XVI

1K 97 0
                                    

Pada akhirnya Sean dengan tidak tahu malunya tak datang ke pesta yang diselenggarakan Axelion. Dirinya lebih memilih memakan apel yang disuapi sang kekasih sambil menonton film romantis bersama dan tidur di satu ranjang yang sama.

Nikmat mana lagi yang kau dustakan anak muda.

Menghabiskan satu film dan beberapa bungkus snack makanan ringan Hanni jatuh tertidur dalam dekapan Sean dan pada saat Sean ingin ikut menyelami mimpi yang sama bersama Hanni pintu ruang inap nya di buka.

Sean memutar matanya malas saat melihat kedatangan Axelion kali ini pria tua itu datang sendiri. Sean semakin mengeratkan pelukannya menghalau Hanni terganggu dalam tidurnya.

"Hhah~!!"

Brakk!

Axelion menarik kursi dengan kasar menghasilkan tatapan tajam dari sang cucu.

"Dasar cucu kurang ajar."

"Hah?" Setengah berteriak saat mendengar pernyataan frontal dari sang kakek.

Sean memijit keningnya pening, "apa mau mu sebenarnya sih Kek?"

"Menjadi penerus ku!"

"Kan sudah."

"Tapi kau melewatkan pestanya." Sean memutar matanya malas.

"Huh!" Axelion malah memalingkan wajahnya seraya menggerutu, "dasar cucu tidak peka!"

lalu telunjuknya menunjuk Hanni, "kau mengabaikan ku dan malah asik bercinta dengan kekasihmu itu jelas aku iri!"

Tak habis pikir, "kek... apa efek kehilangan nenek begitu besar sampai kau menyukai cucu mu sendiri?" Tanya Sean dengan wajah penuh curiga yang tentu dengan tongkat kayunya Axelion memukul kepala batu sang cucu.

"Awsshh pria tua ini," geramnya.

Sebenarnya Sean paham hanya saja dia ingin tau seberapa banyak sang kakek menurunkan gengsinya. "Namanya Hanni perempuan pilihan ku. Kakek, aku menghargai mu, sebagai kakek ku, sebagai orang yang ku hormati. Aku ingin menjadikan perempuan ini sebagai pendamping hidup ku, jikalau kakek tidak merestui hubungan kami aku hanya ingin meminta maaf. Maaf, karena aku akan kembali menentang keputusan mu!"

Axelion tak membalas matanya turun menatap Hanni yang masih tertidur nyenyak, "hah~ kau selalu bisa membuat ku kalah."

Sepasang mata itu saling bertatapan, "aku merestui kalian!"

***

Prang!!

"Diam di tempat mu Felicia!"

Timothy kembali mengamuk dengan melempar berbagai benda di sekitarnya. Felicia di sudut ruangan gemetar hebat, melihat bagaimana bringas nya Timothy mengamuk.

Darah mengucur di pergelangan tangannya pun dengan kondisi kamarnya yang sudah tak berbentuk.

"Mendekatlah..."

Felicia tak mendengar hingga Timothy berteriak kesal, "mendekat!!"

Karena terlalu lambat dengan kasar dan amarah Timothy menarik tangan Felicia tak peduli di pemilik tangan meringis kesakitan, "kau gagal! Kau bilang bahwa kondisi Sean paling tidak akan mengalami koma tapi sekarang apa? Dia berhasil merebut posisi yang seharusnya menjadi milik ku!"

"Ah shh sakit kak..."

Kedua pipi Felicia dicengkram kuat, "tak berguna! Kau sama seperti kakak mu itu yang tidak berguna untuk ku!"

"Aku sudah berusaha kak...  ku mohon beri aku satu kesempatan lagi dan- aarhgg!"

Timothy mendorong Felicia hingga terjatuh punggung dan kedua tangannya terluka akibat mengenai pecahan kaca di sana, "kegunaan mu tak lebih hanyalah seorang pelac*r yang akan dengan senang hati mengangk*ng untuk ku!!"

Tangisnya pecah sakit hatinya di hina sebegitu dalamnya padahal selama ini Felicia kira Timothy takkan berlaku kasar padanya, Felicia kira selama ini dia selalu memberikan apa yang Timothy butuhkan hingga rela mengorbankan mahkotanya untuk kakak sepupunya tersebut.

"Ocean aku belum benar-benar kalah dari mu!!"

Tbc.

My Mr. Big boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang