most wanted di SMA Alpha Plus luntur seketika saat ia mengetahui bahwa di hati Rakata tersimpan nama cewek lain, yaitu Rinjani. Derish langsung memutuskan hubungan mereka tanpa m...