VI

1.7K 173 1
                                    

"Bagaimana keadaan putra ku?"

Tongkat golf itu terayun memukul bola putih di bawahnya yang menggelinding masuk ke dalam lubang.

"Baik tuan."

Pria baya itu mengambil bola putih lagi dan meletakkannya di bawah kakinya, ia kembali memukul bola kecil itu. Lapangan golf kecil yang tersedia di dalam rumahnya menjadi tempat dirinya menghabiskan waktu luang.

Mata tajamnya melirik, "terus awasi dia. Rapat pemegang hak waris akan segera dilaksanalan, kedua kakak ku pasti tengah mempersiapkan anak-anaknya nanti. Meskipun kakek tua itu takkan terlalu banyak ikut campur tetap saja keputusan sepenuhnya masih ada padanya."

"Baik tuan."

Pria itu Charlie Bert, putra bungsu pengusaha sukses pemilik Bert Town bangunan pencakar langit penghasil teknologi canggih yang diakui.

"Apa agenda ku hari ini?"

Sang asisten Jhon Samuel dengan sigap membuka tab di tangannya. "Pukul 2 siang nanti anda ada rapat dengan beberapa investor luar tuan."

"Baiklah."

***

Sean merengut tak suka, "Hanni~."

Kenapa lagi, Hanni berkacak pinggang menatap tajam Sean yang sedari tadi merengek tak jelas. Tiba-tiba memeluk tubuhnya erat, tubuh Sean yang dua kali lipat lebih besar dari Hanni membuatnya tenggelam dalam pelukan si big boy.

Pasrah saja saat bayi besarnya itu manja, tangan Hanni mengusap kepala bersurai hitam Sean. Entah sejak kapan Hanni merasa bahwa hubungan keduanya semakin dekat, waktu yang mereka habiskan seminggu ini benar-benar memberikan makna berbeda.

"Sakiit~!"

"Apa yang sakit hum?"

"Bagian bawah ku!"

Sontak kedua mata Hanni melotot sempurna melepaskan pelukan Sean meski sulit, wajah pria itu menekuk dalam sambil berusaha menahan sakit.

Mata Hanni perlahan turun menuju apa yang disebutkan Sean, rasa sakit yang ternyata pelakunya tak lain adalah kebanggaanya sendiri, adik kecil yang tinggal di antara kedua kakinya- oke cukup!

Wajah Hanni memerah padam seraya meneguk ludahnya, kemudian ia palingkan wajahnya. 'Apa itu? B-besar!'

"Hanni~ bantu aku."

Dengan kurang ajarnya Sean mulai menurunkan resleting celananya, "ya sialan!"

Plak!

Kepalanya di pukul keras oleh Hanni yang terkejut dengan tindakan Sean yang Tiba-tiba. Oh Tuhan ujian macam apa lagi ini!!

Bagaimana bisa pria ini ternyata tak sepolos tingkahnya, ya Tuhan~!

"Pergi ke kamar mandi dan urus adik kecil mu itu sendiri!!" Hanni membentak Sean telunjuknya mengarah ke arah kamar mandi dengan pasti.

Ia mengusap wajahnya kasar hampir saja, tadi itu benar-benar hampir saja. Dadanya bahkan bergemuruh kencang, ia juga merupakan perempuan dewasa yang tak bodoh jika ditanya apa yang terjadi pada Sean.

Jujur ia sedikit terguncang, kewarasannya semakin menipis kian hari menghadapi tingkah laku Sean yang semakin berani. Pria kelebihan hormon itu selalu kurang ajar jika jiwa manja nya kumat-

"Hanni~!'

Memutar matanya malas lalu membalikkan badannya menghadap Sean di tangannya terdapat pisau, ia sedang memasak untuk makan malam mereka.

"Boleh peluk tidak?"

"Alasan?"

"Emm... rindu."

"Ditolak!"

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang