VIII

1.7K 153 4
                                    

Huekk!!

Huekk!!

Hanni memuntahkan seluruh isi perutnya, kepalanya begitu pusing. Ia kira tidur dapat membuatnya lebih baik nyatanya tidak, mimpinya adalah kenyataan yang selalu Hanni lupakan. Kenangan pahit menyayat hati, ingatan itu kembali muncul dadanya terasa sakit dan sesak.

Tanpa di perintah air matanya turun dengan deras, ia menangis sesegukan tubuhnya menyender di pintu kamar mandi.

"Uughh...!"

Terdengar suara berisik yang cukup nyaring namun sepertinya Hanni tak mendengar itu, benar saja pelakunya Sean yang sesaat mendengar kabar bahwa Hanni terserempet mobil segera pergi meninggalkan ruang rapat dan melesat pergi.

"Hanni!"

Sean melempar jas nya sembarang arah dan berlari mendekat pada Hanni, tak peduli dua kancing kemeja hitamnya yang terbuka memperlihatkan tubuh bagian atasnya namun Sean tak peduli yang terpenting saat ini adalah Hanni.

"Hei, bisa dengar suara ku?"

Sean membawa Hanni ke dekapan nya mengusap kepala belakang Hanni lembut, dia ikut duduk seraya mengangkat Hanni ke pangkuannya.

Jujur Sean kaget melihat keadaan kacau Hanni, Sean khawatir, dia ketakutan tanpa sebab.

Merasa tangisan Hanni yang perlahan mereda tangannya mengarahkan wajah Hanni untuk mendongak, menatap padanya. Matanya bengkak, dengan wajah merah lembut sekali Sean mengusap wajah Hanni.

Cup!

"Merasa lebih baik?" Tanyanya sesaat setelah mengecup mata sembab Hanni.

"Hu'um terima kasih," ucapnya lirih.

Dengan tangan kanannya ia mengusap wajahnya, "kok sudah pulang?"

"Aku mengkhawatirkan mu."

"Hahh~ aku sungguh ketakutan Hanni." Sean memeluk Hanni, "hei tangan mu bahkan sampai dipakaikan penyangga seperti ini."

"Hanya terkilir 3-4 hari juga sembuh."

"Pekerjaan mu?"

"Malik memberikan ku libur selama 5 hari."

"Syukurlah."

Sean berdiri dengan membawa Hanni yang berada dalam dekapannya lantas meletakkan tubuh kecil itu di atas ranjang, "kau harus kembali beristirahat."

Saat akan pergi Hanni menahan pergelangan tangan Sean, "te-temani aku."

"Baiklah, tapi sepertinya aku melanggar aturan ke dua mu."

"Tidak masalah."

Mendapat persetujuan Sean ikut membaringkan tubuhnya di samping Hanni dengan posisi menyamping, dengan telaten tangan Sean mengelus kepala Hanni dan membuat perempuan itu nyaman dalam pelukannya tanpa melukai tangan kirinya.

Perlahan kedua mata Hanni tertutup merasa kantuk datang dengan perasaan nyaman dan aman atas afeksi yang Sean berikan padanya. Ia tak takut untuk menutup matanya rasanya kenangan buruk itu takkan menyapanya di mimpi kali ini.

***

"Aku suapi!"

"Yang cedera tangan kiri ku Sean."

"Tidak!"

Sean merebut mangkuk sup jagung, "aaaa pesawat datang."

Hanni terkekeh namun meskipun begitu ia tetap menerima suapan Sean, "kau tidak pergi?"

"Kau mengusir ku?"

"Tidak bukan maksudku. Tapi kemarin kan kau bilang akan pergi selama dua hari."

Sean mengangguk mengerti meskipun dia kembali ke tempat itu sudah tak ada gunanya Sean meninggalkan tempat itu saat di pertengahan rapat. Sudah pasti masalah akan datang toh dia peduli? Tidak, selama Daddy nya tak protes Sean aman-aman saja.

Mangkuk isi sup jagung itu tandas tanpa sisa Sean segera mencuci bekasnya dan duduk di sebelah Hanni yang tengah menonton film, lalu tanpa malu dia merebahkan kepalanya di paha Hanni nyaman.

"Kau memiliki kantung mata di sini," jemari Hanni bergerak di wajah Sean.

"Aku begadang semalaman."

"Padahal kau bisa saja tidur."

"No no aku takut terjadi sesuatu pada mu saat aku tidur, jadi sebagai gantinya usap kepala ku dan biarkan aku tidur." Sean semakin menyamankan posisinya.

Hanni mendengkus, "iya-iya dasar big boy."

Tbc.

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang