VII

820 86 0
                                    

"Apa kau gila?!"

Hanni tersentak kaget mendekap erat seorang anak kecil yang hampir saja tertabrak mobil box.

"Maaf," Hanni bergumam lirih.

Pria itu terus saja memaki bahkan menghakimi di depan khalayak ramai, beberapa saksi mata yang melihat kejadian itu pun tak terima. Balas berargumen dan berakhir di lerai pihak kepolisian.

Hah~!

Malik bersidekap di depan Hanni yang tengah di peluk Adel, keadaan cukup ricuh tadi untung saja cepat terselesaikan. Anak kecil yang hampir tertabrak itu pun selamat, semua orang yang bersangkutan telah di periksa dan pria pengendara itu dinyatakan bersalah dan dikenai kurungan penjara 3 bulan serta denda.

Sebenarnya masalah tadi bisa diselesaikan dengan kepala dingin hanya saja pria itu bersumbu pendek, dan diketahui juga si pengendara dalam keadaan setengah sadar dalam arti kata mabuk.

"Kak kita obatin dulu ya lukanya?" Adel menatap sedih Hanni

"Tangan mu baik-baik saja? Tidak terkilir atau patah kan?" Pertanyaan Nico sukses mendapat pukulan dari sang kekasih, "ish kalau ngomong tuh di jaga."

Hanni tersenyum singkat, "kayaknya sih enggak tapi agak sakit kalau aku gerakin."

"Ke rumah sakit!" Malik spontan berucap.

Benar saja tangan kirinya terkilir, terdapat luka goresan di lutut kakinya juga. Kata dokter Hanni disarankan untuk berisitirahat dua sampai tiga hari dan Malik menyetujui itu, dia memberikan libur untuk Hanni.

Tak tega juga melihat Hanni yang terlihat masih shock. Sesampainya di flat house Hanni langsung mengistirahatkan tubuhnya, hari ini menguras energinya terlalu banyak. Berharap setelah tidur keadaannya lebih baik.

***

"Hanni ayo lebih cepat."

Gadis kecil itu menggeleng dengan napas yang memburu, "aku lelah."

Sementara gadis satunya ikut berhenti dan menghampiri Hanni yang tengah setengah jongkok, "aku gendong ya? Kita harus cepat sebelum mereka mengejar kita."

Hanni menggeleng, "aku masih sanggup berlari, ayo."

"Kuat?"

"Hum."

Kedua gadis kecil itu kembali berlari tanpa arah sayangnya pelarian mereka berakhir sia-sia, sekelompok pria berteriak ke arah mereka. Dengan cepat pria-pria itu berlari ke arah mereka yang tak jauh di depan.

"Ah!"

Hanni menoleh kebelakang dengan penuh ketakutan, "Ema ayo lebih cepat!"

"Huh iya."

"Hei berhenti kalian berdua!!"

Kedua kaki gadis itu sungguh sudah amat lelah tapi jika berhenti sudah dipastikan mereka akan kembali sengsara, maka dari itu meski lelah dan ingin berhenti mereka tetap berlari sekuat tenaga.

Pria-pria itu tak lelah terus berteriak nyaring, "hei ambil arah memotong!" Ucap salah satu dari mereka.

Di depan tempat penyeberangan Hanni menepuk punggung Ema, dadanya juga bergemuruh kencang. Untuk saat ini mereka pikir aman berbaur dengan orang-orang dan ikut menyebrang saat lampu sudah merah, tubuh kecilnya dengan mudah menyelip diantara para irang dewasa.

"Akhh!"

"Ema!"

Tangan Ema ditarik kencang membuatnya limbung ke arah pria yang mengejar mereka. Hanni memekik kencang dengan wajah takut luar biasa, "mau lari ke mana kalian hah!"

"Ugh lepaskan aku lepas!!" Hanni berontak saat tangannya di cekal kuat.

"Ema! Ema!"

Hanni tidak ingin mereka tertangkap begitu saja setidaknya salah satu dari mereka bisa bebas. Maka dari itu ia gigit tangan pria yang mencekal tangannya kuat lalu menendang area sensitifnya, pria itu mengaduh kesakitan.

Bergegas Hanni berlari ke arah Ema lalu melakukan hal sama yaitu menggigit pria itu, "Ema lariii!!"

Plak!!

Tubuh Hanni terhempas ke belakang saat tangan pria menghempas wajahnya kencang, "Ema cepat lari!!"

Mendapat kesempatan gadis itu berlari menjauh tanpa tau ada sebuah mobil kencang mengarah padanya dan- Bruuakkk!!

Tubuh gadis kecil itu terpelanting dengan kencang ke aspal kepalanya terbentur keras darah langsung mengalir mengelilingi tubuh malang gadis itu, "H-ha-nni!"

"Ema?!!"

Tbc.

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang