Ibu kota diguncang kabar memggemparkan, ditemukan sekelompok pria yang diketahui kelompok gengster tak bernyawa di sebuah gedung kosong. Mayatnya di tumpuk lalu di bakar namun tak sampai hangus, pelaku membiarkan mayat setengah hangus itu membusuk. Kepolisian tak menanggapi kasus tersebut dan berasumsi kasus tersebut adalah ulah perkelahian antar kelompok gengster yang sudah sering terjadi.
Masyarakat kembali takut dan memilih untuk tak keluar rumah saat malam hari. Kengerian itu kembali hadir setelah 4 tahun berlalu!
"Mengerikan!"
Hanni melempar koran ke atas meja, kepalanya menoleh ke arah Sean yang tengah sibuk membersihkan pantry.
"Tadi malam, kau pulang jam berapa?"
"Em, jam dua."
"Kau tidak bertemu dengan mereka kan?"
Sean menggeleng, "aku melewati jalan memutar. Aku juga naik taxi untuk sampai ke sini."
Hanni mengangguk pelan cukup lega mendengarnya, ia tak mau repot mengurus pria itu jika terluka dan jika itu terjadi ia akan memilih melemparnya ke rumah sakit.
"Aku akan keluar untuk jalan-jalan, kau mau ikut?"
Wajah Sean seketika berseri, "mau mau!"
Cuaca ibu kota begitu dingin mungkin karena memang akan memasuki musim dingin, dengan coat panjang berwarna hitam sedikitnya dapat melindungi angin dingin masuk. Hanni memggosok-gosok kedua tangannya sepertinya ia salah berpikir bahwa jalan-jalan sore menyenangkan, tau cuaca akan dingin lebih baik ia tidur di rumah.
"Dingin?"
Hanni mengangguk, "kau tak kedinginan?"
"Tidak terlalu," Sean menghentikan langkahnya dan secara otomatis Hanni ikut bergenti.
"Tangan mu," pinta Sean. Meski bingung Hanni tetap mengulurkan sebelah tangannya, "hangat?"
Ah ternyata tangannya di masukkan ke dalam saku coat miliknya seraya menggenggam tangan Hanni di dalam sana.
"Hm," terkesan cuek namun nyatanya kedua pipinya perlahan memperlihatkan rona merah yang kentara.
Lama mereka berjalan-jalan mengelilingi jalanan ibu kota hingga tak terasa malam telah tiba. Perut keduanya mulai keroncongan, beruntung mereka menemukan warung pinggir jalan.
Mereka masuk ke dalam tenda dan memesan beberapa menu makanan di tambah gorengan dan teh hangat.
Keadaan tenda cukup ramai pengunjung dan tentunya berisik, kebanyakan dari mereka adalah pria. Di salah satu meja di tempati 4 pria yang tengah mabuk terlihat dari banyaknya botol alkohol di sana, jujur mereka menganggu pelanggan yang lain.
"Hahahah sialan!"
"Kau bajingan sialan!"
Entah apa yang mereka bicarakan yang terdengar jelas hanya tawa sumbang dan umpatan.
Hanni terlihat tak nyaman Sean yang melihatnya berdiri menimbulkan tanda tanya, "mau kemana?"
"Sebentar yaa," katanya dengan nada lembut.
Sean melangkah mendekat ke arah meja tersebut, Hanni menopang dagunya melihat si big boy akan melakukan apa. Sedikit was-was takut jika Sean melakukan kekerasan, "woahh!"
Kaget saat kerah baju Sean di tarik oleh salah satu dari mereka, lalu selanjutnya apa yang dipikirkan Hanni tak terjadi. Sean dengan mudah melepaskan cengkraman di kerahnya, badannya yang memang besar dengan otot itu pasti mudah bahkan Sean dapat melempar pria-pria itu ke jalanan.
Matanya terus memperhatikan bagaimana Sean dapat dengan mudah mengusir mereka tanpa kekerasan.
"Apa yang kau bicarakan dengan mereka?"
"Tidak ada, aku hanya menyuruh mereka pulang."
Huh?
Pesanan mereka datang di saat yang tepat Hanni tak membahas perihal tadi ia memilih menghabiskan makanan di depannya dengan tenang.
"Terima kasih untuk makanannya."
Hanni melirik Sean lalu menyikut tubuh berotot nya, "berhenti mengucapkan kalimat yang sama setiap kau selesai makan."
"Aku hanya mengucapkan terima kasih."
Mereka berjalan menuju halte bus, tak kuasa rasanya untuk kembali berjalan untuk pulang. Di halte Hanni melihat wajah yang tak asing, "hei lihat diri mu di sini."
Terpampang wajah tampan Sean di halte pria itu terlihat salah tingkah, "jelek!" Dia berdiri menghalangi foto itu.
"Aish lihatlah pria besar ini," Hanni lantas mengeluarkan ponselnya dan memotret Sean.
"Hanni."
"Kenapa?"
"Aku jelek."
Oh astaga lihatlah wajahnya itu sangat tidak cocok merengut dengan badan macho ala binaragawan.
"Ya kau jelek makanya aku foto."
Bus datang keduanya duduk di bangku tengah dengan Hanni yang duduk dekat jendela.
"Aku senang."
"Senang kenapa?" Tanya Hanni setengah mengantuk.
"Akhirnya aku bisa bersama mu, setelah sekian lama aku menunggu momen ini." Bibirnya melengkung ke atas membentuk kurva cantik menawan, "aku benar-benar bahagia." Saat dia menoleh Hanni sudah tertunduk tidur.
Sean tertawa kecil lalu membawa kepala Hanni bersandar padanya, "mimpi indah Hanni."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mr. Big boy
Romance[COMPLETED] Hanni tak pernah mengira jika pertemuan nya malam itu ternyata menjadi titik awal kisah cintanya di mulai. Pria gengster itu ternyata hanya seorang pria cengeng yang membutuhkan tempat tinggal, bagaimana saat keduanya tinggal satu atap y...