III

2.2K 185 5
                                    

"Bukan gengster, dan ternyata hanya pria cengeng. Huh dasar big boy!"

"Kau bilang apa?" Wajah Malik tiba-tiba sudah ada di sampingnya.

"Haisss... mengagetkan saja."

Dengan wajah penasaran dia bertanya, "siapa yang cengeng?"

"Kepo!" Dengan kurang ajarnya Hanni mendorong wajah Malik menjauh.

Keduanya kembali pada kesibukan masing-masing dan Hanni tak sedikitpun melonggarkan konsentrasinya hingga waktu istirahat tiba.

Roti di mulutnya dibiarkan menggantung sementara kedua tangannya begitu sibuk dengan kedua kantung sampah. Selesai membuang sampah ia berjongkok di dekat bak sampah menuangkan sedikit rasa lelahnya dan berpikir, kapan ia bisa hidup nyaman bergelimang harta meski pekerjaannya hanya tidur.

"Ayo semangat Hanni!"

Saat dirinya kembali keadaan dapur begitu sepi dan di depan terdengar keributan, penasaran ia pun ke depan.

"Oh astaga!"

Terlihat Malik dan beberapa karyawan menghadang seorang pria di depan pintu cafe, meskipun ketakutan mereka tetap berdiri di sana.

"Apa yang sedang kalian lakukan dengan berdiri di depan pintu seperti itu ha? Menghalangi pelanggan yang akan datang tau tidak."

"Ha-Hanni lebih baik kau bantu kami-"

Pria itu maju selangkah membuat orang-orang itu berteriak histeris dan bersiaga. "Heii jangan mendekat! Selangkah kau maju hadapi karyawan teladan ku ini!"

Malik mendorong Nico maju ke depan, "bosss kau menumbalkan ku?!"

Hanni mengusap wajahnya kasar, "Ocean." Panggil Hanni, "kau mengikuti ku ke mari?"

Baik Malik maupun karyawan lain menoleh menatap Hanni dengan tatapan bingung, "siapa yang kau ajak bicara Han?" Tanya Nico penasaran.

"A-aku hanya ingin bertemu dengan mu."

Mereka kembali menolehkan kepalanya kini menatap pria yang ternyata Ocean. Wajah mereka benar-benar terlihat begitu shock- berlebihan memang.

"Ikut aku."

"Hei ayo ikuti," ucap Malik membuntuti keduanya hingga Hanni berbalik, "jika kau mengikuti ku aku jamin cafe mu akan tutup dalam waktu 24 jam!"

Ancaman Hanni mampu membuat Malik mati kutu, "hei sudah-sudah jangan jadi orang kepo dan kembali bekerja!"

"Cih siapa yang orang kepo sebenarnya di sini."

"Sudahlah, ayo."

Malik diam dengan wajah tak tertebak menatap kepergian keduanya tak lama senyum tipis tersungging di kedua belah bibir tipisnya.

Hanni membawa Ocean ke depan cafe tangan Hanni sudah bersidekap di depan dada. "Pergi tanpa pamit dan sekarang kau muncul secara tiba-tiba di tempat ku bekerja dan membuat heboh, apa sih mau mu?"

Sean menunduk sedih, "maaf."

Lihatlah badannya yang besar dan banyaknya tato yang menghiasi tubuhnya itu sangat berbanding terbalik dengan sifatnya, big boy satu ini benar-benar menguji kesabaran Hanni.

"Pulang lah."

Sean mendongak lantas menggeleng, "tidak mau~!"

Matanya merotasi malas, "hei dengar ini bahkan pertemuan kita yang kedua. Kita tak saling kenal sebelumnya dan jangan temui aku lagi. Kemarin aku menolong mu sebagai bentuk kemanusiaan jadi hubungan kita cukup sampai kau makan di rumah ku."

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang