Sean terlihat tersenyum lebar dengan gigi yang terlihat sedikit mencairkan suasana yang sedikit suram. Hanni membuang muka menahan tangis-
"Aku kesal! Jangan bicara pada ku!"
Sean terkekeh kecil, "sayang... kemari peluk aku."
Awalnya enggan namun kakinya mulai melangkah mendekat lalu saat sudah cukup di jangkau Sean menarik tangan Hanni, memeluknya dari samping dan di dudukkan di atas ranjang pesakitan nya.
"Maafkan aku, aku selalu saja membuat mu khawatir..." jari jempol Sean mengusap lembut sudut mata sang kekasih, "sayang~ jangan menangisi ku... aku tidak suka jika alasan mu menangis karena ku."
"Ja-jadi aku boleh menangis karena orang lain?" Tanya nya sesegukan.
Wajah Sean berubah garang, "tidak boleh! Tidak boleh ada yang berani membuat mu menangis, Hanni..." wajah bulat cantiknya dia tangkup, "sekalipun karena ku."
Hanni menarik wajahnya lalu menatap kaki kanan Sean yang di sangga penyangga balok di bawahnya, tanpa belas kasih memukulnya main-main.
"Aw sakit sayang!" Sean menatap garang Hanni lalu kembali menariknya hingga berbaring.
"Aku tau kau khawatir... maafkan aku lagi-lagi aku membuatmu khawatir."
"Ekhem!"
Suara tersebut mengejutkan keduanya Hanni langsung bangkit dan berdiri dengan gugup.
Axelion datang bersama asisten pribadinya Philip, "empat hari lagi adalah pesta diangkatnya kau menjadi penerus ku." Hanya itu, setelahnya pria tua itu pergi namun sebelumnya Axelion sempat melirik tajam Hanni.
"Hahh~ pria tua gila!" Desis Sean kesal.
Patah kaki tulang kompleks.
Luka yang dialami oleh Sean sama sekali tidak ringan. Tulang rusuknya patah menyebabkan pendarahan rongga dada, dan karena pendarahan internal di usus cukup parah beberapa darinya harus dihilangkan. Lututnya mengalami patah tulang majemuk dengan ligamen cruciatum robek (ligamen cruciatum adalah salah satu dari sepasang ligamen lutut yang saling bersilangan dan menghubungkan tulang paha ke tibia).
Dan Axelion malah menerintahkan nya datang dan hadir empat hari lagi, cih datang ke pesta? Jalan saja tak bisa masa harus merangkak? Yang benar saja!!
***
"Hei!"
Hanni kaget, menatap malas Malik yang kini menatapnya jenaka. "Kenapa lagi itu muka kau tekuk huh?"
"Ck, berisik!"
"Hei kenapa sih? Cerita pada ku."
Hanni menghela napas pelan saat akan bercerita suara penyiar berita mengalihkan atensi semua orang pada layar televisi, "huh? Hei Hanni bukankah pria itu kekasih mu? Si pria gengster itu?!!"
Malik berteriak heboh seraya memukul bahu Hanni, "apakah permasalahan mu dia?"
Melihat anggukan malas Hanni tawa Malik terdengar seketika, "ya ampun ku pikir masalah mu seperti perang yang tak kunjung usai, ternyata hanya masalah pria."
"Apa kau bilang? Hanya? Hei Malik ini masalah berat bagi ku, kemarin aku sempat bertemu dengan kakeknya dan sepertinya beliau tak menyukai ku." Kepalanya tertunduk lesu menumpukan kepalanya pada meja pantry.
"Sudah kau katakan keraguan mu pada kekasih mu?"
Hanni menggeleng, "coba kau katakan padanya tentang keraguan mu itu. Jangan sampai hanya karena masalah ini hubungan kalian jadi renggang, hei ku beri tau percaya pada pasangan adalah kunci utama hubungan tersebut bertahan."
Termenung mendengarkan apa yang Malik katakan tapi apakah tak masalah mebebankan Sean dengan masalah ini?
"Katakan padanya Hanni."
.....
Sean memasang wajah amat tampan meski pucat, tangannya meraih Hanni untuk mendekat. "Sayang~ apakah hal itu yang membuat mu terusik? Hei tatap aku."
"Tatap aku sayang..."
Dengan perlahan Hanni memberanikan diri untuk menatap Sean, "apapun yang menjadi kekhawatiran mu saat ini buang... buang semuanya. Itu tidak ada gunanya, kenapa? Sekalipun kakek menentang hubungan kita aku tetap akan bersama mu. Jika jabatan yang sekarang ku miliki menjadi rintangan utamanya akan aku lepaskan... sejak awal aku tidak menginginkannya. Yang ku inginkan saat ini adalah kau, Hanni."
Kedua matanya berkaca-kaca, "kau akan memberi ku makan apa jika kau jatuh miskin huh?"
Sean terkekeh, "tentu saja uang ku lebih cukup untuk membiayai mu bahkan untuk 10 tahun ke depan."
Ternyata benar dengan kau mengatakan apa yang menjadi keraguan mu semuanya terselesaikan tanpa pertengkaran, kau hanya perlu percaya dan katakan.
"Sayang.." Sean memeluk pinggang Hanni erat.
"Hm?"
"Beri aku..." telunjuknya menunjuk bibir pucatnya, "ung?"
Hanni mendelik jenaka, "aku tidak mau. Kau pasti tak gosok gigi selama di sini."
Wajah Sean langsung merengut sebal, "mulut ku wangi sayang coba cium... wangi mint seperti kebanyakan karakter pria fiksi yang selalu kau baca itu!"
"Nope!" Hanni mencubit kedua pipi Sean gemas.
"Ung... ayolah sayang sekaliiii saja," matanya berkedip-kedip lucu, ugh Hanni tak tahan dengan wajah merengek bayi besarnya.
Cup!
"Sudah!"
Hanya kecupan ringan namun yang Sean maksud lebih dari itu tangan Sean meraih tengkuk Hanni saat akan mendekatkan bibirnya seseorang masuk, menghancurkan adegan romantis keduanya-
"Apakah anak ayam Daddy sudah sangat sehat hum?"
Sean berdecih menarik Hanni hingga terduduk di ranjangnya dengan posisi menghadap Charlie, "iri bilang wlleee."
Kalimatnya begitu mengejek dengan wajah super menjengkelkan Sean bahkan mengecup pipi Hanni di depan Charlie.
"Ck dasar anak muda!"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Big boy
Romance[COMPLETED] Hanni tak pernah mengira jika pertemuan nya malam itu ternyata menjadi titik awal kisah cintanya di mulai. Pria gengster itu ternyata hanya seorang pria cengeng yang membutuhkan tempat tinggal, bagaimana saat keduanya tinggal satu atap y...